Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

DUNIA ISLAM YANG TERUS TERKOYAK

DUNIA ISLAM YANG TERUS TERKOYAK
Istilah dunia Islam, saya gunakan untuk menggambarkan bahwa negara-negara Timur Tengah adalah personifikasi Islam. Sebab di sanalah sesungguhnya umat Islam mengharapkan contoh bagaimana umat Islam itu berperadaban. Sayangnya bahwa keinginan tersebut selalu menuai kegagalan disebabkan oleh kenyataan perang yang tiada henti, konflik berkepanjangan yang tidak ada kata akhirnya.
Saya bukanlah ahli Timur Tengah, namun saya ingin membaca dunia Timur Tengah dengan “perasaan” saya sebagai bagian dari umat Islam dunia. Sungguh ini bukan analisis empiris yang ketat, akan tetapi hanya cara saya bagaimana melihat dunia Timur Tengah yang tidak pernah sepi dari konflik sepanjang masa tersebut. Saya “mengelus” dada dengan perasaan yang campur aduk ketika melihat siaran televisi, iNews TV, yang memberitakan tentang serangan Amerika, Inggris dan Perancis terhadap Suriah yang sedang berperang menyelesaikan internal pemerintahannya.
Alasan penyerangan Suriah oleh Trio Barat ialah dugaan adanya pemanfaatan teknologi nuklir sebagaimana di saat koalisi negara-negara barat menyerang Iraq sekian tahun yang lalu. Dan akhirnya juga tidak didapatkan adanya pabrik senjata nuklir di Iraq, kecuali memang niatnya untuk menggulingkan Saddam Husein, Presiden Iraq saat itu.
Serangan koalisi negara-negara barat kali ini juga memiliki alasan klasik yang sama dengan di saat mereka menyerang Iraq. Dengan tuduhan memiliki senjata nuklir, maka Suriah juga hendak diluluhlantakkan. Padahal sebagaimana diketahui bahwa perang Iraq yang dipicu oleh serangan koalisi barat kala itu juga meninggalkan bekas peperangan bersaudara di negara tersebut yang hingga saat ini nyaris tidak tuntas. Bukankah hadirnya State of Iraq and Syria (ISIS) juga dipicu oleh “kekosongan” kepemimpinan di Iraq. Pasca meninggalnya Saddam Hussein, nyaris negeri ini menjadi ajang peperangan internal yang terus berkecamuk.
Apapun yang ada, sesungguhnya Syria adalah pusat peradaban Islam. Negara-negara di Timur Tengah, seperti Iraq, Syria, dan Arab Saudi adalah pusat peradaban Islam. Islam pernah sangat gemilang di saat Iraq dikuasai oleh pemerintahan Islam terutama di era Kekhilafahan Bani Abbasiyah. Baghdad menjadi pusat pemerintahan dan sekaligus pusat peradaban adiluhung. Di sini banyak ulama terkenal hingga saat ini yang karyanya sungguh tidak tergantikan. Di Syria juga banyak ditemui makam-makam auliya, para ulama dan ahli-ahli ilmu pengetahuan. Di sini memang pernah menjadi pusat peradaban Islam yang luar biasa di masa yang lalu.
Di saat saya melihat reruntuhan bangunan yang berserakan sebagai akibat rudal berdaya ledak tinggi (high explosive), maka bisa dilihat bagaimana kerusakan tersebut sedang berlangsung. Belum korban nyawa yang melayang sia-sia karena serangan dahsyat sekutu barat tersebut. Sungguh kita sedang melihat drama dalam bentuk tragedy yang menyesakkan. Siapapun pasti melihat kengerian di dalam serangan rudal-rudak berdaya ledak tinggi tersebut.
Ternyata motif kekuasaan jauh di atas motif kemanusiaan di saat terjadi perebutan pengaruh seperti ini. Bagi orang awam yang melihat aspek kemanusiaan jauh di atas segala-galanya, maka peperangan itu sama sekali di luar prinsip kemanusiaan. Tidak ada yang lebih kejam di dunia ini dibandingkan dengan peperangan itu sendiri. Banyak mayat bergelimpangan, banyak reruntuhan di sana-sini dan yang tidak akan kembali adalah peradaban manusia yang sudah didirikan dalam ribuan tahun.
Setiap konflik akan selalu menghasilkan kubu. Di dalam konteks ini, maka Amerika Serikat, Inggris dan Perancis lalu mendapat tambahan sekutu Arab Saudi, sementara itu Syria juga memperoleh sekutu Russia yang selama ini memang membackup kepentingan pemerintahan Syria. Akankah konflik ini akan terus terjadi dengan semakin memperkuat blok Amerika dan blok Soviet. Tentu saja kita berharap bahwa masih ada jalan untuk menyelesaikan.
Di saat terjadi pengeboman demi pengeboman itu –sebagaimana yang disaksikan di televisi—maka saya yang tidak pernah melihat atau mendengar dan menyaksikan bom menyalak lalu menjadi bertanya: “bagaimana perasaan masyarakat Syria yang terus menerus berada di dalam bayang-bayang peperangan itu?”. Saya sungguh merasakan bagaimana derita mereka yang selalu dirundung perang. Rakyat Iraq dan Syria yang terus menerus berada di dalam ketidaknyamanan dan ketentraman untuk melakukan apapun termasuk juga beribadah kepada Allah swt.
Saya merasakan bagaimana penderitaan mereka di saat anak atau suami atau istri atau keluarga dekatnya yang menjadi korban perang. Mungkin air matasudah tidak lagi bisa keluar karena seringnya mereka menangisi kepergian kerabatnya. Air mata bening yang terus keluar karena perang yang tiada henti. Sungguh ini merupakan penderitaan fisik dan batin yang tidak terkira.
Masih adakah peluang perdamaian itu? Saya kira Indonesia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa masih memiliki peran yang penting untuk menyelesaikan konflik di Syria ini. Terlepas dari siapa yang nanti akan berperan lebih besar, akan tetapi keberpihakan dari negara dan masyarakat dunia untuk menghentikan krisis ini tentu harus terus diupayakan. Dan sungguh masyarakat dunia harus membangun perdamaian kapanpun dan di manapun.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..