Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

CAK NUN DAN HARI AMAL BHAKTI KE 72

CAK NUN DAN HARI AMAL BHAKTI KE 72
Saya tentu senang dengan kehadiran Kyai Emha Ainun Najib atau biasa dipanggil dengan sebutan Cak Nun, pada tanggal 11 Januari 2018 sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari Amal Bhakti Kementerian Agama ke 72. Apalagi Cak Nun hadir dengan paket lengkap. Isteri Beliau, Ibu Novia Kolopaking dan Group Kyai Kanjeng juga datang.
Acara ini diselenggarakan di Lapangan Kementerian Agama, Jl. Lapangan Banteng 3-4 Jakarta Pusat. Untuk menyelenggarakan acara ini tentu harus dipasang tenda yang kuat. Maklum bahwa sekarang musim hujan dan terkadang turunnya hujan itu dalam waktu yang tidak terduga. Untung Pak Arif Harsono dari PT Samator Grup menyumbangkan tenda yang sangat bagus dan sangat representative untuk menggelar acara yang prestisius tersebut.
Hadir pada acara ini ialah Menteri Agama, Pak Lukman Hakim Saifuddin, para pejabat eselon I Kemenag, para pejabat eselon II pusat dan daerah, dan masyarakat penggemar Cak Nun. Selain itu juga hadir para pejabat dari Kemenag DKI dan aparatnya, dari Jawa Barat dan juga Banten. Selain itu juga hadir para Kakanwil dan Rektor serta Ketua PTKN se Indonesia. Dan yang menggembirakan juga hadirnya para tokoh agama dari Majelis-Majelis Agama di Indonesia. Sungguh acara yang komplit pada malam tasyakuran tersebut.
Saya mengenal Cak Nun tentu sudah sangat lama. Pada tahun 2008 saya sering bersama Beliau di dalam acara Bang-Bang Wetan yang selalu diselenggarakan di Balai Pemuda Surabaya. Saya juga membantu Beliau untuk memberikan ceramah tentang banyak hal. Saya tentu masih ingat bagaimana para pemuja Cak Nun selalu hadir pada acara-acara Maiyahan di Surabaya. Hanya saja saya tidak bisa terus mengikuti acara Beliau sebab terkendala oleh waktu.
Maklum, Cak Nun menyelenggarakan acaranya itu sampai larut malam. Bisa sampai jam 2 dini hari. Dan anehnya, semua penggemarnya tidak beringsut dari tempat duduknya. Semua dengan tekun menyimak pandangan-pandangannya. Nyaris semuanya mengikuti dengan cermat ceramahnya. Karena pagi hari saya harus datang ke kantor di IAIN Sunan Ampel (kini menjadi UIN Sunan Ampel), maka kemudian saya tidak terus mengikuti acara Beliau.
Saya juga tentu ingat bagaimana saya mengundang Beliau di IAIN Sunan Ampel dalam acara yang sama. Waktu itu menjelang pemilihan Rektor IAIN Sunan Ampel. Saya masih ingat pesan Beliau agar saya mengembangkan IAIN Sunan Ampel menjadi perguruan tinggi yang terpandang. Sebagaimana biasa acara ini juga dihadiri oleh para penggemarnya, para dosen dan mahasiswa IAIN Sunan Ampel.
Saya didaulat oleh panita HAB untuk memberikan sambutan, makanya saya sampaikan tiga hal penting, yaitu: pertama, ucapan terima kasih atas kehadiran Pak Menteri Agama beserta Ibu Willy Tresna Lukman Hakim, para pejabat di lingkungan Kemenag, para ASN dan juga para pecinta acara Cak Nun. Juga saya sampaikan ucapa terima kasih atas dukungan semua pihak dan para tokoh agama. Hadir bersama kita Pak Suhadi Senjaya, Pak Arif Harsono, Pak Piyandi, dan sejumlah tokoh agama lainnya. Juga pimpinan Asosiasi Perbankan Syariah dan Bank Konven dan seluruh hadirin. Semuanya berkontribusi atas terselenggaranya acara HAB dengan baik. Secara khusus ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Cak Nun dengan timnya. Acara ini terselenggara berkat upaya Pak Menteri yang sangat mengharap Cak Nun datang di acara ini. Maklum seharusnya acara ini diselenggarakan pada tanggal 5 Januari yang lalu, akan tetapi karena bertepatan dengan acara lain yang tidak bisa ditinggalkan oleh Cak Nun, maka kita bersyukur acara terselanggara hari ini.
Kedua, Cak Nun atau nama lengkapnya ialah KH Emha Ainun Najib ini adalah kyai dan sekaligus budayawan. Beliau adalah kyai yang kritis dalam menyikapi banyak hal. Tidak terkecuali juga mengkritisi terhadap pemerintah. Itulah sebabnya Cak Nun dikenal di Jawa Timur bahkan juga di Nusantara sebagai Kyai Mbeling. Konsep Mbeling itu tidak sama dengan nakal. Jika nakal itu sebuah kebodohan dan mengandung kesalahan, maka Mbeling itu memiliki dimensi kecerdasan, religiositas dan bahkan spiritualitas. Sebuah ungkapan yang tidak berlebihan saya kira. Beliau memang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan pikirannya baik dalam tulisan maupun lesan dengan sangat baik.
Saya tentu bergembira bahwa Beliau masih mengingat saya dan mengkritik saya tentang catatan Kyai Mbeling tersebut. Katanya, “tidak ada istilah mbeling berkaitan dengan spiritualitas. Itu Hanya Pak Sekjen takut sama saya saja”. Acara ini juga gayeng karena Pak Menteri memberikan sambutan dalam cara berpuisi. Dengan judul “Wajah-Wajah” beliau memberikan gambaran tentang multi wajah manusia sesuai dengan konteksnya.
Selain memberikan ceramah, Cak Nun juga memberikan kesempatan kepada Bu Novia untuk menyanyi dan juga grup Kyai Kanjeng untuk menyanyi dan memberikan hiburan dalam parodi-parodi Jawa. Saya kira acara ini cukup lengkap sebab selain menghibur dengan alunan music religious juga ada taushiyah keagamaan.
Saya sungguh merasakan betapa waktu yang cukup panjang tanpa terasa usai sudah. Jam sudah menunjukkan pukul 23.20 menit, dan acara pun ditutup dengan menyanyikan lagu-lagu daerah dari seluruh Indonesia. Kecintaan kita terhadap Indonesia dengan kebudayaannya dan keberagamannya begitu kelihatan di dalam acara tasyakuran HAB ke 72 ini.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..