Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MEMBANGUN CYBER ARMY PADA LEMBAGA PEMERINTAH

MEMBANGUN CYBER ARMY PADA LEMBAGA PEMERINTAH
Malam hari setelah diskusi dengan tema “Personal dan Institutinal Branding,” maka dilanjutkan dengan acara diskusi tentang “Upaya Membangun Cyber Army pada Kementerian Agama”. Hadir di dalam diskusi tersebut ialah Wakil Rektor Bidang Administrasi, Dr. Zumrotul Mukaffa, Dr. Chabib Mustafa, Dr. Liliek Hamidah, Retno Indriyati, Kasubag Data dan Informasi, dan sejumlah dosen UIN Sunan Ampel Surabaya.
Sebagai nara sumber ialah: saya (Prof. Dr. Nur Syam, MSi, Sekjen Kemenag), Dr. Mastuki (Kepala Biro Humas, Data dan Informasi), Hadi Rahman (staf Khusus Menteri Agama), Dr. Ali Rahmat (Kepala Biro Perencanaan Kemenag), dan sesuai dengan rencana maka esok harinya akan didatangkan nara sumber dari TNI Angkatan Udara yang selama ini dianggap sebagai instansi pemerintah yang berhasil mengembangkan cyber army.
Di dalam forum ini, maka saya sampaikan beberapa hal penting, yaitu: Pertama, memberitakan informasi positif tentang program, kegiatan dan hasil-hasilnya yang bisa dirasakan oleh khalayak. Tujuan dari program ini ialah membangun opini positif tentang Kemenag. Bisa saja dalam bentuk infografis, speed writing, karikatur, film pendek, dan sebagainya. Info ini diambil dari quick wins Kemenag yang bernilai positif. Program ini saya kira tidak sulit sebab memang sudah tersedia bahan-bahannya dan hanya diperlukan sentuhan grafisnya saja. Program ini bisa merupakan agenda setting yang memang disediakan untuk mengarahkan pembaca atau pemirsa agar memahami secara positif terhadap upaya Kemenag dalam pelayanan public yang lebih memuaskan.
Kedua, merespon terhadap isu-isu sensitive yang diarahkan kepada Kemenag. Jika dilihat dari system kerjanya, maka tim cyber army tentu bertugas untuk menetralisir atau memberikan respon yang mengarah kepada opini yang positif. Isu-isu negative tersebut dibalik dengan pemberitaan yang lebih posisitf sehingga akan memunculkan opini kesebalikan dari isu-isu negative yang terpublish di media sosial. Di dalam konteks ini, maka tim harus selalu siap meneropong seluruh berita di media sosial, dan kemudian memberikan respon yang seimbang. Isu yang kedua ini tentu lebih rumit dibanding yang pertama tadi. Di sini tentu dibutuhkan suatu tim yang sangat kuat untuk mendeteksi dan memetakan terhadap seluruh pemberitaan terutama yang negative terhadap Kemenag. Namun demikian dengan bantuan teknologi seperti media track atau media ivenstigasi, maka tidak ada lagi kesulitan untuk mendeteksi content media yang negative dimaksud.
Ketiga, membangun tim yang solid. Saya yakin bahwa di lembaga pendidikan Islam, seperti UIN Sunan Ampel ada beberapa orang yang memiliki talenta bagus di dalam pengembangan media sosial. Selain itu di beberapa PTKIN juga terdapat fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, sehingga dipastikan ada sejumlah ahli komunikasi yang andal untuk menjadi anggota tim cyber army kemenag.
Di dalam pembicaraan kita dengan Pak Mastuki bahwa di Kemenag pusat juga ada sejumlah personal yang memiliki talenta dalam bermedia sosial. Jika mereka ini kemudian bisa dirangkai dalam satu kesatuan untuk membangun cyber army pasti dapat dikembangkan kerja tim yang baik. Sepengetahuan saya bahwa ada beberapa orang di UIN Sunan Ampel yang di masa lalu menggilai media sosial ini. saya tidak tahu apakah mereka masih seperti yang dulu yang aktif di dalam mengotak atik media sosial.
Tentu saja diskusi ini sangat menarik, sebab ada beberapa masukan yang diberikan oleh narasumber utama maupun nara sumber floor. Hadi Rahman, misalnya menyatakan bahwa yang perlu dibangun ialah visi dan misi di dalam membangun cyber army ini. Harus ada visi dan misi yang jelas apa yang akan dirumuskan dan dbangun itu. Jangan sampai hanya karena tekanan eksternal, lalu kita membuat tim cyber army. Mestinya harus ada visi dan misi yang jelas sehingga akan bisa dihasilkan produk tim cyber army yang lebih bermanfaat bagi kementerian. Selain itu juga harus ada keberpihakan pimpinan. Jangan sampai pemimpin lembaga tidak care terhadap keinginan untuk membangun imaje yang lebih positif dimaksud.
Dr. Chabib Mustafa menyatakan bahwa sekarang memang era cyber war. Dia menyatakan bahwa di dalam acara temu internasional tarekat di Pekalongan, maka di situ terdapat satu tim yang luar biasa untuk membangun opini tentang tarekat, sehingga pemberitaan tarekat melalui media sosial itu luar biasa. Dalam kasus Universitas Al Azhar, maka didapati satu tim cyber yang hebat, sehingga informasi tentang Islam, fatwa para ulama Azhar dan juga counter opini terhadap dunia Islam itu sangat dikuasai. Hasilnya adalah informasi tentang Islam dari Al Azhar itu bisa mempengaruhi terhadap dunia internasional.
Dr. Lilik Hamidah juga menyatakan bahwa kesadaran tentang pentingnya cyber army itu sudah ada dan sudah dilakukan pembicaraan yang mendasar. Hanya saja memang masih berhenti di wacana dan belum diimplementasikan di dalam perencanaan dan aksi yang memadai. Oleh karena itu sudah saatnya kita membuat rencana aksi yang lebih kongkrit untuk tujuan membangun imaje Kemenag tersebut, baik melalui perguruan tinggi maupun jajaran lainnya.
Dari diskusi ini tentu ada hal yang sebagaimana yang dinyatakan Pak Mastuki ialah bagaimana membangun SDM yang kuat untuk mewujudkan tiga hal, yaitu mendorong terwujudnya image Kemenag yang makin baik karena semua berita keberhasilan program terupload, lalu bagaimana menghadapi issu yang terus berkembang terkait dengan Kemenag, dan bagaimana mendorong semua aparat sipil negera Kemenag untuk terus terlibat di dalam program building image bagi Kemenag.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..