Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PERSONAL DAN INSTITUTIONAL BRANDING MELALUI BLOG (3)

PERSONAL DAN INSTITUTIONAL BRANDING MELALUI BLOG (3)
Diskusi di UIN Sunan Ampel dengan tema “Personal dan Institutional Branding”, 22/12/17, yang dipandu oleh Pak Mastuki ini tentu menarik dilihat dari nara sumber yang sangat memadai. Prof. Moh. Ali Aziz adalah guru besar di bidang Ilmu Dakwah yang memiliki kualitas akademis dan pengabdian masyarakat yang sangat baik. Beliau telah menciptakan model terapi shalat bahagia yang tidak hanya sudah ditrainingkan di Indonesia tetapi juga di luar negeri.
Menurut pengakuannya, bahwa terapi shalat ini sudah disampaikan kepada orang-orang atheis di Amerika Serikat dan dinyatakan sebagai model gerakan atau terapi yang bisa menyehatkan. Melalui gerakan ruku’ dan sujud yang lama dan dengan tekanan pada saraf dan sendi-sendi tertentu, maka gerakan shalat ini akan dapat memberikan efek sehat pada saraf dan otot yang terkena gerakan shalat tersebut.
Sebagai pembahas pada kesempatan ini, Prof. Ali menyatakan, bahwa “para dosen dan mahasiswa harus mengembangkan budaya menulis. Jangan pernah berhenti untuk berkreasi melalui tulisan. Percayalah bahwa tulisan kita itu akan dibaca orang. Saya tidak mengira bahwa tulisan-tulisan saya itu dibaca oleh jutaan orang. Tulisan dalam bentuk apapun apa dibaca oleh masyarakat pembaca. Di era teknologi informasi dan media sosial ini, maka tulisan dalam bentuk apapun akan dibaca oleh khalayak.”
Lebih lanjut beliau menegaskan: “Saya terus bersyukur, karena bahan khutbah saya itu dihargai puluhan juta rupiah oleh orang yang bersimpati dengan gerakan dakwah dan pengembangan pendidikan. Bahkan tulisan saya, ada yang dihargai sampai ratusan juta rupiah. Semua ini memberikan gambaran bahwa jika kita rajin menulis dan secara konsisten terus dilakukan bukan tidak mungkin tulisan itu akan dihargai orang. Makanya, saya akan terus menulis.” Beliau memberikan tip tentang cara untuk menemukan judul yang menarik, misalnya dengan membaca buku atau artikel yang relevan dan kemudian merumuskan judul tulisan yang menarik minat.
Sebagai penanggap berikutnya, Mas Hadi Rahman memberikan penjelasan mengenai arah baru dalam bermedia sosial. Menurutnya, “Kita sekarang ini berada di era digital. Era media sosial di mana semakin banyak orang yang akan menggunakan media sosial untuk berinteraksi dan menemukan jati dirinya. Ada beberapa kategori tentang pemanfaat media sosial. Ada generasi yang lahir tahun 50-an, yang merupakan generasi yang paling lengkap pengalamannya. Generasi ini yang paling komplit pengalamannya. Menggunakan mesin ketik untuk menulis, lalu beralih ke computer generasi awal, program Windows dan seperangkat teknologinya, lalu ke generasi ipad dan android. Jadi generasi ini adalah yang paling menikmati perjalanan teknologi informasi yang paling lengkap. Prof. Nur Syam dan Prof. Ali Aziz adalah termasuk generasi yang komplit pengalamannya itu.
Kemudian ada generasi berikutnya yang tidak mengalami perjalanan panjang teknologi informasi, sebab mereka sudah berada di era sekarang atau disebut sebagai generasi now. Di sinilah banyak tantangan yang dihadapi oleh mereka yang menggunakan media sosial sebagai wahana interaksi dan indentifikasi diri tersebut. Pada generasi ini sesungguhnya pertarungan media atau cyber war itu terjadi. Makanya, terhadap generasi ini maka diperlukan seperangkat pengetahuan yang memadai agar kemudian tidak jatuh ke dalam kubangan masalah dengan orang lain atau kelompok lain sebagai akibat penggunaan teknologi informasi. Mereka perlu disadarkan akan bahaya pemanfaatan media sosial yang justru tidak mendidik, misalnya hoax, dan sebagainya.”
Lebih lanjut Beliau sampaikan: “Saya termasuk orang yang mengapresiasi terhadap blog Pak Sekjen. Tidak hanya dari konsistensinya tetapi juga varian isi atau contentnya. Beberapa saat yang lalu saya membawa rombongan para rektor ke Finlandia dalam rangka kerja sama dan membangun jejaring dengan beberapa perguruan tinggi di sana. Para rektor tentu berkampanye tentang kehebatan perguruan tingginya, akan tetapi ketika ditanya apa yang sudah dilakukan oleh para rektor dan para dosennya di tengah teknologi informasi, maka semua pada bungkam tidak bisa menjawab. Dan saya akhirnya diselamatkan oleh Blognya Pak Sekjen.
Saya sampaikan bahwa blog Pak Sekjen ini adalah contoh keterlibatan para dosen di PTKIN pada era teknologi informasi. Ditanyakan oleh pimpinan di sana, apakah Prof. Dr. Nur Syam adalah profesor di PTKIN, maka saya sampaikan bahwa: “Prof. Dr. Nur Syam adalah Professor Sosiologi pada UIN Sunan Ampel Surabaya dan juga beberapa Universitas Islam Negeri lainnya.” Lebih lanjut Mas Hadi menyatakan: “selamatlah wajah PTKIN berkat blognya Pak Sekjen”.
Selain Prof. Ali dan Mas Hadi juga ada narasumber lainnya, yaitu Pak Dr. Fathurrahman, dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Beliau menyatakan bahwa: “di dalam dunia tulis menulis ada beberapa nama yang dapat dicatat. Pada waktu saya akan menulis biografi Pak Imam Suprayoga, saya nyatakan bahwa ada tiga Imam yang harus ditulis biografinya. Ada Imam Syafii, ada Imam Ghazali dan Imam Suprayogo. Dan sekarang saya tambahkan Prof. Nur Syam.”
Seungguhnya menulis adalah kebiasaan. Siapa yang konsisten menulis, maka secara otomatis akan terbentuk kemampuan menulis. Kosa kata akan secara langsung bertambah, kecepatan untuk merangkai kalimat juga akan terbentuk dan yang tidak kalah penting bahwa kita akan bisa menerjemahkan pikiran kita ke dalam tulisan yang akan lebih abadi.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..