Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PERSONAL DAN INSTITUTIONAL BRANDING MELALUI BLOG (2)

PERSONAL DAN INSTITUTIONAL BRANDING MELALUI BLOG (2)
Acara tasyakuran (22/12/2017) tentang pemeringkatan blog saya itu ternyata memang serius. Hal itu dibuktikan dengan nara sumber yang menjadi pembahasnya ternyata orang yang selama ini terlibat dengan dunia media sosial. Hadir bersama saya adalah Prof. Dr. H. Mohammad Ali Aziz, MAg., professor Ilmu Dakwah pada UIN Sunan Ampel Surabaya. Beliau adalah penulis buku laris, “60 Menit Terapi Shalat Bahagia” dan Trainer Terapi Shalat Bahagia yang sudah keliling dunia untuk memberikan pelatihan tersebut. Juga hadir Mas Hadi Rahman, Staf khusus Pak Menteri Agama, anak muda yang selama ini terlibat di dalam media sosial dan menjadi pemasok informasi media sosial bagi Kemenag., Pak Dr. Fathurrahman, dosen UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, dosen yang aktif di media sosial dan memiliki followers yang sangat memadai, dan juga Dr. Mohammad Arif, MSi, dosen ilmu Komunikasi pada Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya. Dan dipandu oleh Dr. Mastuki, Kepala Biro Humas, Data dan Informasi Kemenag.
Ada tiga hal yang saya sampaikan pada kesempatan penting ini, yaitu: pertama, acara ini diusung dalam kerangka mensyukuri komitmen untuk terus menulis di dalam blog yang telah mencapai tulisan sebanyak 1656 buah. Tulisan ini diupload dalam waktu kurang lebih 7 (tujuh) tahun, semenjak tahun 2009 sampai sekarang. Seandainya saya tidak absen dalam setahun, maka kiranya sudah terdapat 2000 tulisan. Sayang bahwa saya pernah berhenti menulis. Biarlah ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk terus berkomitmen menulis itu.
Dilihat dari pengunjung tulisan, maka mereka datang dari Indonesia, Amerika Serikat, Malaysia, Taiwan, Singapura, Norwegia, Cina, Belgia, Jepang, Belanda, Jerman, Saudi Arabia, dan lain-lain. Ada sebanyak 36 negara yang mengakses tulisan ini. Yang menarik setelah pembaca Indonesia, maka yang menduduki peringkat kedua terbanyak ialah Amerika Serikat. Kemudian dari peringkat bagi saya juga cukup membanggakan sebab dari sejumlah 3000 blogger di Indonesia dan 120 juta blogger di dunia, ternyata blog saya itu berada dalam peringkat 44.572. Tentu merupakan kebanggan khusus bahwa tulisan-tulisan saya itu mendapatkan pemeringkatan yang lumayan baik di tingkat nasional maupun internasional.
Kedua, semenjak semula niat untuk menulis di blog setiap hari itu adalah untuk menyemangati para dosen di UIN Sunan Ampel, Surabaya. Di setiap saya bertemu dengan para dosen muda itu selalu saya tanyakan: “apa masih menulis, sudah berapa banyak tulisannya” terkadang saya tambahkan “saya yang menjabat saja masih bisa menulis, seharusnya sampeyan lebih produktif” atau pertanyaan yang saya tujukan kepada para kandidat doctor, selalu saya tanyakan: “Kapan selesai doktornya”. Pertanyaan ini memang secara sengaja saya sampaikan agar bisa mensupport para dosen agar segera menyelesaikan studinya.
Dewasa ini ada semakin banyak doctor, baik dari dalam maupun luar negeri. Para doctor ini tentu sangat teruji di dalam menulis makalah atau sejenisnya. Sesungguhnya mereka telah memiliki seperangkat keterampilan untuk menulis. Dan dengan menyimak terhadap blog saya ini, maka mereka akan memperoleh lesson learn tentang aktivisme menulis tersebut.
Ketiga, ada beberap tip agar bisa menulis secara konsisten, yaitu: 1) tulislah yang kita pahami dan kita kuasai. Jika kita menulis yang kita pahami, maka kita akan bisa menulis dengan cepat dan akurat. Kita akan bisa memberikan penjelasan secara lebih rinci dan kita juga tidak akan terjebak pada penulisan yang bersifat subyektif dan kurang tepat. Saya memang tidak menulis dengan standart akademik yang tinggi. Saya hanya menuliskan pengalaman dan pengetahuan saya secara independen. Bahkan saya juga tidak menggunakan footnote yang ketat. Saya menulis dengan kekuatan pikiran saja. Nyaris tidak dijumpai catatan kaki untuk menggambarkan kita ittiba’ dengan penulis lain.
Saya kira menulis dengan tanpa referensi, bukanlah lalu tidak ada harganya, atau pengakuannya akademiknya sedikit. Melalui tulisan tanpa referensi juga tidak berarti terdapat kadar akademik yang rendah. Jadi, dengan tulisan kita akan memberikan peringatan, mengajak diskusi sebagai forum untuk tabayyun dan sebagainya. Selain itu juga memberikan informasi tentang komentar atau ulasan yang didasarkan atas kekuatan pikiran kita yang independen.
2) menulislah dengan focus yang jelas. Setiap tulisan tentu memiliki pesan yang akan disampaikan kepada pembacanya. Makanya setiap pembaca harus memperoleh kesan tentang apa yang dibacanya itu. Di dalam konteks ini, maka seorang penulis yang baik ialah jika dia menulis dengan focus yang jelas, memiliki pandangan yang mendalam dan juga memiliki ketajaman analisis. Ketiganya tentu akan bisa dilakukan dengan pelatihan dan pengalaman menulis yang cukup. Semakin banyak menulis akan semakin variatif kosa kata, dan juga makin “renyah” pembahasannya.
3) jangan menulis yang diperkirakan akan membawa kegaduhan. Seorang penulis yang baik juga predictor yang baik. Maka memprediksi terhadap dampak tulisan akan menjadi sangat penting untuk dipahami. Jangan sampai kita menulis lalu justru akan mematikan diri kita sendiri. Dewasa ini memang ada perubahan paradigm. Jika di masa lalu orang menulis dibahas dengan tulisan, akan tetapi sekarang tulisan dibalas dengan demo dan caci maki.
Sebagai seorang akademisi dan praktisi birokrasi saya kita kita memiliki sejumlah pengetahuan yang dapat kita tuangkan ke dalam tulisan. Jangan sampai pikiran-pikiran kita yang cemerlang itu hanya menguap bersama angin akan tetapi harus tetap lestari dengan tulisan.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..