Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

BERKUNJUNG KE NEGARA TIRAI BAMBU: MASJID ABI WAQAS (2)

BERKUNJUNG KE NEGARA TIRAI BAMBU: MASJID ABI WAQAS (2)
Saya tentu merasa bersyukur bisa melihat kehebatan Bandar Udara Baiyun di Guangzhou. Bandara yang terletak di Dsitrict Baiyun dan sesuai dengan nama Pegunungan Baiyun ini memang sangat luas. Arsitekturnya sangat modern dan juga sarana dan prasaranya yang hebat. Sangat modern dalam arti bahwa sudah menggunakan teknologi yang modern dan juga memudahkan. Bahkan kereta dorong barang saja sudah menggunakan aplikasi untuk check in.
Di dalam bandara ini juga dipenuhi dengan penjualan barang-barang, makanan, muniman dan toko-toko yang serba ada. Mulai dari asesori untuk oleh-oleh sampai mainan anak-anak dan pakaian. Bandara ini tentu didesain sebagai bandara internasional yang memenuhi standart internasional sungguhan. Sebuah bandara yang bersih dan modern, penataan pertokoan yang baik dan juga kelengkapan barang-barang yang dijual.
Saya tentu merasa terhormat dengan dijemput oleh Pak Piandi di bandara. Beliau yang menjadi penerjemah saya dan kawan-kawan dengan sopir taksi yang saya tumpangi. Pak Komeng atau Pak Hotma Ojahan Ocktavianus Napitupulu tidak bersama kami, sebab kendarannya tidak cukup. Van yang kami tumpangi hanya cukup untuk 6 (enam) orang saja. Kami melewati jalan tol yang indah, sebab di sisi kiri dan kanan jalan dihiasi dengan bunga-bunga yang lagi mekar. Bangunan di seputar jalan tol memang tergolong banyak bangunan yang sudah tua.
Pusat perbelanjaan grosir juga dengan bangunan yang cukup tua. Kata Pak Piyandi bahwa di sini semua jenis barang di jual. Kalau di Jakarta seperti di Pasar Tanah Abang, atau Pusat Perbelanjaan Glodok. Barang-barang dijual dengan murah. Sepanjang jalan menuju ke Makam Sahabat Nabi, Sa’ad bin Abi Waqas dipenuhi dengan toko-toko dengan aneka ragam jualan. “Murah-murah”, demikian Pak Piyandi menyatakan.
Langkah kami pertama ialah berziarah ke Makam Paman Rasulullah Muhammad saw, Sayyidina Sa’ad bin Abi Waqas. Seorang sahabat Nabi Muhammad Saw dan termasuk assabiqunal awwalun, yang berdagang dan berdakwah di Negeri Tirai Bambu. Beliau tentu menyusuri Jalur Maritim Sutra (Maritime Silk Road) yang sangat terkenal semenjak dahulu kala. Cina sudah merupakan negara yang sangat maju di kala itu, sehingga telah menjadi pusat perdagangan dunia. Kekaisaran Cina –sebagaimana di dalam cerita-cerita dan manuskrip yang dipercaya memang telah memajukan Cina menjadi negeri yang sangat hebat di masa lalu.
Sayyid Sa’ad bin Abi Waqas datang ke Negeri Cina di masa Kekaisaran Dinasti Tang. Beliau datang dari Jazirah Arab menuju ke Guangzhou dan kemudian mendirikan Masjid yang sangat bersejarah di Cina. Di Guangzhou ada 4 (empat) masjid, yaitu Masjid Huaisheng, Masjid Abi Waqqas, Masjid Haopan, dan Masjid Xiaodongying. Beliau dimakamkan di Tempat Pemakaman Islam di Guangzhou. Berdekatan dengan masjid yang didirikannya.
Masjid Abi Waqqas didirikan pada saat kekaisaran Tang dengan luas 25.000 M2. Masjid ini –sebagaimana model bangunan Cina, terdiri dari banyak tiang baik di dalam maupun di luar. Dari depan tampak memanjang dengan lambang bulan sabit di atasnya. Masjidnya memang tidak terlalu luas, akan tetapi taman yang penuh dengan pepohonan dan bunga-bunga menghiasi depan dan samping masjid ini. Berbeda dengan masjid-masjid di Jakarta yang kebanyakan berada di tempat-tempat pemukinan padat penduduk, maka masjid ini sungguh luar biasa dilihat dari lingkungannya.
Saya datang di tempat ini sudah sore, jam 16.00 waktu setempat. Saya bersama rombongan kemudian memasuki pintu menuju makam. Kami bersyukur bertemu dengan Imam masjid, namanya Imam Siddeeq dari Guangzhou Islamic Association. Pelestarian dan pengembangan agama Islam di Cina dikoordnasikan oleh lembaga ini, termasuk juga mengkoordinir para dai dan imam masjid.
Begitu memasuki pintu gerbang makam, maka di atas pintu terdapat tulisan dalam bahasa Arab dan Cina yang berbunyi “Raudhah Abi Waqqas”. Di dalamnya ternyata terdapat Kantor Penjaga Makam atau Juru Kunci Makam Suci. Saya temui beliau di kantornya, dan saya nyatakan kalau kami bersama rombongan datang dari Jakarta, Indonesia dan ingin berziarah ke Makam Sayyid Sa’ad bin Abi Waqqas.
Beliau sangat welcome dan mempersilahkan saya untuk berziarah dan bahkan kami diantarkan ke tempat makam keramat itu. Dibukakan pintunya dan dinyalakan lampunya. Begitu beliau tahu bahwa kami adalah muslim dari Indonesia, maka beliau sangat gembira dan juga menyatakan hampir setiap pekan ada jamaah dari Indonesia yang mengunjungi dan berziarah ke makam ini.
Beliau temani saya berziarah di makam. Sebagai orang Islam, saya sangat menghargai terhadap para leluhur yang berdakwah, seperti Sayyid Abi Waqqas, maka saya dan kawan-kawan membacakan tahlil dan do-doa sebagaimana biasanya kami berziarah ke makam para auliya. Saya merasakan betapa aura makam ini sungguh luar biasa. Demikian pula Pak Ferry juga merasakannya. Saya sungguh kagum dengan dakwah yang dilakukan oleh Sayyid Abi Waqqas yang menyusuri jalur lautan sutra dan berdakwah di sini. Di dalam makam Beliau terdapat kaligrafi dengan tulisan La Ilaha Illallah Muhammadur Rasulullah. Sebagaimana makam di Indonesia, maka makam ini ditutup dengan kain. Yang paling atas berwarna putih dan dibawahnya berwarna kehijau-hijauan dan bukan putih seluruhnya. Sebagaimana makam para auliya di Indonesia. bentuk makam Sa’ad Bin Abi Waqqas itu ditutup dengan kain yang menyerupai bentuk bel atau seperti kubah khas Timur Tengah. Selain itu juga terdapat buku-buku tahlil dan surat Yasin. Juga ada buku Tahlil yang terjemahannya dicetak dalam bahasa Indonesia. Selain kami yang berziarah juga ada beberapa orang dari Cina muslim yang juga berziarah. Selain itu juga ada semacam bendera berwarna hijau sebanyak 2 (dua) atau 3 (tiga) buah.
Bangunan fisik luar didominasi oleh warna hijau, dengan sedikit ada warna merah. Meskipun sebatas menduga, tetapi saya kira makna dari warna merah tentu terkait dengan lambang negeri Cina sekarang. Saya, Pak Piyandi, Pak Supriyadi, Pak Ferry, Pak Chuzaimi dan Pak Desmond serta Pak Imam Siddeq tentu saja menyempatkan berfoto bersama. Sayangnya karena waktu yang sangat terbatas sehingga kami segera meninggalkan makam yang agung ini untuk melakukan shalat di masjid Abi Waqqas.
Di dekat makam juga terdapat sumur keramat, yang berusia lebih dari 1300 tahun. Konon sumur ini digunakan untuk mengingat perjuangan Sahabat Abi Waqqas di dalam berdakwah di negri Cina. Kami tentu saja meminum sumur itu sebagai bentyk penghargaan atas dibangunnya sumur bersejarah dalam kaitannya dengan Sahabat dan sekaligus paman Nabi Muhammad saw.
Kami tentu sangat bergembira bisa berziarah ke makam salah seorang Sahabat Nabi Muhammad saw dan bahkan paman Beliau, yang ternyata telah melakukan perjalanan sangat jauh menyusur samudra jalur Sutra dari Arab Saudi ke Cina untuk mengembangkan Islam. Pantaslah rasanya jika Beliau termasuk sahabat Nabi yang dijanjikan oleh Allah akan memasuki surganya. Saya rasa sangat pantas jika umat Islam membacakan surat Al Fatihah kepada Beliau.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..