• May 2024
    M T W T F S S
    « Apr    
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

SEMINAR UNHI; TANGGULANGI RADIKALISME (2)

SEMINAR UNHI; TANGGULANGI RADIKALISME (2)
Seminar di Universitas Hindu Indonesia (UNHI) ini menjadi menarik sebab memang dihadiri oleh para pakar atau nara sumber yang sangat kompeten. Sebagai staf Khusus Presiden, Pak Ari Dwipayana tentu memiliki kekayaan data yang terkait dengan gerakan-gerakan intoleran dan juga gerakan kekerasan agama atau lainnya.
Saya memang telah membaca beberapa data terakhir, terutama yang dirilis oleh Alvara terkait dengan profile Keberagamaan Masyarakat Jawa Timur, Laporan Survey nasional yang diberi tajuk “Ada Apa Dengan Mileneal, Orientasi Sosial, ekonomi dan Politik yang dirilis oleh CSIS, Survey Indonesia: Middle Class Muslim, Religiosity an d Consumerism oleh Alvara Research Center dan beberapa survey lainnya. Namun demikian, data ini menjadi menarik untuk dicermati terutama di dalam acara seminar di UNHI ini. Salah satu yang menarik untuk dicermati ialah data-data tentang semakin menguatnya kecenderungan intoleransi dan gerakan radikal lainnya.
Berdasarkan Data yang dirilis oleh Alvara Research Center, 2017, tentang Profesional Indonesia, dengan sampel yang terdiri dari PNS, BUMN, dan Swasta dengan batasan sample dari Pertahanan Keamanan, Keuangan, Energy dan Pangan, Telco dan Logistic, Kesehatan dan Pendidikan, dari sebanyak 1200 anggota sample, didapatkan data-data sebagai berikut:
1) Sebanyak 16% professional yang tidak mendukung pemimpin non muslim.
2) Sebanyak 28,7 % terutama dari kategori PNS, sebanyak 27,6% professional mendukung terhadap perda syariah.
3) Sebanyak 29,6 % PNS dan swasta mendukung terhadap diperjuangkannya penerapan Islam secara kaffah, bahkan yang PNS dan Swasta setuju bahwa negara Islam harus memperjuangkan Islam kaffah.
4) Di antara mereka menyatakan Pancasila sebagai ideology yang tepat bagi Indonesia 84,5% akan tetapi juga sebanyak 15,5 % memilih ideology Islam.
5) Professional yang setuju dengan khilafah sebagai bentuk negara, maka PNS sebanyak 22,2% dan swasta 17%, dan yang setuju jihad memperjuangkan sebanyak 19,6%.
Survey ini juga menggambarkan bahwa ada 3 (tiga) dari sekian ulama yang menjadi panutan adalah Mamah Dedeh, KH. Abdullah Gymnastiar dan Habib Rizieq Syihab. Dan selain itu juga ada yang dianggap sebagai awareness ulama ialah KH. Abdullah Gymnastiar, Ustadz Arifin Ilham, Ustadz Yusuf Mansur dan juga terdapat nama Habib Rizieq Syihab, Khalid Basalamah, Felix Siauw, Syafiq Reza Basalamah, Prof. Dien Syamsuddin, KH. Aqil Siraj, Prof. KH. Quraisy Syihab dan beberapa lainya.
Survey ini menjadi menarik sebab yang dijadikan sampel ialah para anggota PNS dan kaum swasta yang tergabung di dalam kaum professional. Yaitu mereka yang secara status ekonomi dan pekerjaan tentu sangat baik dan merupakan kelompok penduduk Indonesia yang bisa dinyatakan sebagai berpendidikan baik, berpekerjaan yang baik dan berpenghasilan baik. Mereka adalah sekelompok orang yang sudah memiliki kesadaran sangat tinggi terkait dengan pilihan-pilihan kehidupannya. Mereka bukanlah sebagaimana anggota masyarakat yang belum beruntung di Indonesia ini.
Kecenderungan mereka untuk mendirika khilafah di kalangan mereka tentu bisa menjadi pertanda bagi adanya sebuah perubahan dalam mindset para PNS yang selama ini dianggap sebagai kelompok garda depan untuk membela Pnacasila, UUD 1945 dan NKRI. Jika dibandingkan dengan jumlah PNS sebanyak 4.000.000 orang, maka angka 22,2% tentu sangatlah tinggi atau mendekati angka 1.000.000 PNS yang menghendaki negara dalam bentuk khilafah. Jika kemudian juga dibandingkan yang menginginkan terlaksananya Islam kaffah melalui negara Islam sebesar 29,6% PNS dan Swasta yang menghendakinya, maka betapa bahwa kaum professional kita telah memiliki referensi untuk memilih negara Islam dimaksud.
Hal ini tentu juga dapat dikaitkan dengan pilihan terhadap para da’I yang memiliki haluan keras, seperti Khalid Basalamah, Reza Basalamah, Felix Siaw bahkan Habib Rizieq. Meskipun ada beberapa nama yang termasuk pendukung Islam wasathiyah, akan tetapi tentu bukanlah penentu. Mereka yang dijadikan sebagai tokoh ini adalah da’I yang sering muncul di televisi. Nama-nama mereka memang menghiasi dunia pertelevisian Indonesia. nama-nama yang tercantum di dalam pilihan sebagai tokoh panutan dan awareness ulama ialah yang bisa dilihat di televise Indonesia. jika Dien Syamsudin, KH. Quaraisy Syihab, Solmed, Ustdz Maulana, KH. Said Aqil Siraj, AA. Gym, Arifin Ilham, Yusuf Mansur sering di televisi seperti Metro TV, TV One, Trans TV, Indosiar, Net TV, iNews TV dan sebagainya, maka Khalid Basalamah, Felix Siaw, Reza Basalamah, Habib Rizieq dan sebagainya tentu aktif berdakwah di MTA TV, Wesal TV, dan lain-lain yang di dalam konten ceramahnya memang menggelorakan tentang Islam kaffah dan seterusnya.
Dengan demikian, bisa juga ditafsirkan bahwa kaum professional memang telah memiliki preferensi tertentu dalam kaitannya dengan keberagamaan mereka dan yang dipastikan terjadi ialah adanya perubahan untuk menjadikan dirinya lebih memilih kepada gerakan Islam yang mengusung tema-tema Islam kaffah, Islam khilafah dan Islam puris yang lebih eksklusif.
Meskipun jumlah yang memilih Indonesia dengan empat pilar kebangsaan jauh lebih besar, namun saya kira “wake up call” yang disampaikan oleh Pak Ari Dwipayana patut untuk direnungkan.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..