Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MEMAHAMI TRANSFORMASI PERAN AGAMA KRISTEN DI ERA MILENIAL

MEMAHAMI TRANSFORMASI PERAN AGAMA KRISTEN DI ERA MILENIAL
Saya diundang oleh Ketua Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Palangkaraya, Dr. Netto W.S. Rahan, dalam acara seminar nasional, 7/11/2017, dengan narasumber Pdt. Prof. Dr. Yan Aritonang dan Romo Benny Susetyo. Hadir juga di dalam acara ini ialah sebanyak 70 pendeta se Kalimantan Tengah, para dosen dan mahasiswa strata satu dan program pasca sarjana.
Sebagai nara sumber pertama, maka saya tentu mengambil tema yang lebih umum dalam kaitannya dengan “Kerukunan Umat Beragama: Peran Transformasi Kekristenan Bagi Masyarakat di Abad Milenium”. Sebuah tema yang saya pikir sangat relevan di tengah upaya untuk membangun masyarakat Indonesia yang plural, multicultural dan demokratis.
Saya memulai pembicaraan di seputar issu politik pada tahun 2018 yang sebentar lagi akan kita masuki. Para politisi, para akademisi, para tokoh agama dan bahkan Presiden Jokowi sudah menyampaikan bahwa tahun 2018 adalah tahun politik sebab pada bulan Agustus 2018 sudah akan terdapat calon Presiden dan Wakil Presiden. Itulah sebabnya saya meminta kepada seluruh jajaran civitas akademika untuk memahami tahun politik itu agar tidak terjebak pada politik praktis di dalam dunia kampus. Makanya, kita harus memahami seberapa banyak tantangan bangsa ini di era milenial.
Pertama, Kita sesungguhnya memiliki banyak tantangan. Seperti tantangan radikalisme, ekstrimisme atau terorisme. Kita sedang berhadapan dengan gerakan-gerakan yang “mengejutkan” dunia dengan keinginan untuk mendirikan ISIS, yang memiliki sejumlah simpatisan di berbagai negara. Kita juga menghadapi potensi disintegrasi bangsa yang disebabkan oleh adanya keinginan untuk mengubah haluan negara. Ada sebagian kecil warga masyarakat yang menginginkan negara ini berdasar atas agama tertentu.
Selain itu juga tantangan konflik pertanahan, konflik politik, upah tenaga kerja, pengangguran, kualitas pendidikan dan rendahnya kompetensi bangsa. Semua ini merupakan tantangan yang akan mewarnai terhadap beberapa tahun ke depan. Semua harus dimanej sedemikian rupa sebab kita harus meletakkan tahun 2020 sebagai tahun fondasi kebangkitan Indonesia yang mandiri dan berkepribadian. Kita mesti harus berhasil mengelola berbagai tantangan ini sebab kita menginginkan Tahun Indonesia Emas, 2045, sebagai tahun keberhasilan Indonesia yang aman, adil dan sejahtera.
Kedua, sebenarnya pemerintah sudah melakukan banyak hal terkait dengan upaya untuk mengelola terhadap berbagai tantangan ini. Saya tidak akan membahas secara keseluruhan, akan tetapi ada beberapa yang perlu saya highlight, misalnya mengenai penanggulangan gerakan ekstrimisme. Beberapa minggu yang lalu, ada sebuah pertemuan yang disebut “Senior of Meeting” dari Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS). Tajuk meeting ini ialah bagaimana menanggulangi ekstrimisme melalui teknologi informasi. Sungguh menarik bahwa semua negara anggota MABIMS memiliki kesepahaman dan kesamaan program untuk menanggulangi ekstrimisme.
Indonesia mengajukan dan melaksanakan program “Gerakan Moderasi Agama” yang saya kira relevan dengan keinginan untuk menanggulangi mereka yang ekstrim atau yang radikal (kelompok kanan), dan juga mereka yang liberal bahkan atheis atau kelompok kiri yang telah bercokol di Indonesia. Jadi tidak menggunakan program deradikalisme, yang kesannya lebih menghakimi hanya kepada kelompok kanan saja.
Upaya ini tentu harus memperoleh dukungan dari semua kalangan. Kaum akademisi, kaum ulama, para pendeta, para bhiksu, para pedande, tokoh agama, para politisi, TNI/POLRI, kaum birokrat, dan seluruh komponen bangsa. Terus terang tidak bisa upaya ini hanya didukung oleh sebagian masyarakat Indonesia. Harus ada kerja bareng yang diupayakan untuk memberantas mereka yang terpapar dan menanggulangi yang belum terpapar. Jadi harus ada sinergi dari seluruh komponen bangsa.
Kemudian tentang tantangan pendidikan yang belum merata kualitasnya. Di dalam konteks ini, maka pemerintah sudah memberikan berbagai program seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) di era Pak Jokowi dan Bantuan Siswa Miskin (BSM) di era Pak SBY. Di tingkat pendidikan tinggi seperti Bidikmisi yang saya kira bisa menjadi solusi bagi anak pintar yang kurang beruntung secara ekonomi akan bisa melanjutkan pendidikannya. Semua ini dirancang agar tidak ada anak usia sekolah yang tidak sekolah. Jadi, melalui sentuhan program seperti ini diharapkan pemerataan pendidikan akan segera bisa diselesaikan masalahnya.
Pendidikan berkualitas merupakan missi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2019-2024. Sesuai dengan perencanaan yang telah digariskan oleh pemerintah melalui Bappenas, bahwa aspek perluasan akses dan pemerataan pendidikan diharapkan sudah bisa diselesaikan pada tahun depan, sehingga yang harus dipikirkan dan dilaksanakan ialah meningkatkan kualitas pendidikan. Di dalam konteks ini, maka semua PTKN di bawah Kemenag juga harus berseirama dengan keinginan untuk mencapai pendidikan berkualitas dimaksud.
Ketiga, untuk bisa mencapai Indonesia yang damai, aman dan sejahtera melalui pendidikan berkualitas, maka salah satu prasyaratnya ialah kerukunan berbangsa dan bernegara. Kemenag memiliki tugas dan kewajiban untuk membangun kerukunan umat beragama. Sesuai dengan survey yang dilakukan oleh Badan Litbang dan Diklat Kemenag, bahwa tingkat atau indeks kerukunan kita sudah semakin baik dari tahun ke tahun. Dari sisi kesetaraan dan toleransi, saya kira capaian kerukunan umat beragama sudah sangat memadai, hanya saja dalam kerja sama memang masih rendah indeksnya.
Oleh karena itu, tugas kita ke depan ialah bagaimana meningkatkan kerjasama antar penganut agama di era pembangunan bangsa. Untuk membangun diperlukan kerjasama yang memadai. Makanya dengan terus berupaya untuk membangun kebersamaan dalam bekerja tentu menjadi target kita. Pemerintah bersama majelis-majelis agama dan masyarakat secara keseluruhan harus mengubah mindset dan cultural set agar bisa bekerjasama. Kita semua berharap agar toleransi, kesetaraan dan kerjasama para penganut agama akan semakin baik di era yang datang.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..