• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MENGOPTIMALISASIKAN POTENSI MAHASISWA PTKIN (1)

MENGOPTIMALISASIKAN POTENSI MAHASISWA PTKIN (1)
Di dalam kunjungan saya ke UIN Sunan Ampel Surabaya dalam kerangka monitoring Pelaksanaan Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil, khusus untuk rekruitmen dosen, maka saya berkesempatan untuk menghadiri forum Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada UIN Sunan Ampel Surabaya, 25/10/2017. Acara ini digelar di Ruang Amphitheater UIN Sunan Ampel Surabaya di Lantai 2 yang ruangannya sangat baik dan berkualitas.
Acara ini dihadiri oleh Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. Abdul A’la, yang baru saja menerima penghargaan sebagai Santri Berprestasi di bidang pendidikan dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional, Prof. Dr. H. Moh. Ali Aziz, dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang berkeliling dunia memperkenalkan “Terapi Shalat Bahagia”, Dr. Rr. Suhartini, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Prof. Dr. Aswadi, Drs. Isa Anshori, MSi, para dosen, dan mahasiswa program Strata 1 maupun program magister. Acara ini dipandu oleh Dr. Agus Santoso, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada UIN Sunan Ampel Surabaya.
Acara di Surabaya tentu merupakan acara yang bagi saya bernilai nostalgia, sebab di tempat ini, saya dibesarkan dan menggapai asa menjadi pimpinan tertinggi (rector) selama 3 (tiga) tahun. Masa-masa yang sangat indah dan penuh tantangan. Ada capaian keberhasilan dan ada proyek rintisan yang berhasil diraih pada saat kepemimpinan tahap berikutnya. Dan nanti kalau sudah saatnya tiba, artinya tidak lagi menjabat dalam jabatan structural, maka tentu akan kembali mengabdikan diri sebagai dosen di perguruan tinggi ini.
Tema yang diusung di dalam Seminar nasional ini ialah “Masa Depan Alumni Fakultas Dakwah dan Komunikasi di Era Milenial”. Suatu tema yang sangat prospektif, tetapi juga penuh tantangan dan hambatan untuk menjawabnya. Tentu saja saya merasa juga tertantang untuk menghadirkan presentasi yang memadai di kampus ini. Apalagi di antara mahasiswa tentu berharap bahwa akan didapatkan solusi yang memadai tentang apa dan bagaimana mereka ke depan harus menghadapi era milenial yang penuh dengan “ketidakpastian” dan tantangan tersebut.
Di dalam kesempatan ini, maka saya gambarkan ada 2 (dua) pertanyaan yang tentunya harus kita jawab secara optimal. Pertama, mengapa kita harus memperkuat pendidikan di Indonesia? Saya sering menyatakan bahwa pendidikan merupakan kata kunci untuk mengembangkan SDM Indonesia. Jika pendidikannya baik, maka akan bisa dipastikan bahwa SDM kita juga baik. Pendidikan merupakan instrument terbaik bagi bangsa ini untuk mengentaskan diri dari keterpurukan, keterbelakangan dan keterpinggiran. Jika kita tidak ingin berkubang di dalam hal ini, maka kuncinya ialah memperbaiki kualitas pendidikan kita.
Dewasa ini, Indeks Pengembangan Manusia (IPM) kita turun, yang pada tahun 2015 berada di peringkat 110 dari 188 Negara di dunia, maka sekarang IPM kita menduduki peringkat 113 dunia. Jauh dibandingkan dengan Thailand yang sudah memasuki peringkat 89 dunia. Itu artinya, bahwa kita memang masih berada di level negara berkembang dan belum beranjak untuk menjadi negara maju. Akan tetapi kita merasa bergembira karena kualitas manusia Indonesia semakin baik, sebab perkembangannya secara kualitatif memang memadai.
Saya tekankan bahwa kita memang tidak tepat membandingkan negeri ini dengan Negara Singapura, sebab sebagai Negara Kota, maka jumlah penduduknya sangat kecil dan luas wilayahnya juga terbatas. Namun demikian, cara Singapura mengembangkan SDM-nya tentu bisa dijadikan sebagai contoh yang baik.
Lalu dari sisi Indeks Kompetisi Global (IKG) atau Global Competition Index (GCI), kita bersyukur bahwa GCI kita meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu terdapat lompatan 5 (lima) digit, dari peringkat 39 ke peringkat 34. Suatu pertanda baik, bahwa di tengah kompetisi global dalam berbagai aspek kehidupan ini, kita bisa merangsek ke posisi yang lebih tinggi.
Kita harus menyadari bahwa di era globalisasi ini, maka kata saktinya ialah kompetisi. Sebab tidak ada negara yang tidak terus menerus berupaya agar kompetisi bangsanya bisa meningkat. Kita akan menghadapi persaingan antar bangsa yang sangat ketat. Kita akan semakin berebut pasar dunia, baik pasar kerja maupun komoditas. Di dalam bursa kerja, maka akan terjadi persaingan yang sangat ketat, sebab setiap negara akan berupaya untuk menjadi negara yang bisa menguasai pasar kerja internasional. Demikian pula pasar komoditas, juga akan terjadi kompetisi yang sangat keras untuk saling menguasai, saling mendominasi dan saling berebut keuntungan secara finansial. Jadi kita semua harus melakukan kerja besar dalam kerangka untuk membangun kemampuan kompetisi di era yang makin kompleks ini.
Kedua, lalu apa yang bisa kita lakukan? Saya kira jawaban yang tepat ialah bahwa kita harus mengoptimalkan potensi yang kita miliki, jangan hanya penguatan potensi intelektual (intellectual intelligent) saja, akan tetapi juga harus mengoptimal potensi sosial (social intelligent), potensi emosi (emotional intelligent) dan bahkan juga potensi spiritual (spiritual intelligent). Jika kita bisa mengoptimalkan 5 (lima) potensi ini sekaligus, maka kita akan menuai keberhasilan di dalam kompetisi global yang sedang berlangsung. Jangan hanya ranah akal saja yang diperkuat, akan tetapi juga ranah lainnya. Jangan hanya menghasilkan anak cerdas secara intelektual saja, akan tetapi juga harus cerdas lainnya.
Di sinilah letaknya sinergi antara dosen dan mahasiswa. Makanya, ada 2 (dua) hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1) Dosen tidak hanya sebagai penyebar pengetahuan—sebab ini juga bisa didapatkan dari internet—akan tetapi justru mengembangkan 3 (tiga) potensi lainnya itulah yang merupakan tugas dosen yang hakiki yang tidak bisa didapatkan dari internet. Saya selalu memandang bahwa kelebihan dosen ialah tentang bagaimana para dosen menjadikan mahasiswanya sebagai makhluk yang hebat dengan menemuan dan upaya untuk terus berkarya. 2) saya kira bahwa mahasiswa harus dibekali dengan optimalisasi kapasitasnya. PT perlu menyediakan berbagai program untuk mengembangkan kapasitas ini. Jadi yang disentuh di dalam program pembelajaran bukan hanya potensi intelektualnya, akan tetapi juga keahlian dan ketrampilan. Mahasiswa harus dididik agar mengenali dirinya dan potensi atau kapasitas dirinya. Lalu, mereka diberikan pilihan, misalnya akan menjadi akademikus, menjadi pengusaha, menjadi manager, menjadi pemimpin atau menjadi apa saja yang dihendakinya. Jadi menurut saya harus ada “sekolah kepemimpinan”, “sekolah pengusaha”, “sekolah manager”, “sekolah menulis”, “sekolah kepribadian”, “sekolah produk halal”, “sekolah riset”, dan sebagainya yang dikelola secara baik dan terukur. Dari sini akan menghasilkan sertifikat-sertifikat yang akan bisa dijadikan sebagai jalan untuk menuju kehidupan yang sesungguhnya.
Untuk program ini, maka PT bisa melakukannya sendiri dengan bekerja sama dengan lembaga yang accredited sehingga akan memperoleh recognition yang memadai atau akan dilakukan oleh pihak lain melalui kerja sama. Saya kira ada banyak pilihan yang bisa dilakukan dalam kerangka memperkuat mahasiswa ini, agar ke depan mereka akan mampu bersaing dengan dunia yang makin sempit dan kompleks ini.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..