• October 2024
    M T W T F S S
    « Sep    
     123456
    78910111213
    14151617181920
    21222324252627
    28293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MAKNA IMAN DALAM KEHIDUPAN

 Akhir-akhir ini, memang sedang terjadi pabcaroba di dalam kehidupan manusia Indonesia. Ada banyak masalah yang sedang dihadapi oleh bangsa ini. mulai dar terorisme, penyalahgunaan wewenang, konflik antar aparat hukum, konflik politik dan juga konflik sosial. Beragai masalah ini, sesungguhnya bersumber dari satu hal saja, yaitu lemahnya iman sebagai inti kehidupan.

Iman memang hanya terdiri dari empat huruf. Akan tetapi dalam agama apapun iman merupakan kunci dari keberagamaan seseorang. Tanpa iman tidak ada pengabdian manusia kepada Dzat yang dianggap Suci. Iman memegang posisi kunci di dalam semua urusan keagamaan.

Al-Qur’an telah mengajarkan kepada manusia agar ketika beriman kepada Allah jangan sekalipun ragi-ragu. Surat Al-Hujurat (49:15), menyatakan: “innama al-mu’minuna al-ladzina amanu bi-Allahi wa rasulihi tsumma lam yartabu”, artinya: “sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya kemudian mereka tidak ragu-ragu”.

Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa hendaknya di dalam beriman hanya ditujukan kepada Allah semata. Demikian ketika beriman kepada kerasulan Muhammad Saw. Islam mengajarkan agar jangan sedikitpun merasa ragu akan imannya itu. Keraguan akan membawa kepada sikap dan tindakan yang menyimpang dari keimanan tersebut. Di dalam bahasa Jawa, iman itu harus madep, mantep dan mancep. Madep artinya seluruh hati dan perasaan kita harus dihadapkan hanya kepada Allah, jangan berpaling sedikitpun. Mantep artinya iman harus ditujukan semata kepada Allah, jangan sampai berbelok sedikitpun. Mancep artinya iman harus ditanamkan sedalam-dalamnya kepada Allah. Ibarat akar tunjang yang menghunjam ke dalam tanah sehingga dapat menyangga kehidupan pohon tersebut.

Kita semua telah memperoleh hidayah iman dari Allah. Makanya, sudah semestinya jika iman tersebut dipelihara dengan sekuat tenaga. Kita singkirkan semua keraguan. Kita singkirkan semua kejumawaan. Kita singkirkan semua yang menyebabkan munculnya keraguan akan keimanan tersebut. Hanya orang yang tanpa keraguan akan melakukan amalan agama dengan sungguh-sungguh.

Iman memang berurusan dengan hati. Iman berurusan dengan perasaan. Iman akhirnya juga berurusan dengan sikap dan tindakan. Iman yang benar akan mengantarkan kepada tindakan yang benar. Sebaliknya iman yang diselimuti keraguan akan menjadikan segala sesuatu terombang-ambing. Ibaratnya, Iman itu adalah sais kendaraan. Ketika saisnya tidak ragu-ragu, maka kendaraan akan berjalan pada tempatnya. Dan ketika saisnya mengalami keraguan, maka kendaraan akan bisa oleng dan tidak tentu tujuannya.

Memang Allah adalah sesuatu yang gaib. Tuhan adalah misteri yang tidak terselami. Tuhan adalah dzat yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia di dunia. Allah terkait dengan dzat yang Maha Gaib dan Maha Tersembunyi. Allah adalah dzat yang Maha Dalam dan Maha Batin. Makanya, manusia tidak akan mampu menangkap Allah dengan dunia fisiknya. Orang yang mampu merasakan kehadiran Allah adalah manusia yang hijab (tabir) antara dirinya dengan dzat Allah telah terbuka. Dan orang yang seperti ini memang jarang ditemukan. Hanya orang yang tiada keraguan akan adanya Allah dan mendekat (taqarrub) kepada-Nya melalui serangkaian peribadahan yang ikhlas saja yang akan mampu menjangkau-Nya.

Dengan demikian, seseorang akan mampu sampai kepada-Nya, jika di dalam hatinya tidak terselip sedikitpun keraguan akan keberadaan-Nya. Segala peribadahan sesungguhnya memiliki dan terkait dengan inti kehidupan, yaitu iman kepada Allah swt.

Wallahu a’lam bi al-shawab.      

Categories: Opini