• October 2024
    M T W T F S S
    « Sep    
     123456
    78910111213
    14151617181920
    21222324252627
    28293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

REMAJA DAN PLAY STATION

 Kita sungguh-sungguh prihatin membaca berita-berita di koran bahwa kenakalan remaja semakin variatif, misalnya pencurian yang dilakukan oleh para remaja. Banyak pencurian yang dilakukan oleh remaja berusia belasan tahun. Cara dan modusnya juga sangat variatif. Bahkan mereka banyak yang melakukannya dalam jumlah yang lebih dari tiga kali. Dan ternyata hasil pencurian tersebut digunakan untuk bermain game di play station. Dengan demikian, secara kasar, bisa dinyatakan bahwa ada relasi antara pencurian yang dilakukan oleh para remaja dengan kecanduan bermain game di play station. Dugaan ini tentu masih sangat bersifat asumtif sebab hanya menggunakan commonsense untuk melihat adanya relasi tersebut.

Dunia anak-anak memang dunia permainan. Hal ini tentu bukan hal yang salah. Anak-anak memang sangat lekat dengan permainan. Makanya jika anak senang bermain, memang begitulah adanya. Secara sosiologis, bahwa anak memang memiliki kecenderungan melakukan interaksi dengan kawan-kawannya melalui permainan dalam berbagai variasi dan jenisnya. Jika di masa lalu, permainan tersebut menggunakan bahan-bahan alami, maka seirama dengan perkembangan dunia sosial, maka terdapat semakin banyak varian permainan anak-anak yang ditawarkan oleh dunia industri mainan.

Saya teringat ketika masa kecil dulu. Jika saya ingin membuat mainan tentang sapi atau kerbau, maka saya pergi ke sawah untuk mengambil tanah liat dan kemudian  saya bikin  mainan berupa sapi atau kerbau dari tanah liat tersebut. Ada matanya yang saya bikin  dari bahan-bahan yang mirip mata  sapi atau kerbau. Sapi atau kerbau  itu sekali waktu diadu dengan menggunakan tangan. Sebuah tindakan peniruan jika sapi atau kerbau tersebut bertarung. Tanah liat tersebut dapat dijadikan berbagai macam permainan, seperti ayam, bebek atau apa saja yang menarik minat. Jika ingin membuat mobil-mobilan, maka dibuatlah mainan dari kulit jeruk bali dan kemudian dipertautkan dengan ranting-ranting kecil. Ada bodi, roda dan alat penariknya sehingga mobil-mobilan tersebut dapat ditarik kesana kemari. Jika saya ingin bermain gasing –di Tuban disebut kekean—maka saya harus membuat dari kayu dan diujungnya diberi paku agar gasing tersebut dapat memutar dengan kencang. Semuanya dibuat secara mandiri.

Dewasa ini, seirama dengan perubahan sosial yang sangat cepat dan perkembangan dunia industri, termasuk industri mainan anak-anak,  maka semuanya telah diproduk melalui dunia industri. Anak-anak sekedar menjadi penikmat atau obyek permainan yang dibuat oleh dunia industri. Anak-anak memang menjadi pasif. Anak-anak memang menjadi semakin banyak yang mengenal dunia permainan, akan tetapi tetap saja hanya menjadi obyek permainan bukan subyek permainan. Coba kalau didaftar, maka ada sejumlah permainan untuk anak-anak, misalnya senjata dengan berbagai variasinya, boneka dengan berbagai variasinya, mobil dengan berbagai variasinya, pesawat terbang dengan berbagai variasinya dan sebagainya.

Kemudian, sebagai akibat perkembangan teknologi informasi, maka permainan juga menjadi semakin canggih. Melalui play station, maka mereka mengenal berbagai macam jenis permainan. Coba kalau dicermati, maka diplay station tersebut akan didapati berbagai macam permainan, seperti sepakbola, balapan mobil, dan permainan lainnya. Permainan yang sangat canggih ini, akan dapat membuat anak-anak  kecanduan. Permainan sepakbola akan sangat menarik minat anak-anak. Demikian pula permainan balapan mobil dengan berbagai variasinya. Makanya, kehadiran play station di hampir semua wilayah,  tentunya akan memperkenalkan teknik permainan yang canggih tetapi membuat anak-anak menjadi keranjingan dan kecanduan. Anak-anak remaja bisa menghabiskan waktunya untuk bermain game di play station, jika anak remaja tersebut sudah kecanduan game.   

Makanya, harus ada semacam kontrol di kalangan pemilik play station tentang rentang waktu untuk bermain game. Tidak boleh anak-anak remaja dilepas begitu saja untuk bermain game tanpa batas waktu. Di dalam hal ini maka harus ada ketegasan dari pemilik play station untuk mengatur mekanisme waktu bermain game. Jangan hanya mengejar pendapatan tanpa memperhitungkan dampak negatif permainan game di play station.

Jika perlu harus ada regulasi tentang play station, sebagai aturan yang mengatur tentang kapan dan berapa lama anak remaja bisa bermain game di play station. Mungkin hal ini terlalu elementer jika harus dibuat regulasinya. Akan  tetapi melihat dampak permainan game  di play station, maka merumuskan regulasi tentang hal tersebut bukan sesuatu yang sia-sia untuk dilakukan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini