Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KE ARAB SAUDI LAGI; SITUS MASJID NABI DI TAIF TAK TERAWAT (8)

KE ARAB SAUDI LAGI; SITUS MASJID NABI DI TAIF MEMPRIHATINKAN (8)
Saya tentu merasa sangat senang bisa mengunjungi Kota Thaif yang dingin dan indah di tengah gurun tandus di Arab Saudi. Kota ini tidak besar dan juga tidak sebagaimana kota Makkah, Jeddah atau Madinah yang dipenuhi dengan hutan beton, bangunan hotel tinggi menjulang ke langit.
Thaif hanyalah kota kecil tetapi menjadi tujuan wisata bagi warga Arab yang berkeinginan untuk menikmati hawa dingin pegunungan. Makanya, lalu lintas dari dan ke Thaif juga ramai. Banyak mobil-mobil pribadi yang lalu lalang menuju ke Thaif baik dari Riyadh maupun dari Mekkah al Mukarramah.
Thaif memiliki sejarah hebat di dalam proses Islamisasi Arab Saudi, sebab di sinilah pernah terjadi peristiwa Nabi Muhammad saw berdakwah dan ditolak oleh warga Thaif. Kejadian ini yang digambarkan oleh Hadits Nabi Muhammad sebagaimana diuraikan oleh Imam Bukhori dan Muslim. Hadits yang menggambarkan kesabaran Nabi Muhammad saw sebagai Nabi dengan gelar Ulul Azmi.
Jalan menuju ke Thaif pada zaman Nabi Muhammad saw tentu adalah jalan setapak. Jalan yang tidak sebagaimana jalan tol sekarang. Saya berkeyakinan bahwa jalan menuju ke Thaif adalah jalan masa lalu yang merupakan jalan kaum suku yang masih sederhana. Mungkin juga sudah ada jalan setapak yang menghubungkan antara mekah dan Thaif dan juga wilayah lain. Akan tetapi tentu jalan yang berkelok dan mendaki atau menurun dari gunung ke gunung. Semua tentu masih serba sulit dan berliku.
Nabi Muhammad saw tentu juga melalui jalan seperti itu untuk sampai ke Thaif. Terlepas bahwa Nabi Muhammad saw tentu memperoleh kemudahan dari Allah, sebagaimana di setiap perjalanannya selalu diikuti dengan awan yang memayunginya, maka kita juga berkeyakinan bahwa Nabi Muhammad saw juga memperoleh kemudahan untuk sampai ke Thaif. Hanya Nabi dan Allah yang mengetahui tentang hal ini.
Di Thaif Nabi Muhammad saw memperoleh perlakuan yang menyakitkan. Dilempar batu, dilempar kotoran dan juga dicaci maki. Tempat Nabi Muhammad saw tersebut lalu ditandai dengan didirikannya masjid Nabi Muhammad di sebelah kanan jalan
Tol menuju ke Mekkah atau sisi kiri dari arah jalan tol menuju ke Thaif dari Mekkah.
Mungkin masjid Nabi Muhammad saw itu sama dengan mushalla di Indonesia. Ukurannya hanya kecil saja, dengan dua pintu luar dan pintu dalam dan terdapat mimbar untuk berkhotbah. Bangunan segi empat tersebut sangat sederhana, dan menilik terhadap kayu di pintu depan, sepertinya pernah terbakar. Masih ada sisa-sisa bekas kebakaran yang dapat dilihat di masjid ini.
Dinding masjid ini juga sudah kelihatan rapuh dan tidak terawat. Atapnya yang terbuat dari kayu juga sudah jebol dan rusak cukup parah. Saya sempat melihat secara mendetil terhadap kerusakan masjid Nabi Muhammad saw ini. Bagi saya bukan menandai masa lalu yang tidak baik, tetapi yang sangat mendasar adalah bahwa masjid Nabi Muhammad saw ini perlu dilestarikan. Jika di Indonesia, maka akan bisa menjadi situs terhormat, karena di sini ada peristiwa sejarah yang tentu akan bisa dikenang. Bukan untuk melihat masa lalu yang kelam, tetapi untuk pelajaran bagi generasi mendatang bahwa di tempat ini pernah terjadi peristiwa sejarah Islamisasi.
Sungguh masjid Nabi Muhammad saw di Thaif ini memerlukan perhatian khusus, terutama dari otoritas Saudi Arabia. Sekurang-kurangnya ialah melakukan perbaikan terhadap atapnya yang jebol, memperbaiki lantainya yang kumuh dan juga sajadah-sajadah yang kotor tidak terawat. Bagi kita, masjid ini adalah monument penggalan sejarah Islam yang mesti dilestarikan.
Dalam jarak 500 M di sebelah sisi jalan kanan menuju ke Thaif, juga dijumpai Masjid Sayyidina Ali Karramahullahu wajhah. Kondisi masjid Sayyidina Ali ini lebih baik. Ada menaranya, dan juga kelihatan agak terawat. Masjid ini tentu didirikan untuk mengenang Thaif sebagai tempat perjuangan Nabi Muhammad saw dan menjadi masjid yang di kala itu dianggap baik. Masjid ini dindingnya juga mulai rapuh tetapi masih lebih baik dibandingkan dengan masjid Nabi Muhammad saw.
Menurut saya, 2 (dua) masjid ini harus direnovasi dengan tidak menghilangkan ciri khasnya, sehingga keaslian masjid ini akan tetap terjaga. Kita tentu merasa kurang nyaman melihat situs peninggalan masa lalu ini dalam keadaan yang tidak terawat dan bahkan cenderung diabaikan.
Sebagai bagian dari umat Islam yang menyayangi terhadap situs-situs penting di dalam proses islamisasi di mana saja, maka saya merasakan betapa tindakan kita terhadap situs sejarah tersebut kurang optimal. Makanya, tidak ada kata lain, bahwa kedua situs tersebut harus dibenahi dan dipelihara sebagai bagian sejarah umat Islam yang tidak boleh terlupakan.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..