Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KE ARAB SAUDI LAGI: LAPORAN PENYELENGGARAN HAJI 2017 (3)

KE ARAB SAUDI LAGI: LAPORAN PENYELENGGARAN HAJI 2017 (3)
Sesuai dengan rencana, sore itu setelah mendengarkan laporan Ketua Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPHI) maka saya dan kawan-kawan akan ke Mekkah dalam rangka melaksanakan ibadah umrah. Ke Arab Saudi terutama ke Mekkah jika tidak melakukan umrah, maka pastilah ada yang kurang. Maka, melakukan umrah tentu bagian dari kewajiban juga bagi saya.
Namun demikian, rapat evaluasi penyelenggaraan haji ini ternyata membutuhkan waktu yang panjang. Sehingga kami harus menunda untuk berangkat ke Mekkah. Sudah terlalu malam jika dihitung dari waktu Indonesia barat (WIB). Saya putuskan besuk pagi saja ke Mekkah.
Pertemuan ini dimulai dengan mendengarkan laporan Pak Dr. Dumyati tentang penyelenggaraan haji tahun 2017. Tahun ini penyelenggaraan haji dapat dinyatakan tidak mengalami kendala yang berarti. Bukan berarti tidak ada masalah akan tetapi kadarnya tentu sangat kecil dan tidak berpengaruh terhadap penyelenggaraan haji secara umum.
Tahun ini kita menerima jamaah haji sebanyak 203.065 orang dan petugas sebanyak 2.534 orang yang diterbangkan dengan 512 kloter. Dari sejumlah 512 kloter tersebut, yang on time performance sebanyak 82,42 persen.
Sebagaimana biasanya, maka jumlah jamaah haji perempuan lebih banyak dibanding lelaki dengan persentase sebesar 55,62 persen perempuan dan 54,38 persen lelaki. Dilihat dari segi pendidikannya, terbanyak ialah lulusan SD/SMP sebesar 45,30 persen. Dari segi usia 51-60 tahun sebesar 34,78 persen dan lanjut usia sebesar 4,37 persen. Dari sejumlah haji tersebut, maka yang tergolong resiko tinggi ialah sebanyak 59 persen, dengan kategori usia 60 tahun dengan penyakit, di atas 60 tahun tanpa penyakit dan di bawah 60 tahun dengan penyakit.
Ditinjau dari sisi akomodasi di Madinah, maka dapat diketahui bahwa jarak terdekat adalah 10 M dan terjauh 1.200 M dari masjid Nabawi. Lama mereka berada di Madinah sebanyak 8,5 hari sehingga seluruh jamaah bisa melaksanakan shalat arbain. Sedangkan akomodasi di Mekkah, mereka menempati tempat di Syisyah, Jarwal, Misfalah, Mahbas Jin dan Aziziyah. Posisi terjauh ialah di Aziziyah dan terdekat di Jarwal. Untuk di Mekkah, jarak tidak menjadi masalah sebab semuanya dilayani dengan Bus Shalawat dengan jam operasi 24 jam.
Ketika mereka berada di Armuzna (Arafah, Muzdalifah dan Mina), secara umum dapat dinyatakan bahwa keadaan jamaah berada di dalam keamanan dan kenyamanan. Hal itu disebabkan karena fasilitas tenda yang cukup memadai. Memang ada beberapa tenda yang tidak tertutup rapat, tetapi secara umum tidak menjadi hambatan yang serius. Hanya saja yang menjadi masalah ialah ada banyak jamaah haji dengan visa furodah yang disisipkan di dalam jamaah haji Indonesia. Ada 6 (enam) maktab yang disisipi jamaah furodah ini. Tim haji sudah complaint ke Muassasah akan tetapi tidak memperoleh respon yang memadai. Tentu saja kehadiran jamaah furodah ini bisa mengganggu terhadap ketersediaan fasilitas dasar seperti toilet, air dan sebagainya.
Dari aspek catering, juga cukup memadai. Nyaris tidak dijumpai masalah yang serius. Memang ada sedikit problem, misalnya kebakaran dapur, keterlambatan penyediaan karena pasokan air kurang, dan juga kekurangan bahan baku, dan kurangnya tenaga masak dari Indonesia. Ada problem yang dihadapi oleh penyedia catering antara lain ialah tidak dapat menghadirkan chef dari Indonesia karena masalah khusus. Makanya ada banyak tenaga dari India, Pakistan dan sebagainya yang dipekerjakan oleh penyedia katering.
Masalah yang masih mengganjal ialah tentang jamaah pisah rombongan. Di Makkah sebanyak 1524 orang, di madinah sebanyak 1411 orang dan sebanyak 383 yang tersesat di Armuzna. Selain itu juga ada peristiwa criminal, kehilangan, kecelakaan lalu lintas dan jamaah yang hingga kini belum diketahui di mana rimbanya. Ada 2 (dua) orang jamaah haji yang ghaib hingga sekarang.
Seirama dengan semakin banyaknya jamaah haji Indonesia, maka jumlah yang meninggal juga banyak, 615 orang dengan varian usia. Tetapi yang terbesar adalah usia di atas 70 tahun. Jumlah lelaki yang meninggal lebih banyak dibanding jamaah perempuan. Tahun ini jumlah jamaah yang tanazul juga cukup banyak, 818 orang. Di antara alasan tanazul ialah sakit, tertunda keberangkatan, penggabungan mahram dan dinas.
Dengan demikian, problem yang dihadapi penyelenggaraan haji tahun ini ialah penempatan jamaah furodah, penempatan jamaah Malaysia dan Brunei di tenda jamaah haji khusus, timgginya angka kematian, keterlambatan penyediaan catering, kurangnya tenaga catering serta pemindahan penerbangan dari Bandara Halim ke Bandara Soetta di Cengkareng dan penyebaran petugas yang belum optimal.
Meskipun demikian, secara umum bisa dinyatakan bahwa penyelenggaraan haji tahun ini terasa lebih baik dibandingkan tahun lalu. Dan tentu yang diharapkan ialah semakin membaiknya penilaian survey BPS terhadap pelayanan jamaah haji Indonesia. Kiranya memang perlu untuk terus berbenah.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..