• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PERLU PENINGKATAN KUALITAS PTKN

PERLU PENINGKATAN KUALITAS PTKN
Hari Senin, 12 Agustus 2017, saya berkesempatan untuk menghadiri acara Seminar yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri (STABN) Sriwijaya di Tengerang Banten. Saya memang berjanji akan hadir pada suatu kesempatan di STABN ini, sewaktu saya menjadi Plt. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, beberapa saat yang lalu. Namun demikian, sampai berakhirnya masa jabatan Pelaksana Tugas tersebut saya belum berkesempatan datang. Akhirnya, sampai juga waktunya untuk memberikan orasi pada segenap civitas STABN dimaksud.
Oleh Bu Yunani, MPd., (ketua Panitia Seminar), saya diminta untuk memberikan orasi ilmiah terkait dengan tema “Peran dan Tanggung Jawab Umat Beragama dalam Menghadapi Indonesia di Era Kekinian”. Hadir pada acara ini ialah para sesepuh Umat Buddha, para Bhiksu Sangha, Plt. Ketua STABN, Sapardi, SAg, MHum., Direktur Bimbingan dan Pendidikan Agama Buddha, Supriyadi, MPd., Dirjen Bimas Buddha, Caliadi, MH., dan juga segenap mahasiswa dan para dosen STABN Sriwijaya.
Saya sampaikan tiga hal mendasar terkait dengan seminar ini, yaitu: pertama, saya menyampaikan apresiasi atas terselanggaranya seminar ini, terutama dalam kaitannya dengan keinginan kita semua untuk merespon perubahan sosial yang cepat di era modernitas yang sekarang sedang kita alami.
Kedua, saya sampaikan tantangan Indonesia di era sekarang dan yang akan datang. Tantangan tersebut ialah: 1) Globalisasi yang tidak mampu untuk dibendung. Globalisasi tersebut mengalir bagai air bah menerjang setiap ladang kehidupan manusia tanpa pandang bulu. Nyaris tidak ada ruang kosong yang tidak diterjangnya. Salah satu di antara pengungkit terbesar ialah pertumbuhan teknologi informasi. TI ini menjadi piranti yang dahsyat untuk mengembangkan sayap pertumbuhan globalisasi di setiap sudut kehidupan manusia. Melalui TI maka seluruh dunia dapat dilipat dengan ringkas dan padat. Jika di masa lalu, bumi manusia itu sangat luas, maka sekarang terasa sangat sempit. Orang bisa melakukan relasi kapan dan di mana saja tanpa penghalang.
Antara TI dengan globalisasi itu merupakan variabel yang berhubungan secara timbal balik. Globalisasi dapat menumbuhkan perkembangan teknologi Informasi dan teknologi informasi juga mendorong perkembangan globalisasi sampai ke segenap penjuru dunia. Jadi di antara keduanya merupakan dua variabel yang saling berhubungan dan mensupport.
2) tantangan perkembangan ideology tran-nasional yang juga tumbuh seirama dengan perkembangan teknologi informasi. Munculnya proxy war dan cyber war juga dipicu oleh perkembangan media sosial yang tumbuh bak jamur di musim penghujan. Semua bermunculan dan semua memiliki segmen pasar yang tidak terhingga. Skype, misalnya memiliki konsumen sebanyak 500 juta orang. Belum lagi WA, Linkedin, Twitter, Facebook dan sebagainya. Semua memiliki jangkauan yang tidak terhingga ke sudut-sudut dan ruang-ruang manusia tanpa pandang usianya. Jika di masa lalu, hanya orang terpelajar saja yang menggunakan media sosial, akan tetapi coba lihat sekarang bagaimana perkembangannya. Anak-anak balita saja sudah mengakses You tube yang kondang itu.
Cyber war adalah sisi gelap teknologi informasi. Di sini semua bisa diakses dan semua bisa dipublis. Tidak ada yang bisa ditutupi. Ujaran kebencian, caci maki, sumpah serapah, makian dan sebagainya bisa diunggah dengan tanpa perasaan sedikitpun. Nyaris semuanya bisa diunggah dan diunduh dengan perangkat TI yang tersedia. Sungguh bahwa dunia ini bisa dikuasai oleh siapa yang menguasai dunia media sosial. Makanya, sekarang ini, siapa yang menguasai media, maka dialah yang yang menguasai dunia ini. Masihkah kita ingat dengan kejadian-kejadian akhir-akhir ini, di mana media sosial digunakan untuk saling mencaci maki, saling teriak dan saling mengumbar kebencian.
Ketiga, ditengah gelegak tantangan ini, maka diperlukan upaya untuk mengarahkannya kepada perubahan yang lebih baik. Kita harus ingat bahwa tahun 2045 adalah tahun Emas Indonesia, genap 100 tahun Kemerdekaan Indonesia. Tahun 2030 diperkirakan bahwa kalangan Kelas Menengah Baru Indonesia mencapai angka 102 juta. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada di antara kita yang akan menjadi bagian dari kelas menengah tersebut. Makanya, agar perubahan sosial di tengah globalisasi itu tidak salah arah, maka kata kuncinya ialah “memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia”. Saya yakin bahwa pendidikan merupakan kata kunci untuk menggapai Indonesia yang lebih baik ke depan.
Itulah tanggung jawab lembaga pendidikan kita sekarang ialah untuk menghasilkan manusia Indonesia yang akan menjadi penjaga Indonesia di masa depan. Jika kita berhasil sekarang maka akan berhasil pula Indonesia di masa depan. Dan sebaliknya. Lembaga pendidikan tinggi harus menjadi penjaga atas keutuhan dan kehebatan Indonesia sekarang dan yang akan datang. Civitas akademika memegang kata kunci keberhasilan Indonesia tersebut. Tetap tegaknya consensus kebangsaan sangat tergantung kepada bagaimana insan pendidikan tinggi merawat dan mengembangkan Indonesia yang lebih baik.
Perguruan Tinggi Agama Buddha tentu bertanggungjawab untuk tetap mengembangkan pemahaman agama yang lebih moderat. Di dalamnya harus diajarkan tafsir agama yang senafas dengan keinginan membangun Indonesia yang berbasis agama yang moderat. Kita sungguh memimpikan lembaga pendidikan Agama Budha akan menjadi instrument untuk menumbuhkan masyarakat Indonesia yang religious, modern dan tetap dalam koridor kebangsaan. Jadi, tugas lembaga pendidikan kita ini ialah untuk mencetak kaum agamawan yang berkeindonesia, maju dan modern. Bisakah kita seperti itu? Saya yakin dengan kerja keras insyaallah bisa.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..