• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TANTANGAN SERTIFIKASI MUBALIG DI ERA MILENIAL (1)

TANTANGAN SERTIFIKASI MUBALIG DI ERA MILENIAL (1)
Pekan ini saya merasakannya sebagai hari-hari yang menyenangkan sebab saya bisa hadir di UIN Sunan Ampel Surabaya dalam kegiatan Halal bil Halal dan Pembinaan ASN, serta kegiatan Peran Sertifikasi Mubalig dalam Kehidupan Beragama. Sebuah momentum yang menyenangkan bisa kembali hadir di perguruan tinggi yang membesarkan saya. Sungguh tanpa UIN Sunan Ampel saya tentu bukan siapa-siapa.
Saya selalu mengenang IAIN Sunan Ampel yang kini menjadi UIN Sunan Ampel sebagai tempat yang penting di dalam karir akademik dan juga birokrasi yang saya jalani.
Saya sungguh mengagumi terhadap perubahan fisikal UIN Sunan Ampel. Kala saya menjadi rektor, selama tiga tahun, maka proyeksi saya adalah bagaimana agar terjadi revolusi fisikal itu. Dan saya merasakan bahwa upaya untuk menyusun proposal, mendiskusikan dan membuka jalur ke Islamic development Bank (IDB) yang dulu saya dan semua jajaran lakukan tersebut ternyata berbuah sangat manis.
Dulu saya selalu mengagumi perguruan tinggi dengan bangunan-bangunan yang sangat baik. Misalnya di dalam kunjungan saya ke Melbourne, Sydney dan Wollongong, maka saya selalu kagum dengan ruang-ruang theatrenya, kagum pada perpustakaannya dan sebagainya. Bahkan ketika saya datang ke Marmara University, Turki, maka saya kagumi ruang-ruang theatrenya. Tetapi kini saya harus membanggakan bahwa ruang theatre UIN Sunan Ampel Surabaya, ternyata tidak kalah dengan semuanya. Meski saya berada di UIN Sunan Ampel Surabaya, rasanya saya berada di Melbourne University. Dulu saya selalu menyatakan bahwa dengan sentuhan IDB, maka kita bisa melipat waktu 45 tahun menjadi 4 tahun saja. Ucapan saya itu terbukti, bahwa UIN Sunan Ampel Surabaya bisa membangun fisiknya menjadi luar biasa dalam waktu empat tahun saja. Jika secara regular pasti membutuhkan waktu selama 45 tahun. Ini adalah sebuah keajaiban yang menjadi nyata. Beyond believe.
Saya memang belum sempat untuk melihat seluruh ruangan dan fasilitas pendidikan di UIN Sunan Ampel, akan tetapi dengan melihat ruangan theaternya dan beberapa di antaranya, maka gambaran akan kehebatan fasilitas pendidikan di UIN Sunan Ampel pastilah sudah memenuhi persyaratan akademis. Jika tahun 2018, pembangunan fasilitas gedung di Gunung Anyar dapat dilakukan sesuai dengan format loan IDB, maka dipastikan bahwa sarana dan prasarana fisikal UIN Sunan Ampel pastilah makin luar biasa. Kampus UIN Sunan Ampel yang di Gunung Anyar itu berada di lintasan jalan dari dan ke Bandara Juanda. Jadi orang yang ke dan dari Bandara Juanda untuk ke Surabaya, maka dipastikan akan melewati Kampus UIN Sunan Ampel yang megah. Sungguh impian banyak pimpinan Perguruan Tinggi. Ini juga akan menjadi mimpi yang menjadi kenyataan.
Saya bersyukur bisa menikmati acara di ruang theater UIN Sunan Ampel. Acara yang diberi tema “Peran Sertifikasi Mubaligh bagi Kehidupan Beragama” ini tentu sangat penting. Hadir di acara ini Prof. Dr. Mohammad Ali Azis, penulis buku laris “Terapi Shalat Bahagia” dan juga da’i internasional. Sudah berdakwah di Afrika, Eropa, Amerika dan juga Australia. Lalu, Dr. Ahmad Yani Basuki, Mayjen Purnawirawan, doctor di bidang sosiologi militer yang langka, Prof. Dr. Aswadi, ahli Hadits, khususnya hadits tentang pengobatan Islam, mereka adalah alumni Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel. Lalu hadir juga Prof. Abd. A’la, Rektor UIN Sunan Ampel, Prof. Dr. Ali Mufrodi, Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan, dan juga Dr. Chalil Nafis, cendekiawan Islam yang juga asset internasional, pimpinan MUI Pusat. Hadir juga para dosen dan alumni Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel.
Saya sampaikan beberapa hal sebagai pengantar untuk diskusi lanjutan di dalam workshop ini. yaitu, Kementerian Agama memiliki pengalaman pahit terkait dengan upaya untuk melakukan sertifikasi penceramah agama. Di kala istilah sertifikasi diungkapkan oleh Majalah Tempo, maka serentak terjadi penolakan luar biasa dari kalangan yang selama ini dikenal sebagai dai yang dikenal menggunakan “kebebasan” untuk mendakwahkan tafsir agamanya di kalangan masyarakat.
Sebagaimana diketahui bahwa di era “kebebasan” ini, maka forum keagamaan juga menjadi sarana untuk membicarakan politik praktis. Terutama di era pilkada DKI, maka forum keagamaan, termasuk khutbah Jumat, juga tidak lepas dari upaya untuk menjadikannya sebagai forum untuk membicarakan politik. Sehingga nuansa Khutbah Jum’ahnya menjadi bercorak politik ketimbang pembicaraan agamanya. Mereka beralasan bahwa Islam dan politik tidak bisa dibedakan. Memilih pemimpin harus bersendi agama. Dan yang lebih mendasar lagi, orang yang memilih lawan politiknya dianggap sebagai kafir dan dilarang disalatkan di masjid yang dikuasainya.
Diskusi tentang sertifikasi atau standarisasi lalu menjadi pembicaraan yang sangat intensif baik di media sosial maupun media cetak, televise dan radio. Perdebatan tentang hal ini benar-benar menyita perhatian kita semua dan menjadi trending topic selama berbulan-bulan. Akhirnya, pembicaraan inipun reda pasca pilkada, yang dimenangkan oleh pasangan Anies-Sandi dan terkaparnya pasangan Ahok-Djarot. Akhir-akhir ini memang sudah tidak lagi terdapat diskusi public di sekitar sertifikasi atau standarisasi penceramah agama. Bisa jadi hal ini disebabkan oleh diterbitkannya “Maklumat” Menteri Agama yang berisi Sembilan pesan. Namun sebagaimana yang sering saya ungkapkan bahwa intinya tiga saja, yaitu: “sebarkan agama yang memberikan ketenangan dan kedamaian”, lalu “tegakkan kebangsaan melalui pilar konsensus bangsa” dan “hindari pembicaraan politik praktis, kebencian, caci maki dan sabagainya”.
Workshop ini sebagaimana dinyatakan oleh Prof. A’la untuk menghasilkan standarisasi mubaligh di dalam kerangka untuk mengembangkan Islam yang rahmatan lil alamin di tengah semakin menguatnya arus radikalisme, ekstrimisme dan kekerasan agama yang terus terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Keinginan ini tentu tidak berlebihan dan semua di antara kita memang berkehendak agar Islam Indonesia akan semakin kuat dengan penyebarannya yang penuh kedamaian dan keselamatan.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..