PETUGAS HAJI ANDALAN
PETUGAS HAJI ANDALAN
Saya memperoleh kesempatan untuk memberikan pengarahan dalam acara penutupan pelatihan petugas haji atau Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPIH), yang dilaksanakan di Asrama Haji Pondok Gede, yang dilaksanakan oleh Direktorat Bina Haji dan Umroh pada Ditjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama. Acara dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2017.
Acara ini diikuti oleh sebanyak 780-an peserta yang terdiri dari petugas kloter, yaitu TPHI, TPIHI dan petugas kesehatan. Hadir pada acara ini, Direktur Bina Haji dan Umrah dan segenap jajarannya, Kepala Biro Umum Kemenag, Kepala Biro Perencanaan Kemenag, Kepala Biro Perencanaan Kementerian Kesehatan, yang mewakili TNI dan juga Polri serta para narasumber, pelatih dan pendamping pelatihan.
Di dalam kesempatan ini, saya sampaikan tiga hal penting, yaitu: Pertama, saya mengapresiasi terhadap penyelenggaraan pelatihan selama 10 hari. Saya bersyukur bahwa ternyata pelatihan ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan pengetahuan bagi para petugas haji. Sebagaimana yang disampaikan oleh Direktur Bina Haji, Dr. Muhajirin, bahwa di dalam pre test, rerata nilai peserta adalah 60-an dan setelah mengikuti sessi demi sessi pelatihan ternyata meningkat menjadi 80 lebih pada rerata post test. Hal ini memberikan gambaran bahwa pengetahuan mengenai perhajian bagi petugas meningkat dengan sangat drastis. Demikian pula para petugas kesehatan, dari pre test dihasilkan rerata 80 an dan setelah mengikuti pelatihan maka nilainya sebesar di atas 90 pada reratanya. Kenyataan ini yang memberikan gambaran bahwa pelatihan ini memiliki makna strategis bagi petugas haji yang akan melaksanakan tugas negara untuk jamaah haji Indonesia.
Kedua, saya membuat rumusan agar para petugas haji menjadi petugas yang andal. Rumusan tersebut ialah 5 (lima) J. 1) Jadilah petugas yang sehat. Kesehatan merupakan kata kunci di dalam ibadah haji. Hampir seluruh pelaksanaan ibadah haji adalah urusan fisik. Makanya, memiliki fisik yang sehat tentu menjadi syarat utama bagi jamaah haji dan juga petugas haji. Jangan sampai petugas haji justru tidak sehat. Secara fisikal petugas haji harus memiliki fisik yang prima. Dengan melihat para petugas yang reratanya masih muda, maka saya berkeyakinan bahwa mereka adalah orang yang memiliki kesehatan yang memadai di dalam penyelenggaraan haji.
2) Jadilah petugas yang perkasa. Saya sungguh-sungguh berharap bahwa para petugas haji adalah orang yang sigap, cepat, tanggap dan kuat di dalam penyelenggaraan ibadah haji. Tugas haji adalah tugas yang tidak mengenal waktu. Bagi petugas kesehatan, maka akan bisa dipanggil jam berapa saja. Mungkin kita baru saja memejamkan mata, akan tetapi ketika ada penggilan harus menolong orang yang sakit maka tidak ada alasan untuk tidak datang. Demikian pula petugas kloter lainnya. Maka dia juga harus sigap untuk membantu jam berapa saja dan di mana saja. Keperkasaan ini sungguh diperlukan di saat kita mendampingi jamaah haji di Mekkah maupun di Madinah serta di Armina.
3) Jadilah petugas yang memahami seluk beluk perhajian. Petugas haji tidak memandang apa tugasnya akan selalu dianggap oleh para jamaah sebagai orang yang tahu tentang penyelenggaraan haji. Mereka dianggap yang tahu regulasi haji, yang tahu manasik haji, yang tahu peta dan lokasi haji dan seterusnya. Makanya kita akan menjadi tempat bertanya bagi jamaah haji. Masih ada waktu yang tersisa sebelum keberangkatan haji, saya berharap pelajari manasik haji, pelajari Google Map agar kita tahu sedang berada di mana di peta Arab Saudi dan juga jamaah kita ada di mana. Mumpung masih ada waktu untuk belajar secara optimal untuk menjadi petugas yang paham tentang seluk beluk perhajian.
4) Jadilah petugas yang melayani jamaah haji secara optimal. Sekarang sudah eranya kita berbuat yang tindakan itu akan memberikan rasa dilayani oleh parner kita. Era sekarang adalah era di mana kita harus memberikan pelayanan yang bisa memberikan kepuasan bagi para pelanggan kita yang di dalam konteks ini ialah para jamaah haji. Kita bersyukur bahwa skore hasil survey kepuasan jamaah haji Indonesia semakin membaik. Tahun 2016, skore yang diperoleh dari survey BPS ialah sebesar 83,83 persen. Itu artinya kita sudah mendekati angka 85 persen. Jika tahun ini pelayanan kita optimal dan memperoleh skore 85 lebih maka dipastikan bahwa kepuasan pelanggan kita sangat memuaskan. Saya kira tinggal sedikit lagi untuk mencapai angka tersebut.
5) Jadilah petugas yang ikhlas. Salah satu kekuatan kita sebagai petugas adalah keikhlasan. Jika kita bekerja dengan ikhlas, maka segala bentuk kelelahan, kesulitan dan kerumitan itu akan dapat diselesaikan dengan baik. Yakinlah bahwa Allah akan memberikan pertolongan kepada kita semua jika kita bisa bekerja dengan sepenuh keikhlasan. Saya juga berkeyakinan bahwa hanya dengan keikhlasan semata, maka pahala dari Allah itu akan dapat diraih. Jadi mari kita tata niat kita untuk bekerja dengan ikhlas dan Allah pasti akan meridhoi apa yang kita lakukan.
Ketiga, kita ini adalah petugas negara, sebab berdasarkan UU No 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Haji, maka penyelenggara haji adalah negara. Oleh karena itu petugas haji hakikatnya mengemban tugas negara. Sebagai petugas negara, maka kita semua adalah duta-duta bangsa yang akan menentukan keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji. Oleh karena itu, mari kita wujudkan 5 (lima) J di atas agar penyelenggaraan haji akan memperoleh penilaian optimal, yaitu kepuasan pelanggan atau customer satisfaction.
Wallahu a’lam bi al shawab.
