MENJADI PENJAGA INTEGRITAS
MENJADI PENJAGA INTEGRITAS
Pada akhir Ramadlan, 2017, memang ada banyak kegiatan yang dilakukan oleh para pejabat unit eselon satu Kementerian Agama. Di antara yang menyelenggarakan tersebut ialah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam. Kali ini, saya diundang oleh Sdr M. Munir, Kasubdit Organisasi Tata Kelola pada Ditjen Pendis untuk memberikan taushiyah Ramadlan dan sekaligus pembinaan ASN pada Subdt Ortala Ditjen Pendis. Selain saya, yang menjadi narasumber adalah Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, Ketua MUI dan juga Rais Am PBNU.
Pada kesempatan yang membanggakan ini, saya sampaikan tiga hal mendasar agar bisa menjadi pedoman di dalam melaksanakan kegiatan pada ditjen Pendis. Pertama, saya merasakan bahwa ada desakan yang sangat kuat agar para ASN kita semakin mematuhi regulasi. Tema-tema pembicaraan yang kita lakukan di dalam banyak hal ialah mengenai bagaimana agar compliance kita itu semakin meningkat. Itulah sebabnya pada kesempatan ini saya menyatakan apresiasi terhadap kegiatan yang terkait dengan pembinaan ASN. Kita ingin agar kita mengingat kembali niat kita untuk bekerja di Kementerian Agama. Bukankah kita ini tidak hanya mengurus persoalan duniawi tetapi juga persoalan ukhrawi. Kita mengurus orang yang akan memasuki surga dan menjaga agar mereka tidak masuk neraka.
Kedua, di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi kita, agar kita menerapkan rumus 3 (tiga) J, yaitu: 1) Jaga integritas. Kita sudah memiliki 5 nilai budaya kerja dan yang utama dan mendasari lainnya ialah integritas. Percuma saja menjadi ASN yang professional, inovatif, jika tidak didasari oleh integritas. Tanggungjwab dan keteladanan hanya akan diperoleh jika integritas kita sangat teruji. Di dalam konteks ini, maka menjaga integritas menjadi sangat penting. Upayakan agar kita terus berada di dalam konteks kejujuran, amanah dan menjaga kepercayaan yang diberikan kepada kita.
Harkat dan martabat kemanusiaan kita itu sesungguhnya terletak pada kejujuran yang kita miliki dan kita lakukan. Dia tidak hanya ada di dalam slogan-slogan dan banner-banner dan bahkan juga tidak hanya ada di dalam upacara-upacara tetapi berada di dalam tindakan dan perilaku kita. Janganlah kita merekayasa kegiatan yang tidak ada kegiatannya. Janganlah kita memanipulasi public kita dengan tindakan culas yang tidak relevan dengan pedoman beragama kita.
2) Jaga kebersamaan. Di dunia ini tidak ada kesuksesan tunggal atau keberhasilan yang dicapai oleh individu dengan dirinya sendiri. Semua dilakukan dalam kebersamaannya dengan lainnya. Allah memang menciptakan kita semua untuk saling tolong menolong. Kita harus saling membantu agar kita mencapai yang terbaik. Islam mengajarkan kepada kita agar kita selalu tolong menolong di dalam kebaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia memang secara sunnatullah memiliki kemampuan dan potensi untuk saling menolong.
Kita terkadang menjadi menyesalkan jika tidak terdapat kebersamaan di dalam bekerja. Kebersamaan di dalam kebaikan. Agar kita juga saling mengingatkan. Jika ada kelakuan rekan kerja kita tentu harus diingatkan. Jangan dibiarkan bahkan ditunggu kesalahannya. Saling tolong menolong dan saling mengingatkan adalah pasangan perintah Allah untuk bekerja sama. Jika di dalam dunia kerja lalu tidak didasari oleh dua konsep ini, maka akan mengalami kegagalan. Desain Allah di dalam kerangka relasi antar manusia ialah melalui konsep pertolongan dan penasehatan. Dua prinsip ini yang kiranya akan menjadi kata kunci kebaikan, keberhasilan dan bahkan kesejahteraan.
3) Jaga kerja keras. Tidak ada keberhasilan yang bisa diperoleh tanpa kerja keras. Agar kita bisa mencapai visi dan misi kelembagaan kita, maka kita semua harus bekerja keras untuk lembaga kita. Oleh karena itu, kita harus memiliki etos kerja yang kuat. Janganlah kita bekerja apa adanya saja. Janganlah kita bekerja hanya sebatas bekerja. Akan tetapi yang diharapkan ialah bekerja yang optimal agar visi dan misi Kementerian akan bisa dicapai.
Kita harus mengaca terhadap kesuksesan negara-nega lain yang memiliki kerja keras, misalnya Singapura, Korea Selatan dan beberapa negara lainya. Singapura menjadi hebat karena kerja keras warga negaranya, demikian pula Korea Selatan yang menjadi new emerging economy juga disebabkan oleh kerja keras dari warga negaranya, khususnya para aparat negara dan aparat swastanya. Semua berupaya untuk bekerja keras sehingga misi dan program yang dilakukan akan menuai keberhasilan yang tinggi.
Dengan demikian, Kementerian Agama, khususnya Ditjen Pendidikan Islam akan bisa memberikan pelayanan yang optimal kepada para stakeholdernya di kala semua ASN-nya bisa melakukan kerja yang berbasis pada integritas dan didukung oleh kebersamaan dan kerja keras. Saya sungguh berkeyakinan bahwa bangsa pribumi malas hanyalah mitos yang dibuat oleh mereka yang tidak menghendaki kita semua maju,
Marilah kita sadari bahwa kita bisa bekerja dengan baik melalui menjaga integritas, menjaga kerja sama dan juga menjaga kerja keras yang sesungguhnya menjadi tradisi kita. bulan puasa ini saya kira adalah moment yang tepat untuk melakukan “muhasabah” terhadap apa yang sudah kita lakukan selama ini.
Wallahu a’lam bi al shawab.
