TEROSISME DAN ANCAMAN GLOBAL (5)
TEROSISME DAN ANCAMAN GLOBAL (5)
Siapa yang tidak mengenal Baghdad, Ibu kota Iraq, kota 1001 malam? Baghdad adalah saksi kejayaan Islam di masa lalu. Baghdad menjadi ikon sejarah peradaban Islam yang luar biasa. Di kota ini Islam menjadi mercu suar dunia berkat kemajuan peradaban Islam yang sungguh-sungguh mengagumkan. Perkembangan peradaban Islam yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di mulai dari Baghdad. Khalifah-khalifah Islam yang luar biasa terutama di era Kerajaan Abbasiyah tentu masih dicatat dengan tinta emas di dalam buku-buku sejarah Islam. Jika kita membaca sejarah Islam, pastilah kita tahu hal ini.
Sebagai ibukota kerajaan Islam, saya memastikan bahwa Baghdad adalah kota idaman untuk dikunjungi. Sisa-sisa peradaban Islam masa lalu tentu menjadi magnet tidak terelakkan untuk dikagumi. Nyaris semua kota yang pernah menjadi ibukota kerajaan kuat, ternyata memang menyimpan keagungan yang sangat tinggi. Sebutlah misalnya kota-kota di Marokko, Mesir, Turki dan beberapa kota di Eropa barat yang pernah menjadi pusat kebanggaan kerajaan Islam.
Saya memang belum pernah berkunjung ke Iraq, akan tetapi saya pernah mengunjungi Kairo, beberapa kota di Marokko, Istambul dan Iskandariyah serta beberapa kota di Eropa Barat yang pernah menjadi pusat kebudayaan Islam, maka gambaran kemegahan dan kehebatan kota itu tergambar hingga sekarang. Makanya, saya meyakini bahwa di Iraq dipastikan juga terdapat kehebatan dan kemewahan masa lalu yang terpapar di dalam gambaran bangunan-bangunannya, apakah dalam bentuk masjid, museum, bangunan istana, perpustakaan, dan bangunan bersejarah lainnya. Dan melalui teknologi informasi tentu kita tahu bagaimana keindahan Baghdad itu di masa lalu.
Baghdad menjadi rusak di kala terjadi proyek perang yang dipimpin oleh George Walker Bush, Presiden Amerika Serikat. Dengan dalih Baghdad mengembangkan senjata nuklir, maka Presiden Saddam Hussein, symbol perlawanan terhadap Barat, diperangi dan dihancurkan pemerintahannya. Saddam Hussein pun tumbang oleh tentara koalisi Barat di bawah komando George Bush. Semenjak itu, maka Baghdad sudah tidak lagi indah. Ada banyak gedung dan bangunan yang runtuh karena terkena bom atau rudal.
Baghdad menjadi serangan pihak eksternal bukan kali itu saja. Jauh di masa meredupnya kejayaan kerajaan Abbasiyah, Baghdad juga pernah diserang oleh Hulagu Khan. Baghdad pun jatuh di bawah kekuasaan Kerajaan Mongol. Tetapi anehnya, para penakluk ini justru memeluk Islam dan mengembangkan kerajaan yang kuat. Kita masih ingat nama Jengis Khan sebagai raja yang kuat di kala itu. Di kala terjadi serangan Hulagu Khan itu digambarkan bahwa sungai Eufrat dan Tigris airnya menjadi berwarna biru karena kitab-kitab yang dibuang di dalamnya. Episode kelamnya ilmu pengetahuan terjadi saat itu.
Namun demikian, perang antara Kerajaan Abbasiyah dan Pasukan Mongol itu tidaklah merusak seluruh monument berupa bangunan-bangunan yang indah. Perang di kala itu adalah perang tradisional dengan pasukan berkuda dan senjata pedang atau lainnya atau paling-paling menggunakan panah-panah berapi untuk menggempur pasukan lawan. Daya rusaknya tentu masih sebatas perang tradisional.
Sungguh perang dewasa ini sangatlah berbeda. Perang sekarang menggunakan bom eksplosif berdaya ledak sangat tinggi dan juga rudal-rudal darat serta ranjau darat yag tidak terkirakan daya rusaknya. Perang sekarang sungguh usaha untuk menghancurkan semuanya. Tidak hanya manusia akan tetapi juga bangunan monumental di dalamnya. Kita tidak bisa membayangkan berapa ratus tahun untuk mengembalikan kota atau wilayah sebagaimana sedia kala di saat perang itu belum berkecamuk.
Baghdad kira-kira seperti itu. Kota yang hancur. Tidak hanya penduduknya, tetapi juga fisikal kotanya. Jika di masa lalu kita melihat keindahan dan keagungan kota Baghdad ini, maka sekarang tinggallah puing-puing yang menyesakkan dada. Siapapun yang melihat gambaran kota Baghdad pasti menjerit meratapi kehancurannya.
Masjid yang dibangun ratusan tahun lalu menjadi puing-puing berantakan, bangunan hotel, perumahan, pusat perbelanjaan, museum, perpustakaan dan bahkan makam-makam Auliya menjadi rusak berantakan. Kota-kota indah seperti Baghdad menjadi hancur berantakan. Di kala saya menuliskan betapa kehancuran Baghdad, tiba-tiba bergulir titik air mata saya merasakan betapa kehancuran negeri 1001 malam ini. Betapa keganasan manusia yang mengatasnamakan kekuasaan untuk menghancurkam warisan budaya bangsa yang adiluhung. Duh Gusti Allah, apakah memang demikian keganasan manusia di dalam merebut kekuasaan.
George Bush telah meninggalkan warisan peperangan yang tiada hentinya di Iraq dan kemudian datanglah ISIS yang juga memiliki tujuan yang sama yaitu penguasaan atas negeri ini untuk tujuan politiknya. Bahkan yang membuat sedih mereka menggunakan Islam sebagai pintu masuknya. Islam dijadikan sebagai basis tafsir untuk melakukan perebutan kekuasaan.
Kita sungguh tidak tahu kapan perang ini akan berakhir dan siapa yang akan menjadi pemenangnya. Tetapi sebagaimana lazimnya, bahwa baik yang kalah atau yang menang tentu akan menanggung beban kerusakan sosial, fisik dan kebudayaan yang tiada taranya.
Bagi kita, adakah keadaan di Baghdad ini menjadi pelajaran agar kita tidak bercerai berai dan tetap mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa. Saya kira kita masih memiliki nalar untuk mempertahankan keindonesiaan kita di tengah upaya radikalisme atau ekstrimisme yang terus berkembang.
Duh Gusti Allah, lindungi bangsa Indonesia ini agar tidak terjebak pada peperangan yang tidak lain adalah upaya untuk mendegradasi manusia dan kemanusiaan bahkan juga mendegradasi warisan peradaban yang adi luhung.
Wallahu a’lam bi al shawab.
