• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TERORISME DAN ANCAMAN GLOBAL (3)

TERORISME DAN ANCAMAN GLOBAL (3)
Benar juga ternyata ISIS sudah memenuhi janjinya bahwa akan melebarkan sayapnya ke wilayah lain, dan salah satu wilayah yang dijadikan sebagai sasaran ialah Filipina. Di Marawi –yang selama ini disebut sebagai The City of Islam—ternyata dijadikan sebagai tempat untuk melakukan gerakan makar dan terror bagi kaum ISIS. Organisasi local yang berbaiat kepada ISIS melakukan penyerangan untuk menguasai Marawi dan menjadikannya sebagai basis bagi pergerakan ISIS di Asia Tenggara.
Filipina ternyata yang dipilih sebagai tempat strategis untuk menjadi basis bagi pengembangan ISIS di wilayah Asia Tenggara, sebab di sinilah terdapat sejumlah organisasi yang memang hingga saat ini masih memendam bara keinginan untuk mendirikan negara Islam di Filipina. Meskipun Marawi sudah menjadi daerah otonom, namun mereka masih menginginkan status yang lebih tinggi yaitu sebagai negara merdeka dengan Islam sebagai dasarnya. Tentu saja adalah Islam sesuai dengan tafsir yang dimilikinya.
Ada dua orang kuat yang menjadi motor bagi tumbuhnya gerakan ekstrim di Marawi, yaitu Omarkhayam Maute dan Abdullah Maute. Salah satunya, Omarkhayam Maute menikahi orang Indonesia, salah satu putri Ketua MUI Bekasi dari Pondok Pesantren Darul Amal Kampung Buni Bekasi. Semula mereka berkenalan di Universitas Al Azhar dan kemudian menikah setelah keduanya lulus dari sana. Semula mereka berdua menetap di pesantren di Bekasi, akan tetapi dalam dua tahun ini mereka berdua kembali ke Filipina.
Tiba-tiba saja dua orang bersaudara ini menjadi tokoh dalam penyerangan terhadap kota Marawi yang menewaskan lebih dari seratus orang. Korban terdiri dari para tentara Filipina dan juga warga sipil di Marawi. Bahkan juga terdapat sebanyak 17 orang Indonesia yang terjebak di dalam peperangan di Filipina Selatan ini. Anggota Jamaah Tabligh yang sedang melakukan program “khuruj” di Marawi harus berhadapan dengan kenyataan peperangan di antara pasukan Filipina dengan Maute.
Yang menarik adalah banyak di antara yang terlibat di dalam peperangan itu berasal dari Indonesia, Malaysia dan juga Singapura. Hal ini mengindikasikan bahwa keterlibatan ISIS dengan gerakan ekstrimismenya memang sangat kuat. Bagi orang Indonesia yang terlibat di sini adalah mereka yang sudah kembali ke Indonesia dari ladang peperangan di Syria, lalu ada yang langsung dari Syria setelah mereka makin terdesak dan tidak ada peluang balik ke Indonesia atau mereka yang memang semula menetap di Filipina. Menurut sementara analisis, bahwa mereka yang terlibat di dalam gerakan Maute ini adalah kelompok Jamaah Anshorud Daulah (JAD) di bawah pimpinan Aman Abdurahman dan Santoso. Jadi memang ada relasi antara gerakan radikal di Indonesia dengan gerakan ekstrimis di Marawi.
Yang menarik bagi kita adalah gerakan semacam ini selalu mengusung tentang tafsir agama yang bercorak kekerasan. Membunuh, melakukan pengeboman dan merusak property dan sebagainya merupakan hal yang biasa dan bahkan wajib dilakukan untuk mencapai tujuannya. Tidak hanya orang lain yang bisa terluka atau mati, bahkan dirinya juga rela untuk mati dalam upaya bom bunuh diri. Begitulah dahsyatnya indoktrinasi yang dilakukan oleh kaum Jihadis ini. Luar biasa.
Dengan terjadinya peperangan di Marawi ini tentu menjadi gambaran utuh bahwa kaum ekstrimis jihadis telah memasuki babak baru di dalam gerakannya. Dewasa ini banyak negara yang harus meningkatkan kewaspadaannya. Indonesia tentu menjadi salah satu negara yang harus mewaspadai terhadap gerakan eksodus ideologis di Filipina. Apalagi Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki celah-celah yang bisa dimanfaatkan oleh kaum jihadis ini untuk memasuki kawasan Indonesia.
Makanya, Jenderal Gatot Nurmantyo, Panglima TNI, lalu melakukan banyak keputusan untuk memperkuat wilayah yang berbatasan dengan Filipina, seperti di kepulauan Sangihe, Natuna, dan sebagainya. Sejumlah pasukan sudah ditempatkan untuk berjaga-jaga di dalam menghadapi kelompok Ekstrimis Jihadis. Jika mereka terpukul mundur dan sudah tidak ada lagi tempat bagi mereka untuk melakukan perlawanan bukan tidak mungkin mereka akan menyusup ke Indonesia.
Apalagi mereka tahun bahwa di Indonesia tidak memiliki aturan yang tegas untuk melakukan penangkapan atau memberangus terhadap gerakan terror. Sesuai dengan Undang-Undang No 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme tidak memberikan peluang untuk melakukan penangkapan terhadap orang yang diidentifikasi akan melakukan tindakan terror, terkecuali terror itu sudah dilakukan. Makanya, mereka memiliki peluang yang cukup besar untuk hidup di Indonesia, seandainya mereka terdesak dan harus keluar dari Filipina.
Menyadari akan bahaya seperti ini, maka Presiden Joko Widodo sudah memberikan perintahnya agar semua komponen bangsa ini melakukan gerakan untuk mempersempit ruang gerak kaum ekstrimis dan bahkan juga tindakan penanggulangan terhadap radikalisme dan ekstrimisme. Melalui perintah ini, maka Panglima TNI melakukan sejumlah kunjungan kerja di antaranya di Aceh dan Poso untuk memastikan bahwa semua aparat keamanan menjalankan tugas untuk menjaga wilayah NKRI.
Saya kira tidak hanya aparat keamanan saja yang harus melakukan tindakan preventif, akan tetapi para ulama, kyai dan tokoh masyarakat juga harus melakukan hal yang sama sebagai konsekuensi persaksian bahwa semuanya adalah warga negara Indonesia dan keluarga besar bangsa Indonesia yang harus mempertahankan keindonesiaan kita.
Kita semua dituntut pro-aktif di dalam menegakkan dan membela bangsa ini di tengah serbuan gerakan-gerakan intoleran dan ekstrim yang menggunakan agama sebagai basis tafsirnya. Dan kita yakin semuanya bisa diatasi.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..