• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TERORISME DAN ANCAMAN GLOBAL (2)

TERORISME DAN ANCAMAN GLOBAL (2)
Dunia sesungguhnya berada di dalam bayang-bayang kekerasan. Nyaris akhir-akhir ini dunia masih di bawah bayang-bayang peperangan yang terjadi tidak hanya di wilayah Timur Tengah, tetapi juga di belahan negara lain. Makanya, saya sering menyatakan bahwa dunia kita sekarang berada di tubir jurang kerusakan disebabkan oleh banyaknya peperangan yang terjadi.
Kita sungguh sangat menyesalkan bahwa negeri-negeri dongeng, seperti Iraq dan Syria menjadi ladang pembantaian. Banyak raga yang terpisah dari rohnya disebabkan oleh berkecamuknya peperangan. Berapa banyak korban nyawa yang disebabkan oleh peperangan ini. Rasanya, masih tedengar nyaring bagaimana jeritan Ulama besar Syria, yang menangisi kepergian anaknya karena peperangan yang terjadi. Masih terdengar bagaimana jeritan rakyat yang menangisi sanak kerabatnya karena peperangan itu.
Negara dengan masjid dan museum-museum peradaban ratusan tahun bahkan ribuan tahun menjadi luluh lantak karena peperangan. Banyak masjid, gereja, dan tempat ibadah monumental yang diagungkan oleh masyarakat dunia menjadi luluh lantak karena terkena hantaman bom. Berapa banyak syuhadak dari ulama-ulama Islam wasathiyah yang menjadi tumbal atas keyakinannya. Semua menggambarkan betapa peperangan tidak pernah menjadi pilihan positif bagi kemanusiaan dan peradaban.
Makam-makam suci yang selama ini menjadi tempat untuk berziarah juga berserakan disebabkan oleh hantaman rudal dalam peperangan. Semua menggambarkan betapa dahsyatnya akibat negative peperangan yang dilakukan oleh manusia. Dan anehnya mereka yang berperang selalu mengumandangkan kata “jihad fi sabilillah”. Kata “jihad” yang sesungguhnya berkonotasi positif lalu menjadi daya “hancur’ bagi peradaban dan kemanusiaan.
Bukankah kalangan ISIS juga menggunakan kata sakti “jihad” di dalam tindakan kekerasan yang dilakukannya. Bahkan kata “jihad” ini yang juga memicu sekelompok orang Indonesia untuk merasa terpanggil berperang membela ISIS. Nama Bahrun Naim, Aman Abdurahman, Santoso dan juga kelompok Anshar al Daulah, juga mengimami ISIS dan menjadi jamaah setia kalangan ini. Mereka merupakan bagian tidak terpisahkan dari perkembangan gerakan ISIS di Indonesia.
Saya sebagai orang Islam yang tergabung di dalam kalangan wasathiyah, atau bahkan NU, tentu tidak bisa memahami atas pilihan tindakan yang dilakukan mereka ini. Dan memang tidak semua hal bisa dipahami terutama yang menyangkut pilihan politik berbalut agama seperti kaum ISIS ini. Kita hanya memahami bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak puas atas system politik dan ekonomi dan kemudian menemukan solusi kehidupannya melalui gerakan-gerakan militant bahkan ekstrim, seperti ISIS.
Mereka selama ini memang sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari gerakan kekerasan yang mengklaim agama sebagai pemicunya. Mereka sudah lama mengikuti tafsir agama yang ekstrim dan menihilkan lainnya. Tidak ada kebenaran selain kebenaran atas tafsir agamanya. Semua salah dan semua harus dinihilkan. Semua harus diperangi dan semua akan masuk neraka. Dan sayangnya bahwa di dalam doktrin yang diyakininya benar adalah doktrin ekstrim yang menihilkan sang “liyan”. Semua negara yang tidak mengamalkan system yang diyakini kebenarannya atau khilafah adalah system dunia yang salah dan pasti tidak akan mampu menyelesaikan problem keumatan. Makanya negara dengan system thaghut ini harus dienyahkan dan diganti dengan system khilafah yang diyakininya sebagai system yang paling benar dan relevan dengan kenyataan empiris bernegara.
Dan yang paling menarik tentu adalah daya pikatnya terhadap sekelompok orang di berbagai negara untuk meyakini kebenaran doktrin ini. Banyak anak-anak muda yang tertarik dengan doktrin ini. Diyakini bahwa doktrin ini adalah ajaran Islam yang paling benar. Dan yang membuat miris adalah keyakinan bahwa bom diri merupakan ajaran Islam. Banyaknya “pengantin” bom bunuh diri yang rela meledakkan dirinya hancur berkeping-keping adalah cerita keberhasilan indoktrinasi yang dilakukannya. Bahkan tidak hanya lelaki tetapi juga perempuan. Para jihadis ini mampu mencuci otak calon “pengantin” bom bunuh diri dan melakukan tindakan yang against humanity. Kita yang terbiasa hidup di kalangan Islam wasathiyah, Islam yang mengedepankan kedamaian, sungguh tidak bisa menalar tindakan ini. Apapun janji yang dikedepankan, misalnya surga, bidadari, bidadara atau kehidupan yang nikmat di alam lain, rasanya tidak masuk logika dan tafsir agama yang kita yakini selama ini.
Akan tetapi demikianlah kekuatan indoktrinasi. Bagi para mentor yang sudah sangat mumpuni, tentu bukan barang sulit untuk mencuci otak ortang yang menjadi mangsanya. Kita yang orang awam di dalam hal gerakan ekstrim ini juga tidak bisa menduga dengan pasti siapa itu yang tergabung di dalam gerakan ekstrimisme.
Dengan demikian, sungguh diperlukan upaya keras untuk memahami apa dan siapa mereka ini, sehingga kita akan bisa untuk melakukan pencegahan dini terhadap dan menghadapi gerakan ekstrimisme. Tetapi di atas segalanya, kewaspadaan tentu menjadi sangat penting untuk melakukan cegah tangkal terhadap lahirnya anak-anak muda dan siapapun yang terpapar oleh virus ekstrimisme. Hanya dengan cara deteksi dini, maka peluang untuk mencegah gerakannya yang makin meluas bisa dihambat atau bahkan dihilangkan.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..