TERORISME DAN ANCAMAN GLOBAL (1)
TERORISME DAN ANCAMAN GLOBAL (1)
Akhir-akhir ini saya kira banyak negara disibukkan oleh berbagai ancaman terror yang dilakukan oleh sekelompok orang yang ingin melakukan sejumlah kekacauan. Siapapun mereka maka tujuannya jelas yaitu ingin memberikan warning bahwa kelompok ekstrimis ini memang masih ada dan di suatu kesempatan masih bisa melakukan tindakan yang membahayakan perdamaian dunia.
Di dalam banyak hal, maka gerakan terror itu dinisbahkan kepada kelompok yang disebut ISIS atau Islamic State of Iraq and Syria. Merekalah yang di dalam banyak hal mengakui melakukan tindakan kekerasan atau terror terhadap kepentingan masyarakat di banyak negara, misalnya di Inggris, Iran, Afghanistan dan bahwa di Filipina. Mereka melakukan maneuver dengan tindakan terror di negara-negara yang dianggapnya sebagai tempat yang pantas untuk dilakukan tindakan terror dimaksud.
Jika dirunut, maka sesungguhnya ada beberapa factor pemicu mengapa mereka melakukan tindakan terror tersebut. Pertama, posisi mereka yang semakin terjepit karena aliansi untuk melakukan perlawanan terhadapnya. Koalisi negara-negara barat untuk melakukan penyerangan terhadap posisi mereka di Iraq dan Syria menyebabkan mereka harus melakukan “hijrah” ke tempat lain, dan melakukan kejutan demi kejutan untuk memperingatkan dunia bahwa mereka masih eksis dan bisa melakukan perlawanan di manapun mereka berada.
Serangan terhadap Jerman, Inggris dan juga ke Mesir dan Iran memberikan gambaran bahwa mereka bisa melakukan serangan di mana saja dan kapan saja. Persekutan barat untuk memerangi dan mengusir mereka dari basis wilayah kekuasaannya di Iraq dan Syria menyebabkan mereka melakukan tindakan eksodus dengan tetap menguasai beberapa wilayah di tempat semula, sambil melakukan serangan mendadak ke tempat-tempat strategis di belahan dunia manapun. Tidak menutup kemungkinan bahwa mereka juga menyiapkan serangan ke negara-negara barat lainnya yang dianggapnya akan melakukan tindakan perlawanan terhadap wilayah ISIS di Timur Tengah.
Kedua, perlawanan yang semakin tampak di basis wilayah-wilayah Syria dan Iraq. Sebagaimana diketahui bahwa pemerintah Syria dan Iraq semakin kuat untuk melakukan penguasaan kembali terhadap wilayah yang dikuasai oleh ISIS. Dengan bantuan negara-negara aliansi yang membelanya, maka sejumlah wilayah yang semula dikuasai oleh ISIS lalu kembali direbut, misalnya wilayah Mosul dan sebagainya. Artinya, bahwa ISIS di ranahnya sendiri semakin tersudut, baik oleh serangan internal maupun kekuatan aliansi eksternal.
Ketiga, dengan semakin sedikitnya wilayah yang diuasainya, maka berarti sumber kekuatan anggarannya semakin minim, sehingga kekuatan militernya juga semakin menurun. Di dalam konteks ini, maka setiap penguasaan wilayah tentu ada kaitannya dengan sumber daya minyak yang melimpah. Dan ketika wilayah dengan kaya sumber daya alam tersebut jatuh kembali ke pemerintah setempat, maka dipastikan bahwa amunisi untuk perang semakin sedikit, dan jika kekuasaan mereka makin sedikit berarti kekalahan dalam pertempuran dipastikan akan terjadi.
Peperangan dengan menggunakan agama (baca Islam), sesungguhnya bukanlah semata-mata disebabkan oleh agama atau perang agama. Akan tetapi sebenarnya adalah peperangan untuk memperebutkan sumber daya ekonomi, khususnya minyak bumi. Tambang minyak di Syria dan Iraq tentu menjadi daya tarik untuk dikuasai. Dan jika informasi mengenai penjualan minyak dengan harga murah dari kelompok ISIS ini terhadap beberapa negara Barat lainnya, maka sebenarnya bisa saja ditafsirkan bahwa perang di Timur Tengah ini sesungguhnya adalah global game untuk penguasaan bahan bakar minyak di era yang akan datang.
Negara-negara besar sebenarnya membutuhkan cadangan bahan bakar minyak (BBM) yang cukup untuk investasi di masa mendatang. Jadi sebenarnya, dibalik perang ini ada kepentingan untuk memiliki cadangan minyak dan investasi besar-besaran di bidang perminyakan. Makanya, ada yang menyatakan bahwa perang ini sesungguhnya bukan jihad agama atau jihad fi sabilillah akan tetapi jihad ekonomi atau jihad fil iqtishadiyah. Kelompok ISIS yang dipimpin oleh Abu Bakar al Baghdadi yang dianggap sebagai Khalifah dunia berbasis pada gerakan khilafah untuk menguasai dunia, sebenarnya merupakan bagian tidak terpisahkan dari keinginan untuk menguasai sumber daya ekonomi untuk kepentingan kelompoknya.
ISIS ternyata juga telah menjadi bagian dari fenomena global. Yang terlibat di dalam gerakan ini bukan hanya dari kelompok “orang Arab” atau “orang Timur Tengah” akan tetapi telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari fenomena global akan perlawanan terhadap kekuasaan di negara-negara di dunia. Bayangkan bahwa yang tergabung di dalam ISIS adalah sejumlah orang dari Indonesia yang berjumlah sekitar 1300 orang, Malaysia, India, Pakistan, Filipina dan bahkan dari negara-negara barat. Jadi ISIS bukan lagi fenomena “Orang Timur Tengah” akan tetapi telah menjadi fenomena dunia.
Dengan demikian, semakin terdesak kaum ISIS di tempatnya semula, maka akan semakin besar peluangnya untuk menyebar di berbagai belahan dunia. Makanya, negara-negara lain memang harus meningkatkan kewaspadaannya agar bisa terhindar dari serangan ISIS yang mendadak dan temporer.
Di era sekarang, saya kira tidak ada wilayah yang kebal terhadap gerakan terror ini sebab terror sudah menjadi fenomena dunia. Indonesia saya kira termasuk targeted state yang bisa saja menjadi sasaran gerakan ini. makanya, pemerintah melalui aparat keamanan, masyarakat dan tokoh-tokoh agama harus terus menerus bersinergi untuk melawannya.
Wallahu a’lam bi al shawab.
