Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MERUMUSKAN ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN

 Gagasan tentang Islam rahmatan lil alamin kembali memperoleh momentum untuk dibicarakan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama dalam tema “Penulisan Buku Ajar Islam Rahmatan Lil Alamin.” Acara ini dilaksanakan selama dua hari, 14-15 Nopember 2009 bertempat di Hotel Grand Cempaka Jakarta. Acara ini diikuti oleh sejumlah rektor UIN, IAIN dan Ketua STAIN, Direktur PPS dan juga dosen-dosen yang memiliki kapabilitas untuk menulis tentang Islam Rahmatan lil Alamin dimaksud.

Saya bersama Prof. Azyumardi Azra, Prof. A. Malik Fajar, Prof. Gunaryo, Prof. A. Fadil Lubis menjadi narasumber pada sesi pertama dalam perbincangan tentang bagaimana merumuskan konsep untuk penulisan buku ajar tersebut. Perbincangan tentang Islam rahmatan lil alamin tentu saja merupakan tema yang sudah sangat familiar, namun ketika dikaji ternyata memiliki sejumlah cakupan yang luas. Islam rahmatan lil alamin memang konsep yang sangat abstrak, berangkat dari teks, “wa ma arsalnaka  illa rahmatan lil ‘alamin”, yang artinya kurang lebih “dan tidak Aku utus engkau (Muhammad) kecuali untuk kerahmatan bagi seluruh alam”. Islam sebagaimana teksnya memang untuk kerahmatan bagi seluruh alam, bukan hanya keselamatan bagi manusia tetapi juga untuk alam lainnya. Yang diselamatkan adalah hablum minallah, hablum minan nas dan juga hablum minal alam. Keselamatan manusia tidak ada artinya jika alam tidak dalam keselamatan. Makanya Islam yang menyelamatkan adalah Islam yang memberikan keselamatan bagi semuanya.

Mengapa harus menulis buku ajar Islam rahmatan lil alamin? Bukankah sudah sangat banyak teks-teks yang menjadi petunjuk  tentang Islam rahmatan lil alamin? Saya mengungkapkan tentang  kecenderungan akhir-akhir ini tentang fenomena radikalisme yang semakin menguat. Baru-baru ini, Centre for Religious Freedom, sebuah lembaga yang menekuni bidang kebebasan beragama di Amerika Serikat, mengeluarkan hasil penelitian tentang kurikulum dan buku-buku yang diajarkan di sekolah-sekolah Arab Saudi. Salah satu temuan penting penelitian itu adalah bahwa kurikulum dan buku-buku Islam yang diajarkan sekolah-sekolah Arab Saudi penuh dengan kebencian dan permusuhan terhadap agama Yahudi, Kristen, dan kaum Muslim yang tak sepaham dengan ajaran Wahabi (Luthfi As-Syaukani, 2009). Akan tetapi, Cynthia P. Schneider, Guru Besar Luar Biasa dalam Praktik Diplomasi Georgetown University dan Peneliti Lepas di Brookings Institution menulis di Harian Surabaya Post (14/11/09)  tentang Suara Moderat Dunia Arab, dinyatakan bahwa di dunia Arab sebenarnya sedang terjadi usaha-usaha dari penulis-penulis di sana tentang bagaimana mendorong toleransi, Islam yang terbuka dan moderat. Hanya sayangnya bahwa tulisan tersebut tidak bisa diakses oleh orang Arab sebab tulisan-tulisan tersebut tidak didapati di tokoh-toko buku di Arab. Misalnya tulisan Ala al alwani, “The Yacobian Building”, buku ini menceritakan tentang masalah sosial dan politik di Mesir melalui cerita tentang orang-orang kecil.

Diceritakan juga bahwa Polisi di dunia Timur Tengah sangat keras menghadapi buku-buku yang dianggap berhaluan moderat atau toleran. Buku-buku yang diperbolehkan beredar hanyalah buku-buku yang sesuai dengan mainstream pemikiran keagamaan yang ada di sana. Pada tahun 2006, polisi Mesir melakukan razia di toko-toko buku untuk memastikan bahwa Buku “The Modern Sheikh and the Industry of Religious Extremism” yang berisi tentang pentingnya pemerintah untuk memainkan peran otoritatif terhadap isu lingkungan, korupsi, gender atau hak-hak perempuan tidak dipasarkan di dalamnya.

Situasi seperti ini juga didapati di Indonesia akhir-akhir ini, misalnya dengan sweeping yang dilakukan oleh Islam garis keras tentang buku “Ilusi Negara Islam”, dan juga sweeping terhadap karaoke, bar dan sebagainya. Bahkan juga pembakaran terhadap masjid Ahmadiyah, pengusiran warga Ahmadiyah dan sebagainya. Atas nama agama mereka melakukan tindakan anarkhis yang bisa membahayakan kesatuan dan persatuan bangsa. Di tengah gerakan Islam keras, seperti ini, maka langkah untuk merumuskan buku ajar yang mengedepankan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin menjadi sangat strategis. Oleh karena itu, lembaga pendidikan diharapkan akan menghasilkan lulusan yang memiliki wawasan keagamaan yang komprehensif dan lapang.

Profil manusia yang dihasilkan oleh institusi pendidikan adalah yang mengembangkan pola hubungan antar manusia yang: Pluralis,  Humanis,  Dialogis dan Toleran serta Mengembangkan pemanfaatan dan pengelolaan alam dengan rasa cinta kasih. Pluralis dalam arti memiliki relasi tanpa memandang suku, bangsa, agama, ras ataupun titik lainnya yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Humanis dalam arti menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menghargai manusia sebagai manusia. Dialogis dalam arti semua persolan yang muncul sebagai akibat interaksi sosial didiskusikan secara baik dan akomodatif terhadap beragam pemikiran. Dan toleran dalam arti memberi kesempatan kepada yang lain untuk melakukan sebagaimana yang diyakininya, dengan penuh rasa damai.

Dengan demikian, yang dikembangkan oleh institusi pendidikan ke depan adalah bangunan Islam Indonesia yang berwajah menyelamatkan relasi antar manusia dan relasi antar manusia dengan alam, sebagai perwujudan Islam yang rahmatan lil alamin.

Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini