PENGUATAN KOMPETENSI DI ABAD 21
PENGUATAN KOMPETENSI DI ABAD 21
Hari Jum’at, 28/04/2017, saya berkesempatan untuk datang di Jogyakarta. Tentu ada acara yang sangat penting yaitu membuka program assessment untuk calon Pejabat Tinggi Madya Kementerian Agama. Karena yang diassesment adalah para calon Pejabat Tinggi Madya, maka saya harus datang dalam kerangka mengapresiasi program ini. Acara dilangsungkan di Operation Room Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Jogyakarta.
Prof. Dr. Sahiron (Wakil Rektor II) UIN Suka Jogyakarta) yang mengetahui saya hadir di UIN Suka, lalu menghubungi saya, agar saya dapat memberikan pengarahan kepada para pimpinan UIN Suka Jogyakarta. Tentu saya menyambut dengan gembira atas keinginan Prof. Sahiron ini. Saya selalu merasa tersanjung jika bisa memberikan presentasi apapun temanya di perguruan tinggi. Rasanya, saya menjadi “dosen” lagi sebagaimana di masa lalu, sebelum saya menapaki pekerjaan structural di Jakarta.
Pada kesempatan yang langka ini, saya menyampaikan tiga hal sebagai masukan kepada para pejabat di UIN Suka Jogyakarta. Pertama, tentang penguatan kembali program integrasi ilmu. Saya merasakan bahwa perbincangan tentang integrasi ilmu mengalami penurunan. Di masa lalu, saya kira bahwa perbincangan tentang integrasi ilmu itu dimotori oleh UIN Jogyakarta. Dengan mengacu kepada tulisan Waryani tentang integrasi ilmu, maka dapat digambarkan bahwa pusat pengembangan integrasi ilmu itu ada di UIN Suka Jogyakarta. Saya menganggap bahwa integrasi ilmu merupakan kekhasan pengembangan akademis di PTKIN. Melalui program ini, maka dunia akademis di PTKIN memiliki distingsi dan ekselensinya. Jangan kita membandingkan ilmu sosial di PTU dengan PTKI. Pasti pertarungan dimenangkan oleh PTU, selain memiliki sejarah panjang juga pengalaman pengelolaan dan pengembangannya yang sudah mapan. Makanya, keunikan ilmu sosial di UIN adalah program integrasi ilmu, yang bisa saja disebut sebagai ilmu sosial transcendental atau ilmu sosial profetik.
Saya sungguh-sungguh berharap agar UIN Suka Jogyakarta kembali menjadi center of development dari integrasi ilmu. Saya merindukan perbincangan yang hangat tentang integrasi ilmu di masa sekarang dan akan datang. Harus ada program yang mensupport terhadap pengembangan program integrasi ilmu di dalam perjalanan perencanaan dan penganggaran.
Kedua, abad 21 memberikan tantangan sendiri terkait dengan skilled yang harus dimiliki oleh masyarakat, khususnya masyarakat professional dan akademis. Tantangan kompetensi merupakan tantangan yang sangat mendasar. Di era globalisasi maka hanya ada dua kata yang penting, yaitu kompetensi dan kompetisi. Di era seperti ini, maka PTKI harus memberikan jawaban. Salah satu di antaranya ialah tentang relevansi kurikulum dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh alumni. Harus dirumuskan dengan jelas kompetensi dasar dan intinya, sehingga akan menghasilkan alumni UIN yang hebat, yang memiliki kompetensi dan kompetisi. Harus ada keberanian untuk merekonstruksi kurikulum agar selaras dengan tujuan untuk mengembangkan skilled mahasiswa yang memiliki relevansi dengan tuntutan perubahan. Saya kira diperlukan perubahan drastis tentang kurikulum ini. jangan selalu terpaku dengan kurikulum lama yang sudah out of date. Mahasiswa harus dibekali dengan kompetensi professional, kepribadian dan sosial agar mereka bisa menatap masa depan dengan kepala tegak dan dada membusung. Bukan karena kesombongan akan tetapi karena keberanian berbasis kompetensi yang cukup.
Lalu komunikasi yang andal. Saya memiliki keyakinan bahwa sesungguhnya kita memiliki modalitas yang sangat memadai. Ada modalitas pengetahuan, modalitas SDM, modalitas spiritual, modalitas sosial dan bahkan modalitas politik. Jika modalitas ini bisa disupport oleh kemampuan komunikasi yang baik, maka dapat dipastikan akan terdapat semakin banyak jejaring yang kita miliki. Di era globalisasi maka yang menentukan ialah kemampuan komunikasi untuk mengembangkan jejaring.
Kemudian kemampuan kolaborasi. Di era persaingan bebas, maka sebenarnya harus ada sebuah team work yang bagus. Sebuah team yang bagus akan dapat memberikan support terhadap kerja pimpinan di dalam banyak event. Saya kira meskipun ada seorang pimpinan yang visioner, akan tetapi jika tidak ditopang oleh team yang hebat, maka dapat dipastikan akan terdapat ketimpangan. Keberhasilan lembaga atau institusi di dalam kemajuan ternyata memang didukung oleh team work yang hebat, dengan ide dan kemampuan bekerja yang hebat.
Selain itu juga harus ada kreativitas. Bisa jadi harus ada creative minority yang bisa menghasilkan ide atau gagasan yang dapat menjadi bahan atau sumber inovasi. Di era sekarang, maka keberhasilan di dalam suatu kepemimpinan ialah keberadaan team work yang baik dan disupport oleh creative minority yang andal. Saya kira ada banyak contoh bagaimana keberhasilan suatu institusi, lembaga atau organisasi itu disupport secara luar biasa oleh orang-orang kreatif yang jumlahnya tidak perlu banyak.
Ketiga, yang tidak kalah penting ialah bagaimana memanej terhadap perubahan tersebut. Di dalam konteks ini, maka kita harus mempersiapkan anggaran yang baik, jelas dan terukur hasilnya. Saya mengapresiasi terhadap upaya yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo yang begitu konseren agar anggaran harus dirumuskan untuk program yang jelas dan terukur dan dapat dirasakan hasilnya oleh rakyat. Program itu tidak usah terlalu banyak, tetapi memiliki quick win yang jelas, menjadi unggulan yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.
Oleh karena itu saya juga berharap agar UIN Suka Jogyakarta dapat melakukan evaluasi penganggarannya pada tahun 2018 agar bisa memenuhi keinginan Presiden untuk merumuskan anggaran yang tepat sasaran, tetap guna dan tepat manfaatnya. Dan itu memerlukan kebersamaan untuk merumuskannya.
Wallahu a’lam bi al shawab.
