• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

CREATIVE MINORITY UNTUK PERUBAHAN (2)

CREATIVE MINORITY UNTUK PERUBAHAN (2)
Bagi seorang pemimpin dalam skala apapun, jika memiliki sekelompok kecil orang yang terlibat di dalam kepemimpinannya untuk bekerja keras, menghasilkan ide-ide cemerlang dan dapat menggerakkan orang lain untuk melakukannya merupakan keuntungan yang tidak terkira. Perubahan tidak selalu harus berskala massive pendukungnya, akan tetapi tergantung pada ada atau tidaknya tim kreatif yang andal.
Di kalangan organisasi sosial maka keberadaan tim kreatif ini tentu penting di dalam kerangka mendinamisasikan terhadap keberadaan organisasi tersebut. Maju atau mundurnya organisasi sosial tersebut sangat tergantung kepada sekelompok orang yang mendedikasikan hidupnya untuk kepentingan misi organisasi. Organisasi sosial yang maju, saya kira sangat tergantung kepada pimpinan yang memiliki visi yang jelas untuk dicapai dan misi yang akan diraih. Konon “leader is vision. There is no more to say”. Tetapi keberadaan pemimpin yang memiliki visi belum tentu berdaya guna secara optimal jika tidak didukung oleh tim kerja yang sangat memadai dan memiliki kesamaan visi dimaksud.
Di organisasi politik, juga didapati hal yang sama. Hanya saja perbedaannya adalah pada visi dan misi organisasinya. Namun selalu saja ada orang atau sekelompok orang yang memiliki pandangan jauh ke depan untuk menjadikan organisasinya memiliki konstituen yang massive dan berkomitmen. Di DPR, misalnya selalu ada staf ahli yang direkrut untuk mendampingi para anggota dewan di dalam urusan menemukan ide-ide yang penting, baik untuk kepentingan rapat maupun kepentingan konstituennya.
Dunia birokrasi juga memiliki hal yang sama. Seorang menteri selalu secara structural memiliki staf ahli dan bahkan juga staf khusus. Di dalam konteks creative minority, maka sesungguhnya mereka itu didesaian untuk kepentingan membantu para pejabat di dalam upaya untuk melakukan terobosan dan menemukan hal-hal yang spesifik dan berbobot. Misalnya untuk merumuskan program unggulan atau quick win dan mencapainya. Jika di dunia birokrasi tentu perubahan itu dilakukan dengan sangat evolusioner karena begitu banyaknya regulasi yang memang menjadi pattern for behaviornya. Dunia birokrasi tidak diciptakan untuk melakukan perubahan secara cepat. Jika pun ada perubahan tentu dilakukan dengan sangat hati-hati, sebab terkait dengan anggaran, dan pertanggungjawabannya yang memang mengharuskan kehati-hatian tersebut. Dalam kata lain, tuntutan inovasi di dunia birokrasi tentu berbeda dengan dunia usaha yang memang sangat dinamis.
Dunia inovasi yang gegap gempita adalah dunia usaha. Tuntutan perubahan itu sangat mutlak dimilikinya. Jika tidak ingin tergilas, maka dia harus terus menerus bermanuver dengan inovasinya itu. Saya ingin memberikan contoh, misalnya bagaimana perubahan konsep kantor yang dilakukan oleh dunia perbankan. Dalam waktu yang sangat lama, BRI tentu menguasai kewilayahan, sebab BRI memiliki cabang di hamper seluruh wilayah di Indonesia. Kantor-kantor cabangnya berdiri di seluruh kota-kota kecamatan di Indonesia. Tetapi makna kantor itu bangunan tereduksi dengan semakin kuatnya teknologi informasi. BNI mengembangkan kantor di dunia maya, kantor on line. Dibentuklah agen-agen sebagai kantor. Maka dibuatlah agen-agen untuk menjadi kantor dinamis. Para agen dapat melayani layaknya kantor statis. Untuk pinjam uang, transfer uang, dan sebagainya. Jadi agen merupakan kantor dinamis yang kemudian menjadi andalan di dalam proses keuangan non tunai. Jadilah agen tersebut menempati posisi kantor yang selama ini identic dengan bangunan dengan seperangkat infrastrukturnya.
Perubahan demi perubahan seperti ini tentu disebabkan oleh keberadaan tim kreatif atau creative minority yang selalu berpikir mendahului atau one step ahead. Makanya, menurut saya, pertaungan creative minority itu sesungguhnya berada di perusahaan-perusahaan. Para pimpinan perusahaan akan memberikan penghargaan yang sangat tinggi terhadap orang-orang unggulan dengan ide-ide hebat di dalam kerangka persaingan atau kompetisi realistis di dunia usaha.
Contoh lain adalah perusahaan top dunia yang kemudian harus mengalami kemunduran. Misalnya adalah Nokia sebuah merk yang sangat terkenal di dalam blantika media komunikasi atau hand phone. Kesalahan di dalam mengambil keputusan untuk menggunakan teknologi berbasis android dan peluang tersebut diambil oleh Samsung, maka menyebabkan laju perkembangan perusahaan ini tidak terhindarkan. Samsung menjadi pemain di bidang teknologi komunikasi yang melesat bak meteor dan merajai terhadap teknologi informasi ini. Mengapa Samsung menjadi perusahaan terkemuka di bidang teknologi informasi mengalahkan para pendahulunya disebabkan oleh creative minority yang hebat yang dimilikinya.
Dengan demikian, keberhasilan di dalam menjalankan manajemen dan kepemimpinan sesungguhnya tidak hanya disebabkan oleh pemimpin yang visioner, akan tetapi juga oleh sejumlah kecil orang yang bisa menjadi visi tersebut sebagai panduan untuk merumuskan misi dan program dan bahkan kegiatan-kegiatan yang baik dan kemudian dapat diimplementasikan secara memadai oleh semua staf dalam kapasitasnya masing-masing.
Creative minority tidak hanya sekedar memiliki ide cemerlang tetapi juga cara untuk merealisasikan idenya tersebut di dalam praktek nyata kehidupan organisasi, institusi dan bahkan birokrasi.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..