MEMPERKUAT KINERJA DENGAN SPIRITUAL INTELLIGENT (3)
MEMPERKUAT KINERJA DENGAN SPIRITUAL INTELLIGENT (3)
Potensi lain yang terkait dengan spiritualitas kerja ialah kerja itu ibadah. Seseorang yang melakukan pekerjaan yang baik dan benar hakikatnya ialah ibadah. Maka siapapun juga yang bekerja dengan baik dan benar yang diniatkan sebagai amalan ibadah kepada Allah, maka pekerjaan yang dilakukan itu hakikatnya adalah ibadah kepada Allah. Jadi kerja tidak hanya untuk memperoleh keuntungan duniawi tetapi juga untuk memperoleh keuntungan secara ukhrawi.
Semua agama memiliki konsepsi bahwa bekerja adalah ibadah kepada Tuhan. Secara khusus Islam mengajarkan bahwa bekerja dan beribadah adalah dua entitas yang hakikatnya sama, yaitu sebagai instrument untuk mendekatkan diri kepada Allah. Di dalam sebuah sunnah diceritakan bahwa sahabat Nabi Muhammad saw itu memiliki lakon beribadah bermacam-macam. Salah satunya ialah Sahabat Salman al Farisi, yang di dalam kehidupannya hanya melakukan ibadah dan ibadah saja, sehingga keluarganya pun ditinggalkannya. Maka di kala bertemu Nabi Muhammad saw., maka Salman diingatkan bahwa semua memiliki hak, dan yang tidak boleh dilupakan ialah hak keluarga. Maka menunaikan hak kepada keluarga merupakan kewajiban yang sama nilainya dengan hak untuk melakukan ibadah. Semua hak itu jika dilakukan dengan benar, maka menunaikan hak itu sama dengan ibadah kepada Allah.
Prinsip lainnya ialah saling menolong. Agama apapun tentu mengajarkan agar sesama manusia selalu melakukan prinsip saling menolong. Begitu pentingnya saling tolong menolong itu, maka Islam misalnya mengajarkan agar manusia saling memberi pertolongan dalam kebaikan. Bekerja tentu mengandung prinsp kebaikan, maka di kala kita bekerja dan dipastikan di dalam bekerja tersebut terdapat banyak orang atau ada orang lain, maka yang diutamakan ialah saling menolong. Hakikat bekerja adalah saling menolong tersebut. Allah memberikan kemampuan yang berbeda-beda antara satu manusia dengan lainnya, tentu untuk menjawab mengapa manusia harus saling menolong. Dengan kemampuan yang berbeda-beda tersebut, maka Allah sepertinya memberikan peluang dan potensi untuk saling membantu dan menerima bantuan. Dengan memahami kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh setiap individu, maka akan memunculkan sikap toleran, terbuka dan saling menghargai.
Institusi, birokrasi, negara, pemerintahan dan semua hal yang dikaitkan dengan pengelompokan sejumlah orang, maka dipastikan akan terdapat pembagian kewenangan dan tanggungjawab. Di dalam kewenangan dan tanggungjawab tentu dipastikan akan terjadi proses saling menerima dan memberi. Hal ini merupakan sunnah Allah yang dipastikan terjadinya. Hanya saja bahwa pembagian kewenangan dan tanggungjawab itu tentu terdapat mekanisme yang disepakati bersama. Namun demikian, semua ini adalah prinsip saling menolong. Jadi jika ada manusia yang egois dan merasa paling hebat, maka di dalam dirinya dipastikan tidak terdapat kecerdasan spiritual itu.
Inti agama di dalam relasi dengan lainnya adalah nasehat. Agama adalah nasehat. Di dalam konteks ini, maka agar terjadi tindakan saling tolong menolong, maka haruslah digunakan nasehat sebagai pola hubungan antar manusia. Inti dari nasehat ialah bertutur kata dengan lembut dan mengena. Memasukkan kata-kata itu tidak hanya di dalam kesadaran intelektual, akan tetapi juga kesadaran emosional. Misalnya, di kala menghadapi situasi sulit karena ada kesalahan fatal yang dilakukan oleh seseorang, maka upayakan jangan marah di sembarang tempat. Jika ada orang yang marah, maka janganlah kita terlibat dengan kemarahan itu. Upayakan agar nalar intelektual dan emosional kita tetap berjalan seirama. Semarah apapun jika seseorang tidak menanggapi dengan kemarahan tentu dapat dipastikan bahwa kemarahan tersebut akan menjadi reda.
Di dalam filsafat tentang alam, bahwa air dan api adalah dua entitas alam yang bisa dijadikan sebagai pedoman di dalam relasi antar kemanusiaan. Api memiliki sifat untuk menghanguskan, meniadakan atau menihilkan dan menghancurkan. Daya hancur atau hangusnya tentu luar biasa. Akan tetapi api sesungguhnya bisa menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Melalui api manusia dapat menghangatkan sesuatu yang dingin dan bahkan mematangkan barang yang mentah, seperi daging, air, bahan-bahan makanan dan sebagainya. Jadi, api dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia jika digunakan dengan cara-cara yang benar. Tetapi api akan menyebabkan malapetaka jika besar dan tidak terkendali. Air sebaliknya juga begitu. Air adalah sumber kehidupan. Di mana ada air maka di situ akan terdapat kehidupan. Air dapat digunakan untuk menghidupi kehidupan. Akan tetapi air yang besar dan tidak terkendali akan menyebabkan malapetaka. Maka air juga harus dimanej agar berguna bagi manusia. Watak air dan api memang berbeda, tetapi keduanya suatu ketika akan bermanfaat dan sekali waktu memberikan madarat.
Jika air bersifat mendinginkan, maka api bersifat menghangatkan atau memanaskan. Terkait dengan sifat manusia, maka di kala ada yang panas, maka harus ada yang dingin. Makanya, jika ada seseorang yang marah sebagaimana sifat api, maka harus ada lainnya yang mendinginkan sebagaimana sifat air. Dengan demikian, maka kemarahan akan bisa diselesaikan dengan mendinginkannya. Itulah sebabnya, Rasulullah meminta kita untuk mengambil wudlu di kala marah, sebab dengan berwudlu maka peluang untuk sadar dari kemarahan akan semakin besar.
Selain itu, agar kita bisa ikhlas, menolong dan bersabar adalah dengan meletakkan semua hal yang kita alami sebagai ketentuan Tuhan. Ada kepastian Tuhan yang akan berlaku bagi diri kita. Kesadaran ini yang kiranya akan menjadikan kita akan menerima semua kehidupan diri dan juga orang lain di dalam kerangka bagian dari perjalanan hidup yang mesti kita lakukan.
Di sinilah letak dari kecerdasan spiritual itu. Semakin tinggi tingkat keikhlasan, kerelaan dan kemauan kita untuk menolong dalam kebaikan, maka semakin besar peluang kita untuk menjadi insan kamil. Manusia sempurna itu adalah manusia yang berupaya untuk mencapai kebahagiaan di dunia secara optimal dan juga berusaha mencapai kebaikan untuk akherat secara optimal. Jadi tidak bisa hanya salah satu saja yang tercapai.
Wallahu a’lam bi al shawab.
