• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PARTAI KOMUNIS DI INDONESIA ANTARA REALITA DAN FIKSI

PARTAI KOMUNIS DI INDONESIA ANTARA REALITA DAN FIKSI
Di dalam acara yang Pro-Kontra yang diselenggarakan oleh JakTV, di mana saya hadir sebagai narasumber, terdapat perdebatan yang cukup keras antara Pak Shodiq Mujahid (Fraksi Partai Gerindra) dengan Prof. Hamka Haq (Fraksi Partai PDI-P) tentang eksistensi PKI di Indonesia. Perdebatan yang tentu tidak selesai, sebab durasi waktu yang sangat terbatas di acara tersebut.
Perbincangan tentang Partai Komunis di Indonesia kembali merebak akhir-akhir ini seirama dengan hiruk pikuk dan dinamika politik yang terus bergulir. Hadirnya perbincangan tentang Partai Komunis tentu terkait dengan semakin terbukanya akses informasi di tengah kebebasan berpendapat atau kebebasan mengekspresikan ide, gagasan atau pendapat. Era keterbukaan dan demokratisasi memang memberikan nuansa untuk “merdeka” dalam banyak hal, termasuk “perayaan” ide di tengah public.
Sesungguhnya ada beberapa isme yang tidak akan pernah mati. Ada dua isme yang secara sosiologis tidak akan pernah hilang di muka bumi, yaitu: kapitalisme dan komunisme, dan ada juga yang menganggap isme agama-agama. Pertarungan kapitalisme dan komunisme nyaris menguasai dunia ini. Meskipun secara sosiologis komunisme telah bisa dikalahkan oleh kapitalisme, akan tetapi sesungguhnya komunisme ini sedang mati suri.
Komunisme telah bermetamorfosis dengan sangat baik di Cina. Melalui model ekonomi unik yang dikembangkannya, maka komunisme menjadi eksis di tengah masyarakat Cina. Bahkan dengan jumlah penduduk yang nyaris setengah jumlah penduduk dunia, maka Cina bisa menjadi “penguasa” terhadap dunia ini. Amerika Serikat dan Masyarakat Uni Eropa saja kedodoran menghadapi ekspansi perekonomian Cina yang luar biasa. Jika negara lain berlepotan dengan tenaga kerja yang semakin mahal, maka Cina dengan kebijakan komunisnya bisa menjadikan SDM yang melimpah dengan mengatur upah dan produktivitasnya.
Produk Cina membanjiri seluruh dunia dengan harga murah disebabkan oleh kepasitas pemerintah komunis yang bisa menekan terhadap upah buruh, sehingga produk Cina mampu bersaing dengan produk negara lain dalam kualitas yang kurang lebih sama. Produk seperti kereta api cepat, telah mengalahkan Jepang dan Korea Selatan. Suatu lompatan teknologi dan ekonomi yang luar biasa.
Keberhasilan Cina untuk mengembangkan ideology komunisme di era kapitalisme itu kemudian tentu saja mengilhami ideology lain di dunia untuk tetap setia dan berpikir ke depan, bahwa komunisme akan tetap menjadi ideology alternative yang berhasil menguasai panggung politik dan ekonomi dunia. Itulah sebabnya, komunisme akan tetap eksis di dalam benturan peradaban yang akan terus terjadi. Tidak terkecuali para fanatisme ideology komunis dari Indonesia.
Perbincangan tentang komunisme di Indonesia juga menjadi semakin menarik. Ada semakin banyak informasi yeng bertebaran di era “perayaan” berpendapat. Ada semakin banyak upaya untuk “merayakan” kebebasan tersebut, di antaranya ialah penyebaran paham pro dan kontra komunisme di media sosial. Sebagai ideology latent, maka mereka yang pro-komunisme tentu tidak secara terang-terangan menyebarkan gagasan, ide atau pikirannya secara terbuka. Mereka tetap menjadi silent circle yang secara diam-diam bertemu dan berkumpul dalam komunitasnya.
Sementara itu, sekelompok orang yang kontra gerakan komunisme secara terang-terangan menolak kehadiran kembali komunisme di bumi Indonesia. Bisa didengarkan atau dibaca di media sosial tentang bagaimana penolakan terhadap komunisme yang dilakukan oleh Habib Riziq, Kivlan Zein dan sebagian lainnya. Mereka dengan sangat bersemangat menolak kembalinya komunisme di Indonesia melalui ceramah atau diskusi yang dilakukannya.
Jika dipetakan maka terdapat kelompok-kelompok yang melakukan pertarungan di Indonesia, yaitu kelompok pendukung secara diam-diam. Mereka sesungguhnya ada di berbagai institusi. Ada di LSM, birokrasi dan juga parlemen. Mereka tidak terdeteksi secara nyata, akan tetapi sesungguhnya mereka ada. Sebagai organisasi bawah tanah atau organisasi tanpa bentuk, maka sesungguhnya Partai Komunis telah mengembangkan dirinya dalam pola metamorphosis yang strategic.
Mereka secara individual memasuki berbagai elemen sosial kemasyarakatan namun memiliki ciri khas yang sama. Yaitu mengembangkan tema-tema perjuangan “kerakyatan” yang mengusung topic-topik “kemanusiaan, keadilan, kesamaan” dan sebagainya. Tentu yang dimaksudkan adalah dalam perspektif sosialisme atau komunisme.
Mereka memang tidak secara terang-terangan untuk mengadaptasi berbagai program yang secara langsung terkait dengan gerakan komunisme baru, akan tetapi sekurang-kurangnya mengkritisi terhadap berbagai kebijakan di masa lalu, terutama yang terkait dengan kebijakan pemerintah di masa Orde Baru. Mereka tentu memperoleh momentum untuk bermanuver di era keterbukaan dan demokratisasi ini. Jika di masa lalu mereka nyaris tidak berkutik karena kebijakan pemerintah yang sangat otoriter terhadap semua bentuk gagasan, pikiran atau apapun yang datang dari suara minoritas terlarang, maka sekarang mereka memperoleh momentumnya.
Mereka bisa bertarung untuk memperoleh keanggotaan di legislative, mereka bisa mempengaruhi Komnas HAM dan juga bisa mendirikan LSM yang memiliki jejaring internasional untuk mengembangkan paham sosialisme atau komunisme baru. Sayangnya sebagai organisasi terlarang tentu tidak bisa dilacak sejauh mana mereka telah eksis di tengah pemerintahan sekarang, akan tetapi sesungguhnya mereka ada.
Bagi saya, kelompok komunisme baru di Indonesia telah eksis. Hanya saja tidak diketahui dengan jelas siapa sesungguhnya mereka dan di mana saja mereka. Makanya, eksistensi komunisme baru di Indonesia itu bergerak di antara ada dan tiada. Ilusi tetapi realitas. Fiksi tetapi kenyataan. Dengan demikian, organisasi Islam tetap diperlukan kewaspadaannya di dalam kerangka untuk mengamati pergerakan kelompok atau individu yang memiliki gagasan atau ide yang tercetus di ruang-ruang public.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..