GERAK JALAN KERUKUNAN DALAM HAB KE 71
GERAK JALAN KERUKUNAN DALAM HAB KE 71
Rasanya baru kemarin kita menyelenggarakan acara gerak jalan kerukunan dalam rangka Hari Amal Bhakti (HAB) Kementerian Agama RI. Acara itu tentu menjadi menarik sebab dihadiri oleh tidak kurang dari 4000 orang ASN Kemenag dan juga para tokoh agama.
Acara gerak jalan kerukunan memang menjadi agenda tahunan dalam rangka memperingati HAB Kemenag. Acara ini menjadi ajang bagi Kemenag untuk menunjukkan kepada bangsa Indonesia bahwa sebenarnya di antara pemeluk agama –terutama para tokohnya—memiliki kebersamaan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Semua tokoh agama hadir di dalam acara ini, yaitu: dari Walubi, Matakin, Parisadha Hindu Dharma Indonesia, KWI, PGI, MUI dan seluruh elemen masyarakat agama-agama. Kita sungguh merasa senang bahwa umat beragama bersatu padu di dalam kebersamaan ini. Tiada sekat antara satu dengan lainnya di dalam menjalankan kegiatan gerak jalan. Saya kira hal ini merupakan cerminan bagi bangsa ini bahwa kerukunan kita sesungguhnya tidaklah bermasalah.
Acara ini dimulai dengan tarian Barongsai yang dipagelarkan dengan sangat baik. Tarian khas Cina ini memang sudah menjadi bagian dari tarian yang diminati oleh masyarakat Indonesia, sebagaimana tarian Kecak Bali, Tarian Jaipongan Jawa Barat, tarian Reyog Ponorogo, Jawa Timur, Tarian Remo Surabaya, tarian Beksan Jawa Tengah dan sebagainya. Pak Menag tentu saja yang diberi kesempatan pertama untuk memberangkatkan gerak jalan, lalu berturut-turut tokoh agama: Hindu, Matakin, PGI, KWI dan seluruh pejabat eselon I kemenag dan juga beberapa eselon II kemenag. Tahun ini jarak tempuh untuk gerak jalan kerukunan sepanjang 12 KM.
Semula saya ingin mengambil jarak yang pendek saja, sebab sudah tidak mungkin mengejar Pak Menag yang berlari dengan beberapa staf protocol. Tetapi ketika saya pikir bahwa tidak baik juga rasanya secara etika jika saya mengambil jalan pintas, maka dengan keteguhan hati akhirnya saya putuskan untuk mengikuti perjalanan sepanjang 12 KM tersebut. Ternyata kuat juga untuk jalan santai meskipun jaraknya cukup jauh.
Di sepanjang jalan kita bisa saling bertegur sapa dengan semua elemen di dalam kegiatan ini. Kita bisa membaur dengan seluruh jajaran kemenag, mulai dari yang berjabatan tinggi sampai yang tenaga kontrak atau out sourcing. Semua berjalan kaki dan semua juga merasakan kegembiraan. Sungguh bahwa jalan kaki tidak hanya akan menyehatkan badan kita tetapi juga batin kita. Semua menyatu dalam kebersamaan.
Sebagaimana sambutan Pak Menteri bahwa “kita semua harus beragama dengan jiwa, rasa dan cinta.”. Selanjutnya beliau menyatakan: “di dalam fisik yang sehat terdapat jiwa yang sehat”, “Men sana in corpore sano”. Makanya dengan gerak jalan ini, badan kita akan menjadi sehat, dan jika badan kita sehat, jiwa kita akan sehat. Di sinilah letak pentingnya fisik sehat supaya jiwa kita selalu sehat.”
Sepanjang perjalanan kita bisa berbicara banyak hal. Kita bisa membicarakan tentang pengembangan peran kemenag di masa depan, bisa bicara tentang kerukunan umat beragama, tentang pendidikan dan sebagainya. Bahkan juga berbicara tentang peran perbankan syariah untuk kepentingan membangun peran kemenag di masyarakat.
Memang di dalam acara ini saya sempat berbicara dengan Pendeta G. Gultom yang kemudian membahas tentang pendidikan Kristen, terutama sekolah Teologia yang jumlahnya semakin banyak. Saya sampaikan bahwa yang penting bukan banyak atau sedikitnya, akan tetapi yang mendasar adalah bagaimana memanej kualitasnya. Jangan sampai kita mendirikan lembaga pendidikan tetapi tidak terurus kualitasnya, sehingga yang menjadi korban adalah mahasiswa atau masyarakat.
Saya juga sempat berbicara banyak dengan Kepala Pusat PKUB yang menyertai saya sepanjang perjalanan ini. Ada banyak hal yang bisa didiskusikan. Mulai dari program tahun 2017 untuk menjawab program unggulan Pak Menteri Agama sampai hal-hal yang teknis pembangunan Kantor FKUB. Kami juga bersama dengan Kawan Bank Mandiri Syariah yang juga membicarakan tentang kerjasama Kemenag dengan Perbankan Syariah. Kami juga berbincang dengan Kakankemenag Provinsi DKI dan banyak lagi lainnya. Saya merasakan “kehangatan” birokrasi kala bisa bersama dalam momentum gerak jalan kerukunan.
Lalu, di operation room, saya juga bisa bertemu dengan pimpinan Walubi, Ibu Siti Hartati Murdaya. Perempuan yang “hebat” karena keberhasilannya dalam dunia bisnis dan juga pimpinan lembaga agama. Beliau juga banyak bercerita tentang kondisi dan situasi Walubi sekarang. Bagaimana suka dukanya memimpin organisasi keagamaan yang ternyata juga banyak juga tarikan-tarikannya.
Dan yang penting kita semua bisa berfoto dengan pimpinan KWI, PGI dan juga dengan pimpinan Walubi, serta yang tidak kalah penting bisa juga berselfi ria dengan Ibu Tresna Willy Lukman Hakim Saifuddin dan ibu-ibu Darma Wanita serta jajaran lainnya. Sungguh momentum Gerak Jalan Kerukunan bisa menjadi momentum penting untuk menjalin kebersamaan.
Wallahu a’lam bi al shawab.
