• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MEMAKNAI PELAYANAN BIROKRASI DENGAN HATI

MEMAKNAI PELAYANAN BIROKRASI DENGAN HATI
Tanggal 3 Januari 2017 seluruh ASN Kementerian Agama se Indonesia menyelenggarakan upacara bendera sebagai penanda peringatan terhadap Hari Kelahiran Kementerian Agama (Kemenag). Hari Amal Bhakti (HAB) Kemenag yang 71 dijadikan sebagai penanda terhadap kebangkitan Kemenag dalam memberikan pelayanan secara lebih optimal bagi masyarakat.
Upacara bendera dalam rangka HAB, saya kira bukan hanya sekedar upacara liminal. Upacara yang dilakukan tahunan dalam rangka untuk memperingati terhadap hari kelahiran Kemenag. Bagi ASN Kemenag, seharusnya HAB harus dimaknai lebih dari sekedar upacara liminal. Akan tetapi menjadi moment untuk melakukan permenungan tentang apa yang sudah kita sumbangkan bagi kemajuan Kemenag dan umat secara umum.
Ada beberapa renungan yang harus dilakukan, sebagai bagian tidak terpisahkan dari keinginan kita untuk memajukan peranan Kemenag bagi pemberdayaan dan penguatan kehidupan keagamaan di Indonesia. Pertama, harus disadari bahwa tugas utama Kemenag ialah untuk meningkatkan paham dan pengamalan beragama bagi masyarakat Indonesia. Hal ini merupakan misi utama Kemenag. Siapapun ASN Kemenag dan di dalam tugas apapun, maka yang harus hadir di dalam dirinya adalah menjadi bagian dari upaya untuk peningkatan paham dan pengamalan beragama.
Melalui tema “semakin dekat melayani umat” maka dikandung maksud bahwa seluruh ASN Kemenag harus menjadi agen bagi pembinaan umat. Jangan sampai ASN Kemenag justru bertentangan dengan misi untuk membina umat ini. Seluruh ASN Kemenag tentu sudah memahami bahwa beragama yang dikembangkan oleh masyarakat Indonesia adalah beragama yang saling menghargai, bertoleransi, dan menjaga keamanan dan kenyamanan di dalam kehidupan bermasyarakat.
Pertanyaannya adalah apakah kita sudah memberikan pelayanan yang optimal kepada para pelanggan kita, baik pelanggan internal maupun eksternal. Jangan dilupakan bahwa ASN kita juga manusia yang memerlukan pelayanan yang membahagiakan. Para pelanggan harus merasa nyaman di rumahnya sendiri, rumah Kemenag. Jika seseorang merasa nyaman di tempatnya, maka dia pasti akan betah untuk memberikan seluruh potensinya di dalam pengabdiannya.
Di sisi lain, pelayanan terhadap pelanggan eksternal juga harus semakin baik. Saya kira jika para ASN merasa nyaman dengan pekerjaannya, maka dipastikan bahwa mereka juga akan melayani dengan baik. Jadi, ada proses timbal balik di dalam konteks ini, yaitu kenyamanan layanan bekerja di dalam akan berdampak pada kebaikan layanan eksternal. Jika para ASN bisa bekerja optimal karena merasa nyaman di dalam bekerja, maka dipastikan bahwa mereka juga akan nyaman memberikan pelayanan kepada umat. Itulah kiranya makna “semakin dekat melayani umat”.
Di dunia manajemen maka ada sebuah konsep yang saya kira menarik, yaitu “melayani dengan hati”. Bahkan sudah terdapat training yang diselenggarakan dengan tema melayani dengan hati ini. Saya termasuk salah satu yang pernah mengikuti training melayani dengan hati yang diselenggarakan oleh Universitas Airlangga. Melayani dengan hati itu diindikatori dengan kemampuan seseorang untuk memberikan pelayanan dengan menimbulkan efek rasa senang, nyaman, dan menghargai. Dalam konteks konsepsi Orang Jawa terdapat ungkapan: “iso gumuyu bebarengan” atau bisa tertawa bersama-sama. Hidup ini sudah sulit, maka jangan dibebani dengan kesulitan demi kesulitan. Maknai hidup dengan tersenyum, maknai bekerja dengan senyuman.
Memang harus disadari bahwa tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras. Tetapi juga harus diingat bahwa kerja keras itu tidak berarti tanpa senyuman atau harus terus menerus mengernyitkan dahi. Bukankah kita sudah terapkan tiga S, yaitu: “Salam, Senyum, dan Sapa”. Tentu bukan salam, senyum dan sapa untuk tebar pesona, akan tetapi salam, senyum dan sapa yang tumbuh dari hati. Bukan sesuatu yang dibuat-buat atau sesuatu yang artikulatif semata, akan tetapi sebuah kesungguhan untuk membuat orang lain senang dan berkesan.
Wajah yang bersahabat, senyuman yang membuat orang senang sesungguhnya merupakan ajaran Islam di dalam pergaulan. Jika berkata harus dengan sopan dan lemah lembut, qaulan sadidan. Secara khusus juga bisa dimaknai bagaimana Islam mengajarkan komunikasi dan kolaborasi dengan orang lain untuk membangun kesuksesan di dalam berusaha atau berkarya melalui medium ketulusan hati.
Jika saya meminjam ungkapan Dale Goleman, maka kesuksesan tidak hanya bisa diraih dengan kecerdasan intelektual, akan tetapi justru yang lebih besar pengaruhnya dengan kecerdasan emosional. Di dalam kecerdasan emosional itu, maka membuat rasa senang, nyaman dan tenteram adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan kesuksesan. Jangan sampai kita kehilangan kecerdasan emosional di dalam melakukan kerja keras, koordinasi dan kolaborasi.
Dengan demikian, makna pesan HAB ke 71, yaitu “semakin dekat melayani umat” berarti “gunakan mata hati di dalam pelayanan kepada umat” agar umat merasakan kebaikan dan keberhasilan yang bisa dirasakan bersama-sama.
Wallahu a’lam bia al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..