TINGKATKAN KERJA SAMA INTERNAL UNTUK CAPAI KINERJA OPTIMAL
TINGKATKAN KERJA SAMA INTERNAL UNTUK CAPAI KINERJA OPTIMAL
Di dalam acara tasyakuran yang dilakukan di Ditjen Bimas Buddha, 04 Januari 2016, saya menyempatkan hadir di tengah kesibukan untuk melakukan rapat Panitia Seleksi Badan Pelaksana dan Dewan Pengawas pada Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Acara ini diikuti oleh semua pejabat eselon II, III dan IV serta para pejabat fungsional dan administrative pada Ditjen Bimas Buddha Kementerian Agama.
Di dalam kesempatan ini, saya sampaikan tiga hal penting, yaitu: Pertama, ungkapan rasa syukur bahwa tahun 2016 telah terlampaui dan kita sekarang sudah memasuki tahun 2017. Tahun 2016 menandai era baru pada Ditjen Bimas Buddha terutama dalam hal serapan anggaran. Kita bersyukur bahwa pada tahun 2016, Ditjen Bimas Buddha tidak lagi menjadi penghuni paling buncit untuk serapan anggaran, akan tetapi masuk ke dalam rangking ke enam. Dengan serapan sebesar 86,41 persen, maka Ditjen Bimas Buddha berada di atas Ditjen Bimas Islam, Setjen dan juga Balitbangdiklat.
Capaian serapan ini sungguh menggembirakan sebab pada tahun lalu, serapan anggaran Ditjen Bimas Buddha yang terendah di antara unit eselon I di Kemenag. Capaian ini menurut saya merupakan prestasi yang sungguh harus disyukuri dan dengan harapan tahun 2017 akan menandai semakin baiknya serapan anggaran pada Ditjen Bimas Buddha. Saya selalu berkeyakinan bahwa melalui kerjasama yang samakin baik di antara sesama kita, maka akan bisa dipastikan bahwa kita akan melakukan pekerjaan secara lebih baik. Dengan demikian, yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana agar audit kinerja pada Ditjen Bimas Buddha makin baik dan demikian pula hasil pemeriksaan Irjen maupun BPK juga akan menghasilkan kinerja optimal dan juga transparansi dan akuntabilitas yang memadai.
Kedua, saya tekankan sebagaimana yang disampaikan oleh Pak Menteri Agama, Bapak Lukman Hakim Saifuddin, bahwa tahun 2017 harus menandai perencanaan kita yang makin bagus. Jangan sampai serapan anggaran kita rendah untuk belanja pegawai dan menghasilkan sisa yang relative besar, kemudian juga belanja barang dan jasa, belanja modal dan bantuan sosial atau bantuan pemerintah yang belum optimal di dalam serapan anggarannya. Untuk itu harus dilakukan evaluasi, bagaimana belanja makan harus kelebihan sampai 530 Milyar rupiah. Harus dievaluasi bagaimana perencanaannya. Apakah data kita lemah dan kurang valid, apakah karyawan kita sedikit yang memperoleh tunjangan makan, apakah kebanyakan pejabat dan staf melakukan dinas luar. Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab. Demikian pula tentang bantuan sosial, belanja barang dan modal. Lakukan evaluasi secara menyeluruh di bulan Januari 2017 dan temukan mana yang kurang relevan agar segera dilakukan revisi dan seterusnya.
Mengenai belanja barang dan jasa dan belanja modal harus segera dilakukan pelelangan di awal tahun. Jangan menunggu sampai tengah tahun baru lelang. Jika lelangnya bisa dilakukan lebih awal sebagaimana Instruksi Presiden No 1 Tahun 2015, maka saya yakin bahwa serapan untuk keduanya akan menjadi lebih optimal. Demikian pula untuk belanja sosial atau bantuan pemerintah. Lakukan pemetaan apa masalahnya dan bagaimana jalan keluarnya agar bantuan sosial ini dapat dilaksanakan sesuai dengan sasaran dan jumlahnya.
Ketiga, keberhasilan adalah succeeding together. Tidak ada keberhasilan yang hanya dilakukan oleh seseorang. Semua memiliki andil untuk menjadikan kita berhasil. Kita bukan aku atau kamu. Untuk meraih keberhasilan itu tentu yang harus ditingkatkan adalah kinerjanya. Makanya perjanjian kinerja kita harus benar. Tetapkan secara memadai tentang sasaran kinerja, indikator kinerja, target kinerja dan capaian kinerja. Baru saja disosialisasikan KMA No 702 Tahun 2016 tentang Pedoman Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas Laporan Kinerja Pada Kementerian Agama. Melalui KMA ini tentu kita harus semakin baik di dalam merumuskan perkin, sehingga sasaran kinerja kita juga akan makin jelas.
Saya memandang penting pertemuan berkala atau sistemik dan rutin yang harus dilakukan oleh Ditjen Bimas Buddha untuk memantapkan manajemen kinerja itu berjalan sesuai dengan arahnya atau on the track. Jika kita bisa menyelenggarakan pertemuan rutin untuk mendengarkan dan memberikan atau mencari jalan keluar terhadap hambatan dan tantangan implementasi kegiatan, maka saya berkeyakinan bahwa akan banyak hal yang bisa diselesaikan.
Semua harus memberikan kontribusi untuk kebaikan Kementerian Agama. Kementerian Agama ini bukan milik sekjen, milik dirjen atau milik pejabat lainnya akan tetapi milik kita semua. Jika kita semuanya memberikan kontribusi positif bagi kementerian ini, maka keberhasilan pastilah akan bisa dicapai.
Tidak ada keberhasilan yang dapat diperoleh dengan berpangku tangan atau bekerja yang bercorak easy going. Tetapi hanya kerja keras dan optimal saja yang bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik di dalam pelayanan kepada masyarakat. Tema Hari Amal Bhakti Kementerian Agama ke 71 yang berbunyi “Lebih Dekat Melayani Umat” akan menjadi kenyataan jika semua dari kita bekerja lebih baik sekarang dan yang akan datang.
Wallahu a’lam bi al shawab.
