PERAN STRATEGIS PESANTREN DALAM MEMBINA UMAT (2)
PERAN STRATEGIS PESANTREN DALAM MEMBINA UMAT (2)
Saya merasakan kekaguman setiap kali datang ke pesantren. Hal itu tidak lain karena begitu besarnya peran pesantren di dalam mendidik umat untuk lebih baik di dalam perilaku kesehariannya maupun perilaku keagamaannya. Hal itu yang saya lihat dari dunia pesantren yang unik.
Terus terang, saya sesungguhnya selalu ingin datang kala diundang pesantren. Hanya saja terkadang faktor waktu yang menyebabkan tidak semua keinginan tersebut dapat terlaksana. Itulah sebabnya saya tentu bersyukur sebab bisa hadir pada saat diundang oleh KH. Zaini Ahmad, pimpinan YPP Al Ikhlas, Pasuruan.
Di dalam acara ini, saya sampaikan tiga hal, yaitu: Pertama, terkait dengan peran pesantren dalam pembinaan kehidupan beragama. Peran pesantren di dalam melakukan pembinaan umat tentu tidak diragukan. Secara historis dapat dibuktikan bagaimana pesantren memiliki kontribusi yang sangat besar di dalam mengemban tugas untuk melakukan pembinaan umat, terutama di dalam kehidupan keagamaan.
Ada banyak pesantren di Indonesia yang usianya sudah mencapai ratusan tahun dan hingga sekarang masih eksis di dalam pembinaan umat tersebut. Para ulama memiliki peran kontributif yang sangat besar dalam proses Islamisasi di Indonesia, baik di masa lalu maupun sekarang. Kehadiran pesantren telah memiliki makna yang sangat strategis di dalam proses Islamisasi di Indonesia dengan mengedepankan Islam yang damai.
Bagi masyarakat Indonesia, pesantren merupakan lembaga keagamaan yang mempunyai peran sangat menentukan bagi pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan bermartabat. Melalui pesantrenlah masyarakat Indonesia mengenal peradaban unggul yang hasilnya masih bisa dinikmati oleh generasi sekarang. Pesantren dengan pendidikan akhlaknya dapat menjadi contoh bagaimana seharusnya bangsa Indonesia itu berperikehidupan.
Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam tentu dapat dikaitkan dengan peran pesantren di dalam Islamisasi di Indonesia. Peran pesantren yang utama adalah untuk mendidik santri agar menjadi pemeluk Islam yang taat dan kemudian mampu menyebarkan ajaran Islam kepada khalayak yang lebih luas. Para santri yang dididik di pesatren itulah yang kemudian secara berantai menyebarkan ajaran Islam, hingga akhirnya bisa dipeluk oleh masyarakat Indonesia.
Sekedar contoh, berapa banyak anak-anak Indonesia yang berhasil dibina oleh Pesantren Tebuireng, Pesantren Gontor, Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Pesantren Mranggen, Pesantren Cipasung dan sebagainya di dalam mendidik anak bangsa. Para santri diajari tentang bagaimana mengamalkan ajaran agama yang benar dan kemudian meneruskannya kepada masyarakat agar melakukan ajaran agama Islam yang sesuai dengan Islam rahmatan lil alamin.
Kedua, pesantren mengajarkan kehidupan berbangsa. Pesantren sesungguhnya tidak hanya mengajarkan agama saja, akan tetapi hakikatnya juga mengajarkan tentang kehidupan. Diajari para santri untuk cinta tanah air. Diajari para santri untuk mencintai bangsa dan negaranya. “Hubbul wathon minal iman”. Para kyai dan ulama pesantren adalah sesesorang yang di dalam jiwanya tertancap sangat kuat untuk mencintai bangsanya. Kita semua tentu masih ingat bagaimana Kyai Hasyim Asy’ari menggelorakan semangat untuk jihad fi sabilillah melawan Belanda, yang disebut sebagai “Resolusi Jihad”. Melalui seruan jihad melawan Belanda ini, maka masyarakat Islam berjuang mempertahankan kemerdekaan bangsa dari penjajah Belanda. Tidak bisa dibayangkan bagaimana bambu runcing dan senjata seadanya dapat dijadikan sebagai sarana untuk melawan tentara sekutu di Surabaya. Melalui pekikan “Allahu Akbar” mereka menyerang tentara Sekutu dan menewaskan Jendral Mallaby, yang kemudian dijadikan sebagai monument kebangsaan “Hari Pahlawan”.
Peristiwa Resolusi Jihad tersebut kemudian diabadikan sebagai “Hari Santri” untuk mengenang bagaimana peran santri, kyai dan pesantren di dalam kontribusinya terhadap nusa dan bangsa. Oleh karena itu, saya berkeyakinan bahwa pesantren memiliki peran yang sangat strategis di dalam membangun bangsa dan Negara terutama dalam kaitannya dengan pengembangan SDM di daerah-daerah pedesaan yang memang membutuhkan sentuhan pemberdayaan dari pesantren.
Ketiga, salah satu yang juga strategis di dalam ranah kebangsaan ialah peran pesantren dalam pengembangan pendidikan. Sebagaimana diceritakan oleh Kyai Zaini Ahmad, bahwa lima tahun yang lalu di pesantren Al Ikhlas hanya ada sebanyak 40 santri, tetapi dalam waktu lima tahun, sekarang sudah terdapat santri sebanyak 556 orang. Mereka ini belajar di Madrasah Diniyah, Raudlatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.
Saya tentu sangat berterima kasih atas kontribusi pesantren di dalam mendidik bangsa ini. Pemerintah sangat terbatas kemampuannya untuk menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat, maka pesantren bisa menjadi kepanjangan tangan pemerintah di dalam dunia pendidikan. Pemerintah mendorong agar kualitas pendidikan semakin baik. Makanya kemudian dibuat slogan “Madrasah lebih baik, lebih baik Madrasah”. Sekarang kita sudah memetik hasilnya, bahwa pendidikan madrasah sudah memasuki era baru, yaitu pendidikan yang memiliki akses bagi masyarakat kelas menengah ke bawah dengan mutu yang baik.
Di tengah perubahan yang terus terjadi, maka saya sampai pada pemahaman bahwa pesantren merupakan institusi sosial keagamaan yang mengedepankan program pendidikan berbasis agama, yang memiliki kontribusi bagi pembangunan bangsa dan juga pelestarian bangsa Indonesia dalam menegakkan pilar consensus kebangsaan dalam kerangka mewujudkan keinginan untuk mengembangkan Islam yang rahmatan lil alamin.
Wallahu a’lam bi al shawab.
