PERAN STRATEGIS PESANTREN DALAM MEMBINA UMAT ISLAM (1)
PERAN STRATEGIS PESANTREN DALAM MEMBINA UMAT ISLAM (1)
Saya selalu merasa senang kala diundang oleh pesantren. Di tengah-tengah kesibukan yang menumpuk, rasanya saya ingin selalu datang jika diminta untuk memberikan ceramah di pesantren. Tentu saya tidak berceramah seperti kebanyakan kyai-kyai NU yang memang memiliki talenta khusus untuk ceramah agama.
Hari Ahad, 18 Desember 2016, saya diundang oleh Kyai Zaini Ahmad, pengasuh Pondok Pesantren Al Ikhlas, Desa Kendangdukuh, Kecamatan Wonorejo, Pasuruan. Kyai Zaini Ahmad adalah Ketua Ikatan Pesantren Indonesia (IPI), yang sering bertemu saya dalam kapasitas organisasi ini. Bertepatan acaranya adalah Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw., dan peringatan berdirinya YPP Al Ikhlas yang ke enam.
Hadir di dalam acara ini adalah Dr. Suhajar Diantara, Staf Ahli Menteri Dalam Negeri, yang mewakili Pak Tjahjo Kumolo, Menteri Dalam Negeri, Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono, yang mewakili Komisaris Jenderal Polisi Boy Rafli Amar, para kyai dan ulama, khususnya Kyai Muslim Ihrom, Syuriah PWNU Jawa Timur, Kankemenag Kabupaten Pasuruan, dan sejumlah wali santri dan undangan lainnya.
Sebagaimana biasa di dunia pesantren, maka yang pidato banyak. Selain tuan rumah, Kyai Zaini Ahmad, juga Pak Suhajar, Pak Kombes Awi, saya dan terakhir adalah ceramah agama oleh Kyai Muslim Ihrom. Lama sekali rasanya saya tidak mendengarkan ceramah kyai-kyai NU, maka ketika saya mendengarkan ceramah Kyai Muslim Ihrom, saya bergumam bahwa “NU itu tidak pernah kehabisan talenta-talenta penceramah agama yang hebat yang bisa membuat senang jamaahnya.”
Ceramah campuran Bahasa Indonesia, Jawa dan Madura yang mendalam meskipun dalam waktu yang singkat. Juga menjadi tradisi di kalangan NU bahwa ceramah selalu diakhiri dengan lagu-lagu shalawatan yang dipadukan dengan ungkapan-ungkapan dakwah yang merakyat dan sesuai dengan tingkatan kemampuan jamaahnya. Dakwah “bi qadri ‘uqulihim.”
Beliau berceramah tentang keunggulan akhlak Rasulullah Muhammad saw. Beliau ceritakan tentang sifat Nabi Muhammad saw yang selalu tersenyum dan memberikan maaf secepatnya, selama itu untuk urusan pribadi. Diceritakan bahwa kebiasaan Nabi Muhammad saw ialah duduk sambil bersandar dinding Ka’bah setelah selesai menjalankan ibadah. Beliau duduk sambil wiridan. Makanya kebiasaan Nabi Muhammad saw ini menarik pikiran jahat Abu Jahal, Abu Lahab dan Abu-Abu yang lain-lain untuk mencelakakan Nabi Muhammad saw. Maka dipilihlah seorang pemuda Arab yang memiliki kekuatan mengangkat batu yang sangat besar. Jika batu yang diangkat itu mengenai tubuh seseorang pastilah hancur berantakan. Mati.
Pemuda itu diminta untuk menjatuhkan batu tepat di mana Nabi Muhammad saw duduk seperti kebiasaannya. Naiklah pemuda itu ke atas Ka’bah dengan tujuan menjatuhkan batu tepat di atas kepala Rasulullah. Maka dijatuhkanlah batu itu tepat di atas Rasulullah duduk. Akan tetapi batu itu tidak mau bergerak jatuh di atas kepala Beliau. Batu itu sepertinya tidak mau jatuh di atas kepala Nabi Muhammad saw, manusia agung itu.
Sebagai kekasih Allah, Nabi Muhammad saw selalu dalam lindungan Allah. Ketika Nabi Muhammad saw beranjak untuk meninggalkan tempat itu dalam jarak empat langkah, maka jatuhlah batu itu. Brug. Rasulullah lalu menoleh ke batu itu dan juga menoleh ke atas Ka’bah. Dilihatnya pemuda Arab itu, Nabi Muhammad tersenyum dan melambaikan tangannya. Pemuda itu terkesima dan kemudian turun dan mengejar Nabi Muhammad saw. Dia berlutut di hadapan Nabi Muhammad saw dan bersyahadat.
Tipu daya Abu Jahal tidak berhenti dengan kegagalan ini. Maka dipasanglah jerat untuk mencelakakan Nabi Muhammad saw. Abu Jahal pura-pura sakit dan meminta agar Nabi Muhammad saw mengunjunginya. Sebenarnya di depan rumahnya sudah dipasang perangkap dengan menggali lobang sumur dan menutupnya dengan bahan-bahan yang seakan tidak ada ada lobang di situ. Kala Nabi Muhammad saw mendekati lobang itu dalam jarak dua langkah, maka Malaikat Jibril memberitahunya. Nabi Muhammad saw lalu balik. Ketika diketahui Nabi Muhammad saw balik, maka ganti Abu Jahal yang berteriak agar Nabi Muhammad saw kembali. Tanpa disadarinya dia lewat lobang yang digalinya sendiri. Maka dia terjebur di situ. Blung. Dia berteriak agar ditolong dengan tali agar bisa naik ke atas. Diturunkan tali itu akan tetapi makin dalam dan tidak terjangkau. Abu Jahal lalu berteriak agar Nabi Muhammad saw yang menolongnya. Datanglah Nabi Muhammad saw dan Abu Jahal menyatakan minta tolong dan apa yang diminta oleh Nabi Muhammad saw akan dipenuhinya. Nabi Muhammad saw hanya meminta agar Abu Jahal bersyahadat. Abu Jahal menyatakan siap akan melakukannya. Bukan kepalang gembiranya Nabi Muhammad saw atas kesediaan Abu Jahal untuk membaca syahadat. “Alhamdulillah berhasillah dakwah saya.” Begitu kira-kira Nabi Muhammad saw bergumam di dalam hati. Setelah itu Nabi Muhammad saw menjulurkan tangannya dan Abu Jahal dapat ditariknya. Ketika sampai di atas, Abu Jahal bukannya berterima kasih dan mengucapkan syahadat, akan tetapi justru menyatakan Nabi Muhammad saw menggunakan sihir. Nabi Muhammad saw tidak marah dan justru tersenyum dan kembali ke tempatnya.
Sebagai akibat dari tindakan Abu Jahal itu, maka ada keluarganya yang kemudian justru menyatakan keislamannya. Akhlak Nabi Muhammad saw ini yang dapat menarik simpati dan kesiapan masyarakat Arab untuk memasuki Islam. Jadi bukan dengan marah-marah dan teriak-teriak, akan tetapi dengan kelemahlembutan dan akhlak yang terpuji. Nabi Muhammad saw mengajarkan agar berakhlak yang baik untuk masyarakatnya dan juga bangsanya.
Sebagaimana ulama-ulama NU, Kyai Muslim Ihrom juga menyatakan bahwa warga NU agar tetap menjaga NKRI. Menjaga Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. “NKRI Harga Mati,” demikian beliau menyatakannya. Begitulah cara-cara Kyai NU memberikan kesadaran kepada jamaahnya agar tetap berada di dalam koridor Islam ahlu sunnah wal jamaah dan itu artinya mereka harus membela negara ini dengan kesungguhan.
Wallahu a’lam bi al shawab.
