• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

SOM-MABIMS DI KUALA LUMPUR: MENGHADIRI INFORMAL MEETING (1)

SOM-MABIMS DI KUALA LUMPUR: MENGHADIRI INFORMAL MEETING (1)
Saya berangkat ke Kualalumpur dengan pesawat udara Garuda Indonesia Airways (GIA) pada jam 14.30 WIB dan datang di Bandar Udara Kualalumpur, jam 18.30 Waktu Malaysia. Perlu diketahui bahwa waktu di Malaysia lebih cepat satu jam dibandingkan di Jakarta. Acara SOM-MABIMS ini diselenggarakan di Hotel Bintang V, The Royale Chulan di pusat Kota Kualalumpur.
Saya berangkat ditemani oleh Prof. Dr. Muhammadiyah Amin (Sesdirjen Bimas Islam, Dr. Muharram Marzuki (Kapus Kerukunan Umat Beragama), Dr. Mohsen (Direktur PD Pontren), dan Mohammad Thamrin (Direktur Urusan Agama Islam dan Syariah), Agus Sholeh, Med., (Kabag. Kerjasama Luar Negeri), Tovan Akbar dan beberapa lainnya.
Rupanya acara jamuan makan malam untuk peserta SOM-MABIMS sudah dimulai. Saya datang tepat saat dikumandangkan doa oleh salah seorang delegasi dari Malaysia. Saya dipersilahkan duduk satu meja dengan Tan Sri Dato’ Haji Othman Bin Mustafa (Ketua Pengarah Jabatan Kemajuan Islam Malaysia dan pimpinan delegasi Malaysia), Yang Mulia Dato Seri Setia Ustaz Haji Abdul Azis bin Orang Kaya Maharaja Lela Yussoof (Setiausaha Tetap Hal Ehwal Ugama Kerajaan Brunei Darus Salam dan pimpinan delegasi), Yang terhormat Tuan Haji Abdul Razak Hassan Maricar (Ketua Eksekutif Majlis Ugama Islam Republik Singapura dan pimpinan delegasi) dan beberapa anggota delegasi lainnya. Juga telah hadir Prof. Dr. Abdurahman Mas’ud (Kabalitbang dan Diklat Kemenag RI) dan seluruh anggota delegasi SOM-MABIMS.
Jamuan makan malam pun dimulai. Tentu saja kami berbincang banyak hal dengan delegasi Malaysia, Brunei dan Singapura. Di dalam acara makan malam ini saya membincangkan hal-hal ringan, mulai dari basa basi kedatangan saya dan rombongan ke Kualalumpur sampai hal-hal yang strategic. Kami berbincang tentang music, olahraga dan juga kehidupan keagamaan. Kami perbincangkan mulai dari penyanyi terkenal Malaysia di Indonesia seperti Sheila Majid sampai Siti Nur Haliza. Kita bicarakan lagu Siti yang terkenal “Anyer dan Jakarta.” Demikian pula kita bicarakan lagunya Rhoma Irama yang sangat terkenal. Mereka, tuan-tuan dari Malaysia, ternyata juga mengingat lagu-lagu Rhoma Irama yang terkenal, bahkan juga mengikuti perkembangan Rhoma Irama sebagai politisi. Nama-nama biduan seperti Hetty Koes Endang, Elvi Sukaesih, Rita Sugiarto juga sangat dikenal.
Di kala pembicaraan beralih ke sepak bola dan bulutangkis juga nyambung. Meskipun kami jarang bertemu tetapi rasanya memang seperti sahabat lama yang bisa berbincang banyak hal. Misalnya nama-nama pemain bulutangkis Indonesia seperti Rudi Hartono, Liem Swee King, Lius Pongoh, Ardi B Wiranata, Christian Hadinata, Tjun Tjun dan banyak lagi. Saya juga menyampaikan nama-nama pemain bulutangkis Malaysia yang terkenal seperti Pun Gunalan, Misbun Sidek bersaudara, Lee Chong Wee dan sebagainya. Mereka sangat menghargai terhadap Misbun Sidek yang bisa mengantarkan Lee Chong Wee menjadi pemain besar. Bahkan di usinya yang 30 tahun lebih, Chong Wee masih berjaya. Layaknya komentator, kita juga berbicara tentang perkembangan permainan bulutangkis.
Demikian pula kala perbincangan beralih ke sepak bola, maka juga mengalir dengan asyiknya. Mereka juga mengikuti Piala AFF Suzuki 2016 yang sedang berlangsung. Mereka menyesali Malaysia yang tidak bisa ke semi final. Nama-nama pemain Malaysia seperti Dullah Saleh dan kawan-kawan juga diingatnya. Saya juga sampaikan bahwa Dullah Saleh pernah bermain untuk Club Sepak bola Indonesia. Kala saya sampaikan nama-nama pemain Indonesia yang bagus di masa lalu, seperti Andi Lala, Junaedi, Anjasmara, sampai Hanafing, Rusdi Bahalwan, Iswadi dan sebagainya mereka juga paham,
Sampai akhirnya kita bicarakan yang agak serius tentang kehidupan keagamaan. Saya sengaja sampaikan tentang masalah di Indonesia akhir-akhir ini, misalnya tentang radikalisme yang semakin kuat. Mereka lalu menanyakan tentang Aksi Damai, yang dilakukan tanggal 4/11/2016 dan 2/12/2016, saya sampaikan bahwa kegiatan aksi ini memang semula bertajuk penolakan umat Islam terhadap Ahok sebagai calon Gubernur DKI yang dinilai telah menistakan agama. Meskipun kemudian banyak yang terlibat di dalamnya dengan kepentingan yang bervariasi, akan tetapi intinya sesungguhnya adalah mengenai keinginan untuk menolak Ahok sebagai calon Gubernur DKI.
Mereka, Tuan-Tuan dari Malaysia, juga menyatakan bahwa Malaysia juga sedang menghadapai issu yang sama tentang radikalisme. Dikatakannya bahwa Malaysia juga sedang menghadapi banyak unjuk rasa yang dilakukan oleh berbagai pihak yang merasakan ketidakpuasannya. Di Malaysia antara Partai Pemerintah dan PAS makin dekat hubungannya, tetapi juga muncul faksi lainnya yang kritis sekali terhadap pemerintah. Saya pun menimpali bahwa di Indonesia hubungan NU dan Muhammadiyah juga makin dekat. Saya nyatakan bahwa NU terkenal dengan jargonnya “Islam Nusantara”, sementera itu, Muhammadiyah dengan “Islam Kemajuan”, maka kemudian banyak orang yang menggabungkan dengan sebutan “Islam Nusantara Berkemajuan”. Akan tetapi di sisi lain juga muncul gerakan-gerakan Salafi yang sangat kritis terhadap pemerintah dan juga kelompok establishment NU dan Muhammadiyah.
Kami juga bicarakan mengenai Syi’ah dan Ahmadiyah. Saya nyatakan problem yang sampai hari ini adalah mengenai hubungan antara Syiah dan umat Islam lainnya, seperti di Jawa Timur dan Mataram. Kaum Syiah ini tersusir dari daerahnya dan sampai sekarang belum bisa kembali ke tempatnya semula. Pihak Malaysia menyatakan bahwa orang Syiah itu sudah sangat lama berada di Malaysia, terutama di Wilayah Sabah. Jadi dipilihlah satu kesepahaman bahwa dipersilahkan mereka menjadi Syiah untuk diri sendiri tetapi tidak boleh disebarkannya kepada masyarakat Islam lainnya. Akan tetapi untuk Ahmadiyah sikap pemerintah tegas, yaitu melarang terhadap aliran ini dan dianggap sesat.
Perbincangan panjang ini akhirnya usai juga. Saya kembali ke kamar hotel dan lumayan juga karena masih bisa menonton pertandingan Sepak Bola dalam Piala AFF 2016 antara Indonesia melawan Vietnam. Dan kami tentu ikut senang sebab Pasukan Garuda ternyata memenangkan pertandingan dengan angka 2 : 1. Kegembiraan saya rasanya sama dengan kegembiraan Pak Jokowi, Presiden Republik Indonesia, yang juga melihat secara langsung terhadap pertandingan ini.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..