• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KE TURKI: MENGEVALUASI MOU PTKIN DENGAN MARMARA UNIVERSITY (3)

KE TURKI: MENGEVALUASI MOU PTKIN DENGAN MARMARA UNIVERSITY (3)
Jika kita merasa pening kepala karena macet di jalanan Jakarta, maka saya kira juga ada tempat lain yang juga sama macetnya dengan Jakarta, yaitu di Istambul. Kota bersejarah ini juga memiliki tingkat kemacetan yang cukup parah. Sebagai kota lama, maka jalan-jalan di Istambul tergolong tidak lebar. Apalagi jalannya kebanyakan berisi dua arah.
Perjalanan ke Marmara University ternyata memerlukan waktu panjang. Dari Masjid Biru ke Marmara University akan memakan waktu panjang jika memutar dari wilayah Instambul di Eropa dan Wilayah Istambul di Asia. Makanya, harus memotong jalur dengan naik kapal feri melampaui Selat Bosphorus. Dengan naik kapal feri, maka separuh perjalanan bisa dipotong. Memang ada Jembatan Bosphorus, akan tetapi ternyata masih jauh juga tempatnya. Jadilah melewati Selat Bosphorus dengan kapal feri yang sangat baik. Pengalaman juga di Turki naik kapal feri. Jadi teringat menyeberang ke Madura atau ke Bali dengan kapal feri. Tradisi menyebrang dengan kapal feri ini memang tetap dilestarikan oleh Pemerintah Turki, terbukti dari banyaknya kapal feri yang antri dan juga mobil dan penumpang yang antri di sini. Meskipun ada jembatan, akan tetapi sengaja tradisi menyeberang dengan kapal feri tetap dipertahankan.
Setelah melewati jalan-jalan sempit dan naik turun di Istambul Asia, maka sampailah ke Marmara University, Fakultas Ilahiyyat atau Faculty of Theology. Kami diantarkan oleh Mas Syahroni, mahasiswa Program Doktor pada Fakultas Sosiologi Jurusan Hubungan Internasional. Mas Syahroni ini memperoleh gelar Strata satu dari UIN Kalijaga Jogyakarta, lalu Strata dua dari UGM dan program Doktor di Marmara University. Dia memperoleh rekomendasi dari Prof. Dr. Amin Abdullah untuk belajar di Marmara University. Dia belajar atas beasiswa Pemerintah Turki. Selama setahun persiapan Bahasa Turki dan baru masuk program Doktor di tahun kedua.
Mula-mula kami bertemu dengan Wakil Dekan Fakultas Ilahiyyat, Dr. Muhammad Abay, seorang doctor di bidang tafsir al Qur’an dan telah menghasilkan tulisan Khat Al Qur’an yang kemudian diterbitkan oleh Marmara University Publishing. Beliau ditemani oleh Kepala Pusat Riset di Fakultas Ilahiyyat, Dr. Mehmet Toprak.
Kepada Dr. Muhammad Abay, saya perkenalkan peserta kunjungan ke Marmara Universtity ini. Saya perkenalkan Prof. Gun, dengan jabatan akademis dan jabatan strukturalnya, saya perkenalkan Ferimeldy, PhD, dengan jabatannya dan juga saya dengan jabatan akademis dan structural saya, demikian pula Pak Farid Wajdi dengan jabatannya. Kemudian Prof. Gunaryo menyampaikan beberapa hal terkait dengan evaluasi mengenai penandatangan MoU antara PTKIN dengan Fakultas Ilahiyyat pada Marmara University.
Akhirnya, saya dan rombongan diajak untuk masuk ke ruang Dekan Fakultas Ilahiyyat, Prof. Dr. Ali Kofour. Sama dengan kala bertemu dengan Wakil Dekan Bidang akademis pada Fakultas Ilahiyyat, maka saya juga mengenalkan rombongan dari Kementerian Agama kepada Prof. Dr. Ali Kofour dan juga saya sampaikan bahwa di Indonesia ada pendidikan di bawah Kementerian Agama, di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi. Saya sampaikan bahwa di Kementerian Agama terdapat sebanyak 57 PTKIN, dengan status Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri, Institut Agama Islam Negeri dan Universitas Islam Negeri. Di PTKIN tidak hanya dikaji Islamic studies akan tetapi juga ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta sain dan teknologi.
Setelah itu, Pak Dekan lalu membeberkan tentang Fakultas Ilahiyyat dengan berbagai program studinya. Beberapa mata kuliah dasar, seperti ilmu Al Qur’an, Ilmu tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu Fiqih, Ilmu Sejarah Islam, dan sebagainya diajarkan di sini. Selain itu juga ada program studi internasional, dengan menggunakan bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Dijelaskan juga bahwa Fakultas Ilahiyyat memang menempati satu tempat tersendiri di sini, sebab fakultas-fakultas lain bertebaran di tempat lain.
Saya juga menyampaikan bahwa di beberapa Universitas Islam Negeri, seperti UIN Jakarta juga sudah diselenggarakan program kelas internasional di dalam bidang Islamic economy. Selain itu juga Kemenag memiliki program 5.000 doktor untuk belajar di dalam dan luar negeri dan selain itu juga ada program beasiswa kepada mahasiswa asing yang belajar di Indonesia. Mereka datang dari Thailand, Eropa Timur dan Afrika. Tidak kalah pentingnya, ke depan juga diperlukan program student exchange atau lecturer exchange di dalam kerangka untuk memperkuat kualitas pendidikan.
Prof. Gunaryo kemudian menyampaikan beberapa tujuan untuk datang di Fakultas Ilahiyyat. Ada dua hal yang disampaikan oleh Prof. Gunaryo, yaitu: pertama terkait dengan evaluasi penandatangan Mou antara PTKIN dengan Marmara University, seperti apa dan bagaimana program-program kerjasama tersebut dilakukan. Kedua, apakah kerja sama tersebut bisa dilakukan kegiatannya, atau menjadi MoU “sleeping”. Pihak Kemenag menginginkan agar MoU tersebut bisa menjadi MoU “dinamics”, sehingga kerja sama itu akan bisa saling menguntungkan.
Terhadap pertanyaan ini, maka Pak Dekan menyatakan bahwa ada sebanyak 15 MoU antara PTKIN dengan Marmara University, khususnya Fakultas Ilahiyyat. Namun demikian kebanyakan MoU tersebut tidak terlaksana kegiatannya. Kebanyakan menjadi MoU yang tidak berkelanjutan. Ada memang yang kemudian dilakukan kegiatan bersama, misalnya pelatihan manejemen, pelatihan bahasa Arab dan lainnya, akan tetapi kebanyakan MoU memang belum dilaksanakan.
Terhadap hal ini, Prof. Gun menyatakan bahwa sebaiknya memang harus dilakukan evaluasi mana program yang sudah dilakukan dan mana program yang belum dilakukan. Untuk kepentingan ini, kiranya diperlukan semacam kegiatan seminar internasional bersama antara Fakultas Ilahiyyat dengan PTKIN. Pak Gun juga menegaskan bahwa setelah kunjungan ke Turki dan memperoleh gambaran persepsi dari pimpinan Marmara University tentang MoU signing ini, maka akan menjadi kewajiban Kemenag untuk mendorong agar PTKIN di Indonesia untuk mengembangkan program bersama antara Fakultas Ilahiyyat pada Universitas Marmara dengan PTKIN.
Saya juga menambahkan misalnya ada seminar bersama yang dilakukan oleh kedua institusi pendidikan tinggi, sebab antara Indonesia dan Turki memiliki banyak kesamaan, baik dari paham keagamaan maupun praktek pengamalan agamanya. Turki dan Indonesia memiliki tantangan yang sama di dalam melaksanakan Islam yang rahmatan lil alamin. Indonesia sedang mengalami gerakan radikalisme yang semakin kuat dan demikian pula dengan Pemerintah Turki.
Jadi, ada banyak hal yang bisa dikolaborasikan antara Marmara University dengan PTKIN di dalam kerangka peningkatan mutu, relevansi dan daya saing PTKIN khususnya di era pendidikan global ini.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..