• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KE TURKI: SHALAT JUM’AT DI MASJID BIRU (2)

KE TURKI: SHALAT JUM’AT DI MASJID BIRU (2)
Kegiatan saya yang pertama di Turki adalah shalat Jum’at di Masjid Sultan Ahmad. Masjid ini tergolong masjid yang sangat fenomenal dan menjadi ikon masyarakat Turki. Mereka begitu membanggakan terhadap masjid Biru. Masjid ini didirikan oleh Sultan Ahmad pada bulan Agustus 1609 M. Masjid ini didesain untuk menyaingi Hagia Sophia, yang merupakan peninggalan Dinasti Byzantium.
Masjid Biru dibangun dalam waktu tujuh tahun, dan selesai pada tahun 1616 M setahun sebelum wafatnya Sultan Ahmad dalam usia 27 tahun. Masjid ini dilengkapi dengan 260 jendela, ruangan ibadahnya berukuran 64×27 M, dilengkapi dengan 20.000 keramik handmade yang dibuat dari Iznik city dengan hiasan 50 desain bunga tulip yang berbeda. Pada masa awal hiasan lampunya diberikan lapisan emas dan batu mulia. Selain ornament berupa bunga dan hiasan lain, juga dilegkapi dengan kaligrafi al Qur’an.
Sebagaimana cerita Mas Firman, bahwa “masjid ini didirikan sebagai wujud dari sumpah Sultan Ahmad. Beliau berjanji akan membangun dinding Ka’bah dengan emas. Makanya, di kala Beliau berkuasa di Kesultanan Ottoman, maka Beliau berniat untuk mewujudkan janjinya itu. Akan tetapi setelah berkonsultasi dengan para ulama di Turki, dinyatakan bahwa manusia tidak diperkenankan untuk membangun Ka’bah dengan hal-hal lain. Termasuk juga dengan melapisi dindingnya dengan emas sekalipun.”
Selanjutnya Firman menyatakan: “Berdasarkan musyawarah dengan para ulama itu akhirnya diputuskan agar Sultan Ahmad mendirikan masjid yang kelak akan menjadi masjid fenomenal. Pembangunan Masjid Sultan Ahmad ini dilengkapi dengan enam menara, dan yang tengah dilapisi dengan emas. Masjid ini berhadapan dengan Hagia Sophia yang merupakan ikon Turki, yang semula adalah gereja kemudian dijadikan masjid dan sekarang menjadi museum.”
Dia juga menyatakan: “Mengenai penyebutan masjid Biru ini ternyata memiliki dua tafsir, yaitu masjid yang berhadapan dengan laut sehingga pancaran sinar matahari yang mengenai laut tersebut lalu memancar ke masjid, sehingga masjid tersebut beraura biru. Akan tetapi di lain tafsir bahwa masjid ini dinyatakan sebagai masjid biru karena lantai dasar masjid yang berwarna biru. Warna keramik biru yang berasal dari keramik marmara (blue izanik tiles) tersebut memang berwarna biru, sehingga disebutlah sebagai masjid biru.”
Sebagai Ikon Peradaban Turki, masjid ini memang dirancang dengan sangat bagus. Ornamennya yang sangat baik, berwarna-warni dengan corak khas lukisan abad pertengahan Islam, ornament dan juga kaligrafi yang sangat indah dengan warna-warni lampu yang menghiasi masjid. Balutan karpet merah juga menghiasi lantai masjid yang semestinya berwarna biru. Bentuk kubah intinya yang kelihatannya khas Masjid di Turki. Semua masjid memiliki kubah inti seperti masjid Biru ini. Keindahan masjid ini memang harus dilihat di desain interiornya. Dari desain eksteriornya tentu sudah banyak yang mengalami keausan, sebab dirongrong oleh iklim dalam waktu yang sangat lama. Namun demikian keindahan masjid ini tentu sangat luar biasa. Saya selalu menyatakan bahwa ada ide besar yang mengilhami desain dan bentuk masjid di Negara-negara Timur Tengah ini, seperti di Mesir, Maroko, dan Arab Saudi.
Sistem pemerintahan monarchi yang terjadi kala itu tentu menjadi factor dominan, bagaimana pimpinan pemerintahan dapat mendirikan bangunan-bangunan bersejarah seperti masjid Biru ini. Sultan Ahmad dengan kekuasaannya bisa mewujudkan salah satu “peradaban Islam” yang sangat luar biasa. Melalui sistem monarchi, maka raja dapat mewujudkan gagasan besarnya untuk bisa direalisasikan.
Selain mereka yang menjadi jamaah Shalat Jum’at di masjid Biru juga terdapat para turis, terutama turis asing yang berada di sekitar masjid ini. Memang hari Jum’at tidak diperkenankan untuk mengunjungi masjid ini di siang hari, sebab waktunya bersamaan dengan Shalat Jum’at, namun demikian banyak juga turis yang berada di luar masjid. Mungkin mereka ingin juga melihat bagaimana umat Islam di Turki menyelenggarakan shalat Jum’at.
Sebelum pelaksanaan Shalat Jum’at dilakukan ceramah agama oleh ulama di Turki. Ceramah yang cukup panjang tentu saja. Mendengarkan nada tinggi rendahnya suara penceramah, rasanya seperti mendengarkan ceramah agama oleh Kyai di Indonesia. Sayangnya saya tidak mengerti Bahasa Turki. Jadi yang terpenting hadir dan mendengarkannya sambil wiridan. Semua sepatu jamaah masjid dimasukkan ke dalam kantong plastic yang disediakan di depan pintu masjid. Kantong plastic warna putih tipis ini menjadi tempat bagi sandal dan sepatu bagi para Jemaah. Rasanya, tidak ada yang kehilangan sepatu dengan teknis ini. Semua sepatu dibawa masuk masjid oleh pemiliknya masing-masing.
Tepat jam 13 waktu Turki, maka adzan dikumandangkan lalu dilanjutkan dengan shalat Qabliyah Jum’at. Kemudian dilakukan khutbah Jum’at. Menurut Firman, bahwa inti khutbah Jum’at tersebut agar masyarakat berada di dalam ketenangan dan menjaga keamanan. Di saat sekarang ini banyak orang yang tidak menginginkan perdamaian, ketenangan dan keselamatan. Oleh karena itu agar masyarakat Turki selalu berada di dalam menjaga keamanan dan ketertiban tersebut. Naskah khutbah yang dibacakan di seluruh masjid di Turki sama saja, sebab sebelum dijadikan sebagai materi khutbah Jum’at harus diteliti terlebih dulu oleh Kementerian Agama yang memiliki kewenangan untuk itu.
Yang menarik bagi saya, adalah penyebutan Sayyidina Muhammad di dalam khutbah dan juga penyebutan terhadap semua Khulafaur Rasyidin di khutbah kedua. Penyebutan ini menggambarkan bahwa mereka adalah kelompok Islam Sunni yang memang menjadi arus utama Islam di Turki. Sedangkan Imam Shalat Jum’at tidak membaca Basmallah dengan suara keras. Pola yang digunakan tampaknya sama dengan pola bacaan al Fatihah di dalam pelaksanaan shalat di Masjid al Haram maupun Masjid Nabawi.
Sebagai masjid bertaraf internasional dan menjadi tempat wisata ziarah, maka masjid ini memiliki sound system yang sangat bagus. Makanya, detil bacaan khutbah maupun imam masjid dalam melantunkan ayat-ayat al Qur’an tentu sangatlah baik. Memang masjid ini ditata dengan sangat memadai untuk menunjukkan bahwa masjid ini memang bisa menjadi ikon bagi masyarakat Turki. Umat Islam patut bangga dengan peninggalan peradaban berupa masjid yang sangat indah tersebut.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..