• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

KE TURKI: PERJALANAN PANJANG (1)

KE TURKI: PERJALANAN PANJANG (1)
Pada suatu sore, 16/11/2016, di Hotel 101, di Jalan Surya Kencana, Bogor, saya dan Prof Gunaryo berbincang sambil menunggu Pak Menteri, Pak Lukman Hakim Saifuddin. Pak Menteri akan memberikan pengarahan pada acara “Rapat Koordinasi Para Ketua dan Sekretaris ULP Se Indonesia”. Sambil membicarakan banyak hal, tiba-tiba Pak Gunaryo menyatakan: “Pak, apa anggaran ke Turki kita kembalikan ke negara saja ya? Maka sontak saya jawab” “sudah Pak kita berangkat saja minggu depan”. Memang acara kunjungan ke Turki ini sudah tiga kali batal. Tentu karena terkait dengan tugas kantor yang sangat padat dan tidak bisa ditinggalkan.
Akhirnya kita sepakati, hari Kamis, 24/11/2016, saya pergi ke Turki dengan Prof. Gunaryo, Pak Ferimeldy, PhD dan Pak Farid Wajdi. Pertimbangannya adalah saya hanya akan meninggalkan kantor hari Jum’at saja, sebab hari Ahad sore sudah sampai di Jakarta. Sementara itu Prof. Gun dan Pak Ferimeldy masih akan berada di Turki sampai tanggal 29/11/2016, hari Selasa.
Jadwal kantor memang sangat padat justru pada akhir tahun ini. Luar biasa. Itulah sebabnya saya tidak tega akan meninggalkan kantor dalam waktu yang lebih lama. Bagi saya ke Turki itu akan menyelesaikan beberapa hal penting saja, seperti bertemu dengan Pimpinan Universitas Marmara, bertemu dengan Pimpinan Pesantren Sulaimaniyah di Turki, dan bertemu dengan Konsul Jenderal RI di Istambul. Lalu, sebisanya untuk melihat Masjid Biru, Museum Aya Sophia, dan melihat Jembatan Bosporus yang menghubungkan antara wilayah Turki di Barat (Eropa) dan Timur (Asia).
Pada Hari Kamis itu, masih ada agenda yang sangat penting, yaitu Rapat Panitia Seleksi (Pansel) untuk rekruitmen anggota Badan Pelaksana (BP) dan Dewan Pengawas (Dewas) Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Rapat ini juga dilakukan secara mendadak, sebab untuk memenuhi amanat UU No.34 Tahun 2014 tentang BPKH, bahwa dalam lima hari semenjak ditetapkan Pansel, maka harus sudah diumumkan tentang pendaftaran anggota BP dan Dewas BPKH dimaksud. Saya bersyukur sebab, sebagian besar dari anggota Pansel bisa hadir, yaitu: Pak Dr. Mulya E. Siregar (Ketua Pansel), Prof. Nur Syam (Sekretaris Pansel), Prof. Dien Syamsudin (anggota), Prof. Nasaruddin Umar (anggota), dan Pak Dr. Aidir Amir Daud (anggota), sedangkan Pak Hadiyanto sedang di Darwin Australia, Pak Zainul Bahar Noor, sedang di Medan, dan Pak Yunus Hussein sedang tugas penting, Pak Dr. Halim Alamsyah sedang di Berlin Jerman. Makanya, diputuskan hari Kamis, 23/11/2016 itu harus diumumkan pemberitahuannya lewat Web Kementerian Agama dan hari Selasa, 29/11/2016 harus diumumkan lewat media massa.
Kamis malam, saya bersama Pak Feri, Prof. Gun dan Pak Farid berangkat ke Turki. Ketika berangkat itu terasa badan lelah dan yang selalu membayangi saya adalah sulitnya tertidur di pesawat meskipun jarak jauh. Makanya, selalu saya siapkan CeTeEm agar di pesawat bisa tidur. Dengan pesawat Turki Airline, Boeing 777 ER, No. TK 057, saya berempat berangkat pada jam 21.00. Begitu masuk pesawat maka pil CeTeEm segera saya minum, dengan harapan agar bisa istirahat. Saya bertiga, Prof. Gun, Pak Feri duduk dalam satu jajaran kursi, sementara Pak Farid duduk sendiri dengan penumpang lain.
Pesawat Turki Airline adalah pesawat Boeing berbadan besar. Tempat duduk VIPnya sangat memadai, bahkan toiletnya juga cukup lebar. Dengan penataan yang cukup baik, rasanya berada di toilet rumah sendiri. Lantainya ditata seperti toilet rumah dengan warna kegelapan warna-warni dan peralatan toilet yang sangat memadai. Pelayanannya juga sangat bagus. Kecekatan pramugarinya juga sangat baik. Layaknya orang-orang Eropa, maka cara jalannya yang cepat dan terampil juga teruji. Saya juga menikmati makanan yang enak di dalam perjalanan ini.
Saya sampai di Bandar Udara Istambul pada jam 06.15 pagi hari. Udara sangat dingin kira-kira 10 derajat Celsius. Saya dijemput oleh Pak Dendi, staf KBRI di Istambul dan diantarkan ke Hotel Golden Horn di Istambul. Hotel dengan gaya bangunan klasik, meskipun sudah cukup tua. Kira-kira dibangun 30-40 tahun yang lalu. Jalanan masih lengang ketika saya menyusuri jalanan menuju ke Hotel ini. Maklumlah di Turki jam sebegitu tentu masih sangat pagi. Dengan cuaca yang dingin tentu mereka, penduduk Turki, sedang menikmati masa istirahat. Masih nyenyak-nyenyaknya tidur.
Sesampainya di Hotel Golden Horn, maka saya menempati lantai dua, nomor 216, sementara Pak Gun dan Pak Farid juga di lantai yang sama. Hanya Pak Feri yang berada di lantai satu. Meskipun mata masih kantuk ternyata juga tidak bisa tidur. Maklum jam di Indonesia menunjukkan pukul 8.30 pagi. Salah satu kelemahan saya adalah tidak bisa tertidur di sembarangan waktu. Makanya, saya hanya rebahan saja di kamar sambil menunggu terbitnya matahari. Di Turki, matahari terbit pukul 8.00 pagi. Baru jam 7.00 pagi saya lihat di taman di depan hotel terdapat beberapa orang yang duduk di kursi. Mereka menikmati hawa pagi yang dingin. Ada lelaki dan perempuan yang duduk di kursi bersama-sama.
Jam 9.00 pagi saya beranjak ke Cafetaria Hotel di lantai enam. Ternyata Pak Feri sudah ada di situ, sementara Pak Farid dan Prof. Gun menyusul. Di resto hotel ini didesain luar dan dalam. Ruang dalam digunakan oleh mereka yang tidak merokok, sementara yang di ruang luar bisa digunakan oleh perokok. Dari ruang luar ini, kita bisa melihat laut dan juga Masjid Biru dan Museum Aya Sophia. Saya sempatkan untuk memotret Masjid Sultan Ahmad atau Masjid Biru ini. Hanya sayangnya karena udara masih agak gelap, sehingga hasilnya kurang maksimal.
Cukup lama saya berada di resto hotel ini tentu untuk membicarakan banyak hal. Meskipun kita di Turki yang sangat jauh dari Indonesia, kami tetap banyak membicarakan urusan kantor. Mulai dari serapan sampai program dan kegiatan yang bisa diakselerasi. Kami juga membicarakan tentang blokir anggaran yang dilakukan oleh KPPN terkait dengan pertanggungjawaban yang agak lambat. Dan sebagainya.
Kami baru keluar hotel kira-kira jam 11.30. Semula sudah datang Mas Firman, anak Jawa Barat, Indonesia, yang sudah selama 6 tahun di Turki. Dia belajar khusus untuk ilmu agama. Firman adalah satu-satunya alumni Pesantren Sulaimaniyah, yang hingga sekarang masih menetap di Turki. Dia harus tetap berada di Turki untuk melakukan pendampingan terhadap para santri yang baru datang ke Pesantren Sulaimaniyah di Turki. Para santri baru ini harus didampingi sebab harus melakukan adaptasi dengan segala hal di Turki. Mulai dari makanan, pergaulan sampai bahasa dan budaya Turki. Firman inilah yang melakukan perjalanan keliling dari pesantren ke pesantren Sulaimaniyah.
Untunglah masih ada anak-anak muda dengan niat yang sangat baik seperti ini. Masih muda, ganteng dan juga berdedikasi tinggi. Dengan senyumannya yang terus mengembang pantas rasanya dia menjadi pendamping para santri baru yang masih berusia sangat muda.
Kami kemudian pergi untuk shalat Jum’at di Masjid Biru, kala utusan KBRI, Pak Hendro dan Pak Adek datang. Kami bertuju: saya, Prof. Gun, Pak Feri, Pak Farid, Mas Firman, Pak Hendro dan Pak Adek lalu shalat di Masjid Biru yang fenomenal itu.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..