• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

PERLU HUKUMAN BAGI PENISTA AL QUR’AN (3)

PERLU HUKUMAN BAGI PENISTA AL QUR’AN (3)
Di dalam demonstrasi yang dilakukan oleh umat Islam tanggal 4 Nopember 2016 tersebut, saya melihat ada beberapa komponen umat Islam dengan identifikasi dan kepentingan yang berbeda-beda. Mereka satu kesatuan, akan tetapi memiliki agendanya masing-masing.
Kita tentu bersyukur bahwa demonstrasi besar tersebut tidak mengarah kepada tindakan khaos. Jika kemudian terdapat tindakan tidak terpuji, maka hal ini semata-mata penumpang gelap yang memanfaatkan situasi demonstrasi untuk melakukan tindakan yang tidak terpuji.
Jika dicermati, maka sekurang-kurangnya terdapat enam pengelompokan personal di dalam demonstrasi “Anti Ahok” ini. Pertama, kelompok yang memang beragenda untuk menghukum Pak Ahok karena tindakannya menistakan Al Qur’an. Bagi kelompok ini, maka Pak Ahok harus dihukum karena kesalahannya. Tujuan murninya adalah meminta pemerintah agar bertindak adil di dalam pelecehan agama. Kelompok ini misalnya diidentifikasikan dengan orang-orang Muhammadiyah, Kelompok HMI, para kyai seperti AA Gym, Yusuf Mansur, para Habaib, para pekerja media, seniman dan sejumlah orang NU yang tidak menggunakan bendera apapun. Mereka datang karena solidaritas terhadap gerakan demonstrasi untuk tujuan “menghukum” Pak Ahok.
Kedua, kelompok politisi yang sengaja datang untuk tujuan politik konstituen. Mereka sebenarnya memiliki agendanya sendiri yaitu untuk terlibat dengan konstituennya di dalam kerangka membela agama Allah dan terlibat secara aktif untuk bersama-sama pendemo lainnya meminta agar Pak Ahok diproses hukum secara adil. Meskipun mereka terlibat di dalam orasi, hal itu semata-mata memberikan peluang keterlibatan sebagai wakil rakyat yang empati terhadap gerakan ini. Ada misalnya Fahri Hamzah dari PKS dan Fadly Zon dari Gerindra. Tentu ada banyak politisi dari dua partai ini yang terlibat tetapi tentu tidak bisa disebut satu-persatu.
Ketiga, kelompok yang menuntut agar Pak Ahok diadili dan dihukum serta memiliki tujuan lebih jauh, yaitu mendirikan khilafah. Kelompok ini saya kira yang paling banyak mengikuti demonstrasi. Mereka menjadikan demonstrasi hanya sebagai tujuan antara saja, akan tetapi tujuan lebih jauhnya adalah untuk unjuk kekuatan bahwa kaum militant Islam memiliki basis kekuatan yang tidak bisa dianggap enteng. Demonstrasi ini sesungguhnya hanya bagian dari cara mereka untuk memberikan warning bagi pemerintah bahwa mereka tidak main-main di dalam tujuan mendirikan khilafah ini. Jika disimak pidato mereka yang tergolong ini, misalnya Bachtiar Nashir, Aliansi Gerakan Nasional Pembela Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dan lain-lain, maka jelaslah bahwa mereka memang memiliki agenda yang lebih besar, yaitu bagaimana system pemerintahan ini bisa diganti dengan system khilafah yang menjadi tujuannya.
Keempat, kelompok Front Pembela Islam (FPI) di bawah komando Habieb Rizieq. Kelompok ini tidak memiliki agenda lebih jauh untuk mendirikan khilafah Islam. Tujuan utamanya adalah untuk menghentikan pencalonan Pak Ahok dari Gubernur DKI Jakarta. Di dalam banyak hal, yang menjadi tujuanya adalah menerapkan syariah secara kaffah. Target mereka jelas umat Islam tidak boleh dipimpin orang non-Muslim. Jakarta sebagai symbol Indonesia dengan mayoritas umat Islam tidak boleh dipimpin oleh non-Muslim. Di dalam pidatonya, Habib Rizieq tidak menyebut secara eksplisit tentang agenda khilafah. Berbeda dengan kelompok Bachtiar Nashir yang memang secara ekspisit menolak Pak Ahok dan kemudian mendirikan khilafah.
Kelima, kelompok yang membenci Pak Ahok dan tidak menginginkan Pak Ahok maju menjadi Gubernur DKI, akan tetapi penyebabnya karena kekecewaannya atas penggusurannya dari daerah bantaran sungai, misalnya kelompok Penjaringan, Pademangan dan sebagainya. Mereka menyatu di dalam gerakan demonstrasi ini untuk melampiaskan kekecewaannya atas perlakuan Pak Ahok yang dianggapnya tidak mengindahkan “kemanusiaan”. Meskipun mereka disediakan Rumah Susun, akan tetapi mereka tercerabut dari wilayah pekerjaannya atau kehilangan pekerjaannya. Di sini mereka menyatu dalam satu kesatuan untuk menggagalkan pencalonan Ahok menjadi Gubernur DKI.
Keenam, kelompok ikutan atau kaum partisipatif atau mereka yang hanya datang untuk rame-rame sambil mengikuti gerakan demonstrasi. Mereka tidak memiliki agenda apapun kecuali hanya ikut-ikutan. Jadi mereka tidak memiliki tujuan tertentu hanya sekedar ikut arus saja.
Jika dianalisis lebih lanjut, maka sebenarnya yang penting adalah dua arus yang bisa memiliki tujuan jangka panjang, yaitu kelompok yang menjadikan demonstrasi sebagai tujuan antara dan menjadikan gerakan khilafah sebagai final goalnya. Lalu kelompok yang lebih murni tujuannya yaitu berhentinya pencalonan Pak Ahok karena menjadi terpidana kasus penistaan agama. Kelompok lain yang tidak memiliki ideology jangka panjang tentu akan berpikir lebih jauh untuk melakukan demonstrasi lagi. Akan tetapi kelompok ideologis tentu akan terus berupaya agar ke depan akan terjadi lagi demonstrasi yang lebih masif sebagai instrument untuk memberikan warning tentang eksistensinya.
Namun di atas semua ini yang perlu dicermati adalah peranan media sosial sebagai instrument untuk penggalangan massa. Jika penggalangan massa ini mampu menumbuhkan sentiment keagamaan karena factor hukum yang tidak dianggap menyuarakan keinginan mereka, maka akan dipastikan bahwa ke depan akan terjadi lagi demonstrasi yang besar.
Jadi, diperlukan kecermatan untuk melangkah ke depan khususnya di kalangan pemerintah. Jika tidak menempatkan solusi yang memadai di dalam memaknai kasus penistaan Al Qur’an ini, maka rasanya ke depan akan terdapat kerumitan yang lebih kompleks.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..