ONE PESANTREN ONE PRODUCT
ONE PESANTREN ONE PRODUCT
Saya diminta oleh Prof. Dr. Anita Lie untuk menjadi penguji luar dalam acara Ujian Terbuka Doktor dalam Bidang Ilmu Manajemen pada Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, 29/10/2016. Ujian ini menghadirkan Promovendus Drs. KH. Mohammad Zakki, MSi, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Surabaya.
Akhir-akhir ini memang agak jarang saya menguji disertasi di perguruan tinggi karena kesibukan saya di Jakarta. Tetapi di kala diminta oleh Prof. Anita Lie, Ketua Program Doktor Manajemen pada Universitas Katolik Widya Mandala, saya harus menyempatkan datang. Selain Cak Zakki adalah kolega saya yang memiliki kedekatan khusus, juga yang mengundang saya adalah Prof. Dr. Anita Lie, sahabat saya, kala sama-sama menjadi tim Dewan Riset Daerah Jawa Timur, tahun 2009 sampai 2013. Saya sering bersama Beliau di dalam acara mengembangkan riset daerah Jawa Timur.
Saya merasa pertemuan di Universitas ini sebagai reuni saja. Sebab saya bisa bertemu dengan Prof. Dr. Romo Eko Armada Riyanto, Prof. Dr. Hengki Supit, Ketua Yayasan Universitas Widya Mandala, mantan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Prof. Muzakki, PhD., yunior saya di UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Budiman Christiananta, PhD., dan lainnya. Ujian ini menjadi menarik, sebab yang hadir untuk menjadi pendengar dan pembahas akademik juga bervariasi. Ada Staf Ahli Menteri Perdagangan, Kepala Perindustrian Jawa Timur dan juga tokoh-tokoh agama.
Judul disertasi yang dibahas adalah “Pengaruh Kepemimpinan Strategik, Kepemimpinan Spiritual, dan Kepemimpinan Kewirausahaan Kiai terhadap Kepuasan Kerja Santri dan Jihad (Kinerja) Santripreneur di Pesantren Enterpreneur Provinsi Jawa Timur”. Sebuah judul yang menarik tentu saja, sebab menghadirkan tingkat kerumitan korelasi antar variabel dan harus diuji secara serius.
Dari kajian ini diperoleh gambaran bahwa: 1) Kepemimpinan Strategik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja santri entrepreneur. 2) Kepemimpinan Strategik kiai berpengaruh tidak signifikan terhadap jihad (kinerja) santripreneur. Kenyatannya bahwa kiai lebih mementingkan kepemimpinan spiritual dan kepemimpinan kewirausahaan ketimbang kepempimpinan strategic. 3) Kepemimpinan spiritual berengaruh positif terhadap kepuasaan santriprenuer. 4) Kepemimpinan spiritual berpengaruh positif terhadap jihad (kinerja) santriprenuer. 5) Kepemimpinan Strategik berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja santriprenuer. 6) kepemimpinan kewirausahaan berpengaruh langsung terhadap jihad (kinerja) santripreneur. 7) kepuasan kerja santriprenuer berpengaruh positif dan signifikan terhadap jihad (kinerja) santripreneur.
KH. Mohammad Zakki tentu sangat menguasai terhadap hasil penelitiannya ini. Hal itu terbukti dari kemampuannya untuk memberikan jawaban dan penjelasan terhadap berbagai pertanyaan yang disampaikan kepadanya. Kala saya tanya tentang bagaimana proses perubahan makna jihad dari jihad fil qital ke jihad fil iqtishadiyah dan jihad fit tijaroh dan apa factor-faktor yang menyebabkan secara sosiologis terhadap hal itu, maka dapat dijawab dengan sangat baik.
Promovendus memberikan jawaban bahwa perubahan itu terjadi secara internal dan eksternal. Dari sisi internal adalah sikap keterbukan kyai di dalam menerima berbagai inovasi yang terkait dengan pemberdayaan ekonomi. Kyai sekarang sangat aware dengan dunia bisnis. Pengetahuan yang diperolehnya di pesantren dahulu dikaitkan dengan betapa pentingnya penguasaan ekonomi bagi pengembangan pesantren. Sementara itu, dari sisi eksternal, kyai sekarang juga memiliki jejaring sosial yang sangat kuat. Banyak kyai yang tidak hanya memiliki jejaring keilmuan agama saja, akan tetapi juga dengan penguasa dan kaum bisnisman. Itulah sebabnya kyai kemudian dengan secara cerdas dapat menggunakan peluang untuk mengembangan tradisi kewirausahaan dewasa ini.
Jika di masa lalu, kyai dibayari oleh santri secara bulanan berupa kiriman dari orang tuanya atau walinya, maka sekarang paradigmanya dibalik, santri dibayari oleh kyainya. Para santri tidak hanya belajar agama, akan tetapi juga belajar kewirausahaan di pesantrennya. Mereka memperoleh upah kerja sesuai dengan pekerjaannya.
Melalui konsepsi santrireneur dan kyaipreneur, maka wajah pesantren akan menjadi berubah. Yang di masa lalu, pesantren itu sebagai penerima jariyah dari masyarakat, maka kemudian ke depan pesantren akan memberikan jariyah kepada masyarakatnya. Jadi, pesantren akan menjadi pusat gerakan ekonomi syariah yang sangat baik.
Melalui kajian, ini tentu ada satu hal yang sangat menarik untuk dipikirkan bagi para pengambil kebijakan adalah yang disampaikan oleh Kyai Zakki dengan konsep “One Pesantren, One Product”. Konsep ini dalam konteks lain, saya rasa pernah dikembangkan oleh Pak Basofi Sudirman, yang pernah menggagas “One Village One Product”. Sayangnya bahwa konsepsi yang bagus ini belum bisa dilakukan di era itu, meskipun secara akademis sudah dilakukan berbagai kajian.
Gagasan Cak Zakki yang orisinal ini, saya kira perlu untuk ditindaklanjuti oleh Kementerian Agama dan juga Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan, bahkan juga Kementerian Pariwisata. Melalui kerja sama antara G to B and to P, atau kerja sama antara Government to Businesman and to Public ini saya kira bisa direalisasikan.
Direktorat Pesantren pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama bisa menjadi leading sector untuk meneruskan gagasan ini dalam langkah nyata untuk pengembangan pesantren ke depan. Harus disupport secara optimal.
Wallahu a’lam bi al shawab.
