• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

REFLEKSI SUMPAH PEMUDA BAGI WARGA JAKARTA

REFLEKSI SUMPAH PEMUDA BAGI WARGA JAKARTA
Saya diundang dalam acara yang sangat menarik, yaitu diskusi dan music, yang kemudian saya sebut sebagai “Diskusik”. Acara yang digelar di Mall TAMINI, Jakarta Timur ini tentu sangat menarik, sebab memang memadukan antara Sumpah Pemuda, Kuliner dan Musik.
Acara yang unik ini diselenggarakan pada hari Jum’at sore, 28/10/2016. Narasumbernya juga orang yang memiliki kapabilitas di bidangnya, yaitu Prof. Dr. Hermawan Sulistyo, PhD., atau yang disebut dengan Bang Kiki, sebagai pakar riset Indonesia, kemudian saya, Prof. Dr. Nur Syam, MSi., Hana Hasanah Fadel, Pengusaha dan Pelestari Budaya dan Peduli Lansia, atau yang biasa dipanggil Lala, dan artis serba bisa, penyanyi, pemain sinetron dan Film, Ayu Azhari. Acara ini didesain oleh Axel Djody Production and Sonde Production dan dimoderatori oleh Eduard L Manto.
Tajuk acara ini adalah “Refleksi Hari Sumpah Pemuda Bagi Warga Jakarta”. Nara sumber yang pertama adalah Ibu Lala, yang menjelaskan tentang makna Sumpah pemuda bagi bangsa Indonesia secara umum, kemudian Bang Kiki lebih banyak berbicara tentang kuliner dalam kaitannya dengan budaya Nusantara, lalu saya memberikan gambaran tentang bagaimana seharusnya warga Jakarta memaknai Hari Sumpah Pemuda. Ayu lebih banyak berbicara tentang Kuliner dan kearifan local.
Pada kesempatan ini, saya menjelaskan mengenai tiga hal yang saya anggap penting untuk memaknai Hari Sumpah Pemuda. Pertama, saya nyatakan apakah warga Jakarta masih membutuhkan Hari Sumpah pemuda?. Bagi saya, warga Jakarta sekarang ini lebih banyak bergelut dengan dunia kehidupannya ketimbang berpikir tentang nasionalisme, kebangsaan dan termasuk persatuan dan kesatuan bangsa. Saya menyatakan seperti ini sebab yang sesungguhnya menjadi problem warga Jakarta adalah bagaimana mendapatkan makan untuk esok hari. Mereka terdiri dari orang-orang yang tidak memperoleh akses bagi kehidupannya, mereka berada di wilayah pinggiran, mereka belum bisa menikmati kue pembangunan.
Jarak sosial yang sangat jauh tentu bisa mengurangi makna Sumpah Pemuda yang intinya mengagungkan kesatuan dan persatuan bangsa tersebut. Bagi masyarakat Indonesia yang sudah bisa mengakses pekerjaan berbekal pendidikan yang baik, telah memiliki kecukupan sandang, pangan dan papan, maka kesatuan dan persatuan bangsa merupakan hal yang sangat penting. Namun mereka yang kurang beruntung, maka kesatuan dan persatuan bangsa bukanlah menjadi mind set kehidupannya. Jika yang lain berpikir “besuk makan siapa,” maka mereka masih berpikir “besuk makan apa.” Itulah sebabnya, mengisi Sumpah Pemuda tentu harus dengan kesejahteraan dan ketercukupan sandang, pangan dan papan. Rasanya juga menjadi sia-sia ngomong tentang Sumpah Pemuda terhadap mereka yang masih terpinggirkan di dalam kehidupan ekonomi ini.
Kedua, kita tentu bisa bersyukur bahwa kita dikarunia oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan bumi Indonesia ini. Tanah yang subur dan indah. Tanah yang rasanya seperti percikan surga di dunia. Tanah Nusantara yang diperjuangkan kemerdekaannya oleh para Founding Fathers negeri ini menjadi tumpah darah kita. Tidak bisa dibayangkan andaikan kita tidak lahir di bumi kaya raya, yang bernama Indonesia ini. Bayangkan kita terlahir di negara-negara yang terus menerus di dalam keadaan koflik dan peperangan. Lalu kita menjadi pengungsi, menjadi pencari suaka ke Negara lain, menjadi yang terkatung-katung di tengah samudra untuk memperoleh kehidupan baru.
Oleh karenanya, kita harus menjaga Keindonesiaan kita ini dengan sepenuh hati dan aktivitas. Jangan pernah lengah untuk tidak membela Indonesia dengan empat pilar consensus kebangsaannya. Kita mesti pertahankan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Kebhinekaan. Meskipun kita bersuku-suku, berbangsa-bangsa, bertenis-etnis, berbeda bahasa dan kultur, akan tetapi kita adalah bangsa Indonesia.
Memaknai Sumpah Pemuda, yang isinya: Kami Putra dan Putri Indonesia menyatakan berbangsa satu, Bangsa Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia menyatakan bertanah air satu, tanah air Indonesia. Dan Kami Putra dan Putri Indonesia menyatakan berbahasa satu, Bahasa Indonesia. Sumpah pemuda, yang dilakukan pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan tonggak penting bagi kesatuan dan persatuan bangsa.
Di dalam konteks ini, maka kita semua baik yang sudah tua maupun yang masih muda tentu memiliki kewajiban untuk menjaga makna Sumpah Pemuda ini agar terus menerus menjadi darah dan daging di dalam kehidupan kita. Jangan sampai kaki kita terpeleset untuk memasuki kawasan lain, yang bukan Negara Kesatuan Republic Indonesia.
Ketiga, kita harus mencintai budaya kita. Jangan sampai budaya Nusantara yang adi luhung ini tergerus oleh budaya luar yang belum tentu cocok bagi bangsa Indonesia. Kita harus tetap mencintai budaya masakan Indonesia. Kuliner Indonesia adalah yang terbaik di dunia. Makanan yang sehat dan menyehatkan. Boleh kita senang dengan berbagai kuliner luar negeri dengan berbagai variannya, akan tetapi jangan sampai hal itu mengalahkan kesukaan kita pada Kuliner Nusantara.
Sebagaimana yang tadi disampaikan oleh Bang Kiki, bahwa meskipun tradisi makanan Indonesia itu adalah merupakan tradisi campuran dari berbagai wilayah lain, akan tetapi sekarang sudah menjadi makanan khas Nusantara. Jadi, mencintai kuliner Indonesia termasuk juga bagian dari memaknai Sumpah Pemuda.
Dengan demikian, kiranya ada pertautan antara Kuliner, Keragaman tradisi dan Persatuan bangsa dengan Sumpah Pemuda. Makanya, di kala kita lebih suka Kuliner Indonesia dibanding dengan kuliner Negara lain, maka hal itu bermakna mencintai Indonesia dan berikutnya berarti kita telah melaksanakan Sumpah Pemuda.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..