• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MAHANITI LOKA DHAMMA SEBAGAI UNJUK PRESTASI MAHASISWA

MAHANITI LOKA DHAMMA SEBAGAI UNJUK PRESTASI MAHASISWA
Di dalam acara yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha di Ancol, saya memperoleh kesempatan untuk membukanya dan sekaligus memberikan arahan tentang bagaimana seharusnya mahasiswa belajar dan mengembangkan wawasannya.
Acara Mahaniti Loka Dhamma Nasional V diselennggarakan pada tanggal 27/10/2016 dihadiri oleh Para Bhikku Sangha, Sesdirjen Bimas Buddha, Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha, Pimpinan DPP Walubi, Sekjen KASI, para Ketua STABN dan Ketua STAB Swasta, Majelis Agama Buddha, Organisasi Pemuda Buddhis, Para Dosen dan para mahasiswa peserta kompetisi dalam Mahaniti Loka Dhamma Nasional V.
Saya mengapresiasi acara ini bukan sekedar karena menjadi ajang untuk membangun keterlibatan para mahasiswa di dalam berbagai penelitian, pengabdian dan cipta kreasi kewirausahaan dan menyusun program pembelajaran kreatif, akan tetapi juga paket acaranya yang menarik. Selain tampilan penyanyi tunggal juga menampilkan kreasi pertunjukan wayang kulit yang sangat menarik dan juga tampilan pesinden yang sangat baik.
Saya tentu sangat bergembira dengan berbagai tampilan kesenian Nusantara yang hebat itu. Saya selalu senang dengan berbagai acara yang di dalamnya terdapat penampilan kesenian-kesenian Nusantara, misalnya wayang. Saya selalu jadi teringat masa kecil yang memang sudah menyukai dunia pewayangan. Wayang, saya rasa telah menjadi bagian dari dunia saya.
Semula yang tampil adalah Gareng, Petruk dan Bagong. Dipandu oleh dalang Wayang Kulit (Nanang) yang professional, acara menjadi menarik. Dalam percakapan di antara mereka, ada gambaran yang menarik bahwa para pemuda harus menjalankan darmanya pada kebaikan. Para pemuda harus menjadi tulang punggung bangsa. Pemuda harus menjadi agen bagi masyarakatnya untuk berbuat kebaikan.
Digambarkan pula bahwa Gareng itu sebagai seseorang berkaki pincang, tetapi tidak pernah jatuh. Karena hati-hati ketika berjalan. Sedangkan Petruk itu digambarkan sebagai seseorang serba setengah. Tingginya satu setengah orang, pikirannya juga satu setengah orang. Petruk digambarkan sebagai orang yang jujur. Sedangkan Bagong itu digambarkan sebagai orang setengah juga. Yaitu gemuk dan pendek, tetapi sangat jujur dan apa adanya. Meskipun mereka memiliki kekurangan-kekurangan, akan tetapi justru itulah kekuatannya.
Sebagai dalang professional tentu Ki Anang ini dapat memainkan gerakan wayang dengan sangat memadai. Wayangan tanpa kelir ini, dan tanpa lakon itu, cukup menggunakan kelir dinding dengan sorot lampu, akan tetapi menjadi sangat menarik. Dimainkannya peperangan antara Gatutkaca dengan Danawa dengan sangat menawan. Demikian pula kala memainkan Gatutkaca dalam adegan beksan, sangat bagus. Di dalam monolog Sang Dalang dinyatakan, bahwa musuh kita yang sesungguhnya adalah diri kita sendiri. Denawa itu adalah berasal dari dalam diri kita sendiri.
Dengan semangat kekuatan Sang Kuda Sindawa, maka kemudian dipagelarkan tari yang “sepertinya” potongan tarian Kuda Lumping dalam lakon Reyog Ponorogo. Dan kemudian ditindaklanjuti dengan nyanyian oleh Sinden tentang “Tembang Dandang Gula”. Sinden, menyanyikannya dengan sangat baik. Saya sungguh tertarik dengan acara yang di dalamnya terdapat sajian tarian-tarian Nusantara seperti ini.
Di dalam acara ini, saya memberikan pesan tiga hal, yaitu: pertama, mengapresiasi terhadap terselenggaranya acara Mahaniti Loka Dhamma. Sebagaimana disebutkan oleh Sesdirjen Bimas Buddha, bahwa acara ini merupakan ajang untuk mengembangkan kreativitas penelitian, kreativitas pengabdian masyarakat, kreativitas kewirausahaan, kreativitas pembelajaran berbasis teknologi informasi dan penulisan kreatif melalui media sosial. Acara ini sungguh akan menjadi ajang bagi para mahasiswa untuk mempresentasikan kreativitasnya dimaksud. Mahasiswa harus memperoleh peluang untuk mengembangkan potensi diri secara optimal di dalam pergulatan dunia yang makin kompleks.
Kedua, saya memandang bahwa antara pengajaran, penelitian dan pengabdian merupakan satu kesatuan. Pendidikan atau pengajaran akan menghasilkan konsep atau teori yang akan bisa dikaji melalui riset dan kemudian hasilnya dapat digunakan untuk pengabdian masyarakat. Jadi, yang diharapkan melakukan penelitian tidak hanya para dosen akan tetapi juga para mahasiswa. Yang bisa melakukan pengabdian masyarakat juga tidak hanya para dosen akan tetapi juga para mahasiswa.
Kita memiliki Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu: Pendidikan dan pengajaran, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Penelitian merupakan jantungnya pendidikan tinggi. Demikian pula pengajaran dan pengabdian masyarakat. Oleh karena itu dengan dilakukannya acara Mahaniti Loka Dhamma, di mana mahasiswa dilibatkan di dalam berbagai presentasi tentang tema-tema di atas, maka saya kira tentu sangat baik ke depannya.
Ketiga, ke depan, saya kita Perguruan Tinggi Agama Buddha harus berkembang dengan sangat baik. Harus ada satu, dua atau tiga STAB yang menjadi ekselen ke depan. Harus ada STAB yang menjadi center of excellence di dalam pengembangan studi Agama Buddha. Jika ada orang yang bertanya: “di mana di Indonesia bisa belajar Agama Buddha yang unggul? Maka dengan mudah bisa dijawab di sini atau di sana.
Para pimpinan STAB harus melakukan percepatan di dalam kerangka untuk mengembangkan pendidikan tinggi kita ini. Harus ada upaya untuk melakukan percepatan di dalam peningkatan kualitas kelembagaannya, dosennya, tenaga kependidikannya dan juga mahasiswanya.
Kita harus terus mengembangkan potensi yang kita miliki di tengah kompetisi yang makin kompleks di era globalisasi dan khususnya Masyarakat Ekonomo Asen (MEA). Semua harus bergerak menuju tujuan “peningkatan kualitas”.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..