• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

HARI SANTRI ANTARA PENGAKUAN STRUKTUR DAN BUDAYA (4)

HARI SANTRI ANTARA PENGAKUAN STRUKTUR DAN BUDAYA (4)
Sekali lagi saya ingin mengapresiasi Hari Santri Nasional 2016. Saya tetap beranggapan bahwa dunia santri memang mengalami kemajuan peran secara lebih signifikan di era sekarang melalui keterbukaan akses pendidikan di pesantren maupun lembaga pendidikan Islam lainnya.
Saya ingin memberikan apresiasi kepada Kementerian Agama RI yang tentu saja memiliki peranan yang sangat besar di dalam kerangka mengembangkan pendidikan agama dan keagamaan seperti yang terlihat dewasa ini. Berbicara Hari Santri saya kira akan menjadi fair kala kita juga membicarakan peranan Kemenag di dalam mendorong perubahan dunia pesantren dan lembaga pendidikan Islam secara general.
Pertama, sekedar mengingatkan bahwa keberadaan dan pengakuan Hari Santri Nasional tentu terkait dengan upaya yang dilakukan oleh Kemenag untuk mendorong terwujudnya Hari Santri itu, baik secara administrative maupun secara kolegial menyelenggarakan berbagai forum secara structural dan fungsional. Saya merasakan bahwa Kemenag memiliki peran yang sangat substantive di dalam kerangka untuk mewujudkannya. Berbagai forum lintas Kementerian pun harus diselenggarakan untuk mewujudkan keinginan menetapkan Hari Santri. Bahkan Kemenag juga melakukan berbagai koordinasi dan komunikasi dengan organisasi sosial keagamaan di dalam upaya untuk mengajukan Hari Santri. Nyaris dua tahun upaya untuk komunikasi, koordinasi dan meeting atau workshop dengan tema Hari Santri itu dilakukan.
Bahkan diskusi tentang kapan Hari Santri itu ditetapkan pun juga mengalami diskusi berkepanjangan. Organisasi keagamaanpun juga bervariasi pendapatnya. Ada yang menginginkan tanggal ini dan itu. Dan akhirnya disepakati bahwa tanggal 22 Oktober yang bertepatan dengan momentum Resolusi Jihad yang dilakukan oleh Hadratusy Syekh KH. Hasyim Asy’ari dijadikan sebagai momentum untuk menetapkannya.
Sebagaimana diketahui bahwa di saat Indonesia sebagai Negara baru dalam situasi genting, karena tekanan Belanda dan sekutunya, maka Jenderal Soedirman lalu berkirim surat kepada KH. Hasyim Asy’ari tentang hukum agama membela Negara sebagai jihad fi sabilillah. Maka KH. Hasyim Asy’ari lalu meminta kepada KH. Wahab Hasbullah untuk mengumpulkan para ulama NU se Jawa dan Madura, dan akhirnya disepakati bahwa membela Negara merupakan jihad di sabilillah. Momentum itu disebut sebagai “Resolusi Jihad” agar umat Islam membantu pemerintah di dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Momentum ini saya kira sangat tepat dijadikan sebagai Hari Santri untuk menandai akan besarnya peran para santri di dalam upaya bela Negara, yang diwujudkan dalam keikutsertaan para santri di dalam upaya mempertahankan Negara Republik Indonesia. Berbagai lasykar bersenjata pun dibuat untuk kepentingan membela Negara ini, misalnya Lasykar Hisbullah, Lasykar Sabilillah dan sebagainya.
Kita tentu memahami tentang bagaimana upaya untuk menyatukan pendapat di kalangan organisasi sosial keagamaan untuk memiliki satu pendapat tentang tanggal Hari Santri itu, sebab masing-masing di antara mereka tentu menganggap bahwa ada hari yang bagi mereka dianggapnya penting. Tetapi Kemenag berhasil untuk meyakinkan pimpinan organisasi sosial keagamaan itu, sehingga tanggal 22 Oktober dijadikan sebagai Hari Santri Nasional.
Kedua, Hari Santri Nasional adalah untuk menandai betapa pengakuan Negara terhadap peran santri di dalam masa pra kemerdekaan, masa kemerdekaan dan pasca kemerdekaan itu sangatlah besar. Sebagaimana diketahui bahwa para santri memiliki kontribusi yang nyata di dalam kemerdekaan bangsa dan pembangunan bangsa.
Tentu menjadi sangat tepat pengakuan Negara itu, sebagai bagian penting dari upaya untuk “menyatukan” para santri dengan berbagai latar belakangnya dalam barisan pemerintah untuk menegakkan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan kebinekaan. Hal ini tentu dilakukan oleh para santri untuk menegaskan identitasnya sebagai umat Islam yang ingin menjadikan Indonesia sebagai Negara yang berkesejahteraan dengan tetap berada di dalam koridor Islam yang rahmatan lil alamin yang berkemajuan.
Ketiga, Hari Santri Nasional harus menjadi momentum untuk kebangkitan santri dalam peran yang lebih luas. Jika di masa lalu, santri itu identic dengan orang yang ahli agama saja, maka dewasa ini santri itu memiliki konotasi yang lebih luas. Kata santri mencakup semua orang beragama Islam yang memiliki keahlian professional dalam berbagai bidang dengan pemahaman agama yang sangat memadai. Mereka memahami agama dalam konteks keindonesiaan yang berkemajuan tersebut.
Makanya, santri kemudian bisa dipilah di dalam berbagai penggolongan berdasarkan atas latar belakang pendidikannya. 1) santri dalam konteks mereka yang belajar di pondok pesantren dengan pendidikan khusus keagamaan. 2) santri dalam konteks mereka yang belajar di pesantren dengan pendidikan umum. 3) santri dalam konteks mereka yang belajar di madrasah non pesantren dengan berbagai bidang keilmuannya. 4) santri dalam konteks mereka yang belajar di lembaga pendidikan tinggi keislaman, seperti STAIN, IAIN, UIN dan PTKS non pesantren. 5) santri di dalam konteks mereka yang belajar di lembaga-lembaga non keagamaan tetapi memiliki basis keagamaan yang sangat kuat.
Dengan memahami latar penggolongan santri seperti itu, maka dapat dipastikan bahwa dunia santri sesungguhnya adalah dunia umat Islam semuanya. Setiap umat Islam yang merasa memiliki pendidikan agama dan keagamaan maupun non keagamaan tetapi berbasis agama, maka secara otomatis merupakan bagian dari santri yang generic tersebut.
Kita semua tentu mengapresiasi terhadap para santri yang sudah memiliki pengakuan ini dan tentu tantangannya adalah bagaimana meningkatkan kualitas para santri di dalam kerangka untuk membangun bangsa. Untuk kepentingan ini, maka para santri harus berkualitas di dalam paham dan perilaku keagamaannya dan selain itu juga harus berkualitas kehidupannya, sehingga santri akan menjadi agen bagi pembaharuan umat di dalam berbagai sector kehidupan.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..