• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

HARI SANTRI ANTARA PENGAKUAN STRUKTUR DAN BUDAYA (3)

HARI SANTRI ANTARA PENGAKUAN STRUKTUR DAN BUDAYA (3)
Yang bisa saya lakukan untuk ikut mangayubagya atau menyambut dengan gembira tentang Hari Santri Nasional tidak lebih dan tidak kurang adalah melalui tulisan. Verba valent scripta manen. Saya selalu berpikir bahwa dengan menulis, maka kegembiraan untuk menandai sebuah peristiwa penting itu akan lestari dan berjangka panjang. Itulah sebabnya, bentuk luapan kegembiraan itu saya tulis.
Semua saya kira sudah mafhum bahwa dunia pesantren itu adalah sebuah sub-kultur yang memiliki ciri khas sebagai area budaya. Namun demikian seirama dengan perubahan sosial yang terus terjadi, maka sub-kultur itupun juga mengalami perluasan makna. Budaya santri telah menjadi bagian di dalam kehidupan sosial dalam berbagai tingkatan dan variannya.
Kita tentu merasa senang dengan pengakuan akan fungsi dan peran kaum santri di tengah masyarakat Indonesia. Kita merasakan bahwa di dalam berbagai penggolongan sosial kaum santri memiliki peran yang cukup signifikan. Berkat pendidikan yang dilaluinya, maka santri bisa memasuki hampir seluruh jaringan akses kehidupan. Capaian ini tentu membanggakan dan sekaligus juga tantangan ke depan yang harus diperhitungkan.
Tantangan yang saya rasa harus menjadi perhatian bagi kaum santri adalah dengan semakin menguatnya fundamentalisme agama atau radikalisme agama bahkan ekstrimisme agama. Tantangan ini bukan sekedar wacana dan pertarungan gagasan, akan tetapi sudah menjadi kenyataan di sekeliling kita.
Kita tentu bersyukur bahwa dunia kaum santri makin meluas. Dewasa ini semakin banyak masyarakat Indonesia yang secara simbolis dan identitas menyatakan keislamannya. Dapat dilihat berdasarkan konsep “outward looking” bahwa semakin banyak kaum agamawan yang menghiasi dunia kita. Ada banyak kaum hijabers. Ada banyak symbol busana muslim yang dipertontonkan di tengah pergaulan sosial. Mereka tidak ragu lagi untuk menunjukkan identitas keislamannya di tengah publiknya.
Saya kira kita memang harus bersyukur atas kenyataan ini. Hanya saja yang tetap harus menjadi kegundahan kita adalah semakin radikal dan fundamentalnya paham keberagamaan itu. Makanya, satu hal yang saya kira menjadi tantangan terbesar dari kaum santri adalah semakin menguatnya hal tersebut.
Pesantren memang harus menunjukkan identitasnya kepada khalayak bahwa tuduhan pesantren sebagai tempat persemaian bibit radikalisme harus dilawan dengan aktivisme bahwa santri dan pesantrennya bukanlah tempat seperti itu.
Upaya mendiskreditkan pesantren dengan santrinya memang akan selalu ada dan terus menerus diupayakan. Akan tetapi mengingat sejarah panjang pesantren, maka tuduhan itu saya kira tidak akan pernah terbukti. Kita tidak bisa melakukan generalisasi secara serampangan dengan beberapa perilaku santri dengan basis pesantren yang radikal untuk menganggap bahwa pesantren sebagai sumber radikalisme.
Saya tentu mengapresiasi terhadap upaya-upaya pesantren untuk terus melakukan perlawanan terhadap ekstrimisme agama ini. Berbagai diskusi, pernyataan dan kegiatan untuk melakukan de-ekstrimisme tentulah harus disambut dengan upaya yang sungguh-sungguh. Jangan sampai kita terlena dengan mayoritas umat Islam, sehingga melupakan berbagai penetrasi tersembunyi yang dilakukan oleh kelompok radikal untuk membuat jejaring strategis di tengah moderasi Islam yang terus dilakukan.
Saya kira ungkapan mengenai darurat terorisme, ungkapan semakin eksistennya kelompok radikal di Indonesia tentu bukanlah gambaran atau pepesan kosong, akan tetapi telah menjadi kenyataan empiris yang tidak bisa diabaikan. Harus ada upaya strategis untuk menanggulangi laju perkembangan radikalisme yang terus berkembang.
Santri harus menjadi agen dalam keranga de-ekstrimisme atau de-radikalisme kapan dan di manapun. Saya kira untuk menghargai Hari Santri Nasional, maka upaya yang harus dilakukan adalah dengan mengupayakan agar gerakan ekstrimisme atau radikalisme tidak terus berkembang di masa yang akan datang.
Dengan demikian, peran santri ke depan dalam berbangsa dan bernegara dan sebagai warga Negara Republik Indonesia tidak ada lain kecuali menghadapi tantangan berat berupa deradikalisasi atau deekstrimisasi paham dan tindakan keagamaan sebagaimana dewasa ini.
Salah satu kado terbesar bagi Label dan Identitas Santri adalah dengan menjadikan dirinya sebagai agen pembela Nusa dan Bangsa untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang tetap berada di dalam koridor Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Kebinekaan.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..