• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

DARI RADIKALISME KE EKSTREMISME KE TERORISME

DARI RADIKALISME KE EKSTREMISME KE TERORISME
Saya memperoleh kesempatan untuk memberikan presentasi di dalam acara yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang bekerja sama dengan Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 29/09/2016. Acara ini dihadiri oleh Bupati Sungai Liat, Ir. Tarmizi Saat, BNPT Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pejabat Polda Kepulauan Bangka Belitung, SKPD Kabupaten Sungai Liat, dan para da’i dari seluruh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Saya tentu sangat gembira dilibatkan di dalam acara yang sangat menarik, sebab saya menyadari betul, sebagaimana ungkapan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, Kepala BNPT, Suhardi Alius, dan juga Menko Polhukam, Wiranto, yang menyatakan bahwa terorisme sudah merupakan darurat Negara. Kita tidak boleh main-main lagi dengan gerakan terorisme yang makin diminati oleh usia muda, kaum intelek dan bahkan juga kaum birokrat.
Saya menyampaikan tiga hal penting terkait dengan acara ini. Pertama, tentang makna radikalisme yang telah berkembang di Indonesia. Radikalisme sudah menjadi wacana penting di dalam kamus kehidupan masyarakat Indonesia. Sehingga setiap ada gerakan yang mencederai terhadap kesatuan dan persatuan bangsa, gerakan terror yang dilakukan oleh orang per orang, maka asosiasinya pastilah dilakukan oleh kaum radikalisme.
Kata radikal memang sering diartikan sebagai pengetahuan, sikap dan perilaku yang mendasar atau yang mendalam atau menyeluruh sebagai dampak keyakinan yang dimiliki oleh seseorang. Jadi, jika orang radikal di dalam beragama, maka berarti dia beragama secara mendasar, mendalam dan menyeluruh. Namun jika kata radikal ditambah dengan isme atau radikalisme, maka konotasinya sudah berubah menjadi lebih mendasar, menyeluruh dan menganggap yang lain tidak ada. Hanya ismenya yang bersangkutan yang benar.
Sebenarnya ada satu kata yang lebih tepat menggambarkan tentang sikap radikal yang berlebihan dan berkecenderungan lebih keras bahkan mengarah kepada tindakan terror, yaitu ekstrimisme. Sikap ekstrim lebih cocok digunakan untuk menggambarkan tentang tindakan dan perilaku yang cenderung nekad untuk memperjuangkan keyakinannya bahkan dengan cara-cara yang keras dan berakibat kehancuran. Mereka berkeinginan untuk menihilkan semua yang dianggap tidak sejalan dengannya. Termasuk dengan cara-cara terror yang sering dilakukan.
Dengan demikian, ada gradasi yang sistemik yaitu dari fundamentalism ke radikalisme ke ekstrimisme lalu terahir ke terorisme.
Kaum beragama pastilah memiliki sikap fundamental, sebab setiap agama mengajarkan bahwa hanya agamanya sendiri yang benar dan sementara yang lain salah. Hal ini merupakan keyakinan dasar dari setiap umat beragama yang taat pada agamanya. Kira-kira seperti beragama secara kaffah. Ketika sikap ini sangat kuat menancap di dalam diri umat beragama dan kemudian yang bersangkutan bersikap membenci, menghalangi dan menganggap bahwa kesalahan keyakinan tersebut tidak boleh diberi hak hidup, dan berkeinginan menihilkan lainnya, maka seseorang sudah jatuh ke radikalisme. Kala seseorang menggunakan berbagai cara kekerasan, bahkan dengan bom bunuh diri untuk menihilkan lainnya atau yang dianggap sebagai musuhnya, maka yang bersangkutan sudah jatuh kepada tindakan terorisme. Jadi ada prosesi untuk menuju radikalisme dan terorisme dimaksud.
Kedua, tentang jihad. Kata jihad merupakan kata yang multi interpretable. Bisa memiliki makna yang variatif. Misalnya, memenuhi sepenuh keyakinan, memenuhi sepenuh syariat, memerangi dengan sungguh-sungguh dan juga bisa bermakna kesungguhan dalam usaha, menolong, dan mengerjakan kebaikan secara sungguh-sungguh.
Di kalangan Islam yang berpaham wasathiyah, maka pengertian jihad lebih dimaknasi sebagai upaya untuk memenuhi keyakinan dan ritual-ritualnya, memberikan pertolongan yang sungguh-sungguh atau berusaha di dalam kebaikan secara optimal. Jihad dalam makna peperangan lebih dihindari dalam suasana damai. Sedangkan di kalangan kaum radikalisme dan ekstrimisme serta terorisme maka kata jihad hanya bermakna peperangan offensive. Hal ini didasarkan oleh keinginan untuk menerapkan ajaran agamanya yang dianggapnya benar dan yang lain salah dan harus dinihilkan. Untuk menihilkan kelompok lainnya, maka harus dilakukan dengan peperangan, bahkan menggunakan bom bunuh diri.
Makanya, di dalam upaya untuk memerangi masyarakat yang dianggapnya memuja thaghut, seperti masyarakat Indonesia yang menggunakan Pancasila sebagai ideology kenegaraan, maka mereka melakukannya dengan upaya untuk merekrut terhadap anak-anak cerdas melalui media sosial atau pengkaderan secara langsung untuk bersiap menjadi martir-martir yang siap melakukan peperangan offensive kapan dan di manapun, bahkan menggunakan pisau dapur sekalipun.
Ketiga, gerakan radikalisme itu ternyata semakin mengakar terutama di kalangan anak-anak muda. Ada arah baru bahwa pengikut radikalisme dan ekstremisme itu semakin muda usianya. Selain juga mulai merasuki kaum intelektual dan akademisi, bahkan juga kaum birokrat. Mereka sudah memasuki hampir semua institusi pemerintah. Mereka juga memasuki parlemen dan juga aparat hukum. Nyaris tidak ada suatu lembaga baik pemerintah dan non pemerintah yang kebal terhadap gerakan radikalisme ini.
Di masa lalu, kita bisa berbangga bahwa perguruan tinggi agama bisa menjadi penangkal terhadap radikalisme, akan tetapi sekarang tentu tidak lagi bisa menyatakan seperti itu. Bahkan juga pesantren pun bisa saja dimasukinya. Oleh karena itu, kita semua harus melakukan deteksi dini agar kita bisa mengetahui bagaimana gerakan mereka itu di tengah masyarakat.
Kiranya memang sangat diperlukan gerakan pencegahan dengan sungguh-sungguh agar radikalisme atau ekstrimisme bisa dicegah dengan segenap kekuatan. Harus ada sinergi yang kuat antara pemerintah, masyarakat dan organisasi sosial lainnya agar kita bisa melakukan penanggulangan dan pemberantasan gerakan ini secara lebih massif.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..