GURU HARUS MEMAHAMI MEDIA AUDIO VISUAL
GURU HARUS MEMAHAMI MEDIA AUDIO VISUAL
Guru tidak hanya dituntut untuk memahami bahan ajar bagi anak didiknya, akan tetapi juga harus memahami dan bisa menggunakan media mutakhir di dalam proses pembelajaran. Guru sesungguhnya harus memiliki kemampuan yang baik di tengah perubahan sosial yang terus terjadi.
Di dalam acara yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha, tanggal 28 September 2016, saya sampaikan bahwa keberadaan guru yang bisa memahami kurikulum yang baik, bisa menggunakan media dan metode yang tepat dan memahami mengenai kapasitas siswanya dengan baik, maka akan memiliki pengaruh yang signifikan bagi perubahan kognisi, afeksi dan psikhomotorik siswa.
Acara ini dihadiri oleh kira-kira 180 guru Sekolah Minggu Buddha (SMB) seluruh Indonesia, juga dihadiri oleh Sesdirjen Bimas Buddha, dan seluruh jajaran pejabat eselon III dan IV Ditjen Bimas Buddha. Acara yang menarik ini diselenggarakan di Hotel Novotel Tangerang. Acara ini tentu saya apresiasi sebab berdasarkan temanya “Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Pendidikan Agama Buddha melalui penerapan media Animasi Audio Visual dapat meningkatkan kualitas program pembelajaran”.
Pada kesempatan ini, saya sampaikan tiga hal utama, yang saya kira menjadi penting untuk didiskusikan terutama oleh para guru Agama Buddha, yang sedang melakukan bimtek ini. Pertama, pendidikan merupakan investasi yang paling andal bagi peningkatan kualitas SDM. Pendidikan sesungguhnya bisa menjadi andalan di dalam mempercepat peningkatan SDM. Pendidikan merupakan instrument yang menentukan terhadap peningkatan kualitas SDM Indonesia di dalam alam kompetisi yang semakin kuat.
Investasi yang utama menurut saya bukanlah investasi materi, seperti kekayaan atau ekonomi, akan tetapi investasi yang paling utama adalah pendidikan. Jika pendidikan seseorang baik, maka potensi untuk menghasilkan ekonomi dan materi akan sangat terbuka, akan tetapi dengan hanya menguasai materi atau ekonomi saja maka potensi untuk hilangnya kekuatan ekonomi dan materi akan sangat besar peluangnya. Oleh karena itu, jika kita memiliki SDM yang andal maka dipastikan akan bisa menghasilkan tingkat ekonomi yang lebih baik.
SDM yang baik juga tidak hanya cerdas dan kompetitif, akan tetapi juga harus bermental dan bermoral yang baik. Makanya, seluruh pendidikan di Kementerian Agama didesain sebagai pendidikan berbasis agama. Pendidikan umum berciri khas agama. Salah satu kekuatan pendidikan di bawah Kemenag adalah pada ciri khas keagamaannya. Makanya, tidak ada keraguan bahwa pendidikan ke depan yang kiranya akan relevan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat adalah pendidikan yang berkualitas andal karena kekuatan ilmu umumnya dan didasari oleh pendidikan agama yang unggul. Jadi kita semua bisa berbangga sebab memiliki ciri khas pendidikan yang luar biasa ini.
Kedua, pendidikan merupakan suatu proses yang sistemik. Yaitu terdiri atas subsistem: Guru, murid, kurikulum, metode pembelajaran, media pembelajaran dan efek pembelajaran. Dengan demikian pendidikan adalah proses transformasi bahan pembelajaran (kurikulum) kepada para siswa melalui metode dan media pembelajaran yang relevan untuk menghasilkan perubahan kognisi, afeksi dan psikhomotorik. Saya ingin menyoroti persoalan kurikulum selain media pendidikan. Kurikulum itu bagi saya harus memiliki cakupan tiga hal mendasar, yaitu: visioner, idealistis dan berdaya guna. Kurikulum harus visioner, sebab pendidikan itu akan mencetak anak-anak untuk menjadi orang dewasa yang hebat sekian tahun yang akan datang. Janganlah membuat kurikulum pendidikan yang cakupannya visinya hanya untuk beberapa tahun, akan tetapi harus menatap masa depan yang lebih luas. Jadi harus dipikirkan berdasar kurikulum itu untuk 30-40 tahun ke depan.
Jadi ketika kita mengajar sekarang, misalnya di pendidikan dasar dan menengah, maka yang harus dipikirkan adalah bagaimana para siswa itu akan hidup 30-40 tahun yang akan datang. Dan cakupan kurikulum itu harus mencetak anak-anak yang ke depan akan menjadi lebih baik dibandingkan dengan generasi sekarang.
Lalu, juga idealistis artinya bahwa kurikulum itu berisi hal-hal ideal, sebagai gambaran bagaimana para siswa akan hidup pada zamannya. Mereka akan hidup bukan pada zaman gurunya akan tetapi akan hidup di suatu era yang tingkat kompetensi dan kompetisinya makin kompleks. Makanya, kurukulum itu harus ideal atau berisi hal-hal yang unggul di era yang akan datang. Kemudian yang tidak kalah penting tentu kurikulum juga harus berdaya guna untuk mengantarkan siswa memiliki kompetensi dan kompetisi di masa yang akan datang. Kompetisi dan kompetensi saja tidak cukup sebab mereka harus bersaing dengan moralitas dan mentalitas yang baik, maka basis agama menjadi penting bagi para siswa tersebut.
Ketiga, media pembelajaran juga harus unggul. Ada tiga jenis media pembelajaran yang kita kenal, yaitu: media audio, visual dan audio visual. Masing-masing tentu memiliki potensinya sendiri untuk memengaruhi para siswa. Secara sederhana, kira-kira media audio memiliki kekuatan 30 persen, sementara visual memiliki kekuatan pengaruh 40 persen. Dengan menggunakan keduanya, maka pengaruhnya makin besar kira-kira mencapai 70 persen. Makanya menggunakan media audio visual lalu menjadi pilihan untuk digunakan di dalam dunia pendidikan.
Yang sesungguhnya diperlukan adalah ahli animasi. Terus terang harus dipahami bahwa animasi dari Barat dan India sangat bagus. Rasanya kita kalah dalam hal kreativitas animasi ini. Kita harus mencetak banyak ahli animator agar kualitas kreatif animasi kita semakin bagus. Hal ini tentu disadari bahwa pendidikan sebagai sarana untuk mengembangkan daya nalar, sikap dan perilaku anak didik akan bisa dipengaruhi lebih besar dengan kreativitas animasi. Jadi lembaga pendidikan haruslah mulai mengembangkan media animasi audio visual sebagai alternative untuk mengembangkan media pendidikan.
Ke depan saya kira tugas yang harus dilakukan oleh para aktivis pendidikan adalah bagaimana terus berupaya agar dunia pendidikan terus berkembang baik dari sisi gurunya, kurikulumnya, media dan metode pendidikannya, sehingga impact pendidikan akan lebih baik.
Wallahu a’lam bi al shawab.
