PENDIDIKAN SEBAGAI BEKAL TERBAIK KEHIDUPAN
PENDIDIKAN SEBAGAI BEKAL TERBAIK KEHIDUPAN
Ada hal yang menarik di dalam acara peresmian penggunan ruang belajar untuk anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang saya resmikan kemarin, 17/09/2016. Saya terus terang merasa bahwa pendidikan yang dilakukan dengan benar tentu akan dapat menjadi instrument penting di dalam pembinaan kemampuan anak, khususnya Anak-anak Usia Dini atau selevel Pendidikan Taman Kanak-kanak.
Di dalam acara itu, secara sengaja saya ingin menguji kemampuan anak-anak Taman Kanak-Kanak di tempat kelahiran saya tersebut. Saya sengaja memberikan reward bagi mereka yang bisa memberikan jawaban dengan benar terhadap pertanyaan saya. Jangan dipersepsikan sebagai pertanyaan yang sulit-sulit. Pertanyaan ini hanya sebagai hiburan di kala saya harus menyampaikan ceramah saja.
Sebenarnya saya sungguh terkesan dengan bacaan Al Qur’an yang dilantunkan oleh siswi Taman Kanak-Kanak Al Hikmah ini. Bacaannya bagus sekali. Di dalam usianya yang baru empat tahun, tetapi bacaan Qur’annya tertata dengan benar. Bacaan ikhfa”, Iqlab, Ghunnah dan sebagainya sangat memadai. Artinya, bahwa anak-anak seusia TK ini sudah memiliki bacaan Qur’an yang baik.
Saya bertanya kepada mereka tentang berapa rukun Iman, ternyata mereka bisa menjawab dengan baik. Ketika saya bertanya berapa rukun Islam juga dijawabnya dengan baik. Berapa jumlah Nabi dan Rasul, dijawabnya dengan benar. Ketika saya bertanya, apa rukun Islam yang pertama juga dijawabnya dengan betul, lalu ketika saya bertanya bagaimana bunyi syahadat juga dijawabnya dengan lantang dan benar. Kemudian juga saya tanyakan bagaimana bunyi doa sebelum makan tentu juga dijawab dengan tepat, dan ketika saya teruskan dengan pertanyaan bagaimana bunyi doa sebelum tidur dan sesudah bangun tidur juga dijawabnya dengan sangat tepat.
Saya membayangkan bahwa kala saya seusia mereka, saya belum memperoleh pengetahuan agama yang memadai seperti ini. Jadi sebenarnya dengan memberikan pelajaran agama sedini mungkin terhadap anak-anak kita, maka saya berkeyakinan bahwa mereka akan menjadi lebih baik dibanding dengan generasi seusia saya sekarang. Pendidikan memang bisa menjadi instrument terbaik di dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Kala saya seusia mereka, maka pendidikan agama diperoleh di langgar atau surau atau di masjid. Tidak ada kurikulum yang digunakan untuk mendidik. Kami diajari dengan cara-cara yang pernah dan berlaku sebelumnya. Tidak ada inovasi apapun dari para guru atau ustadz kecuali pengalaman belajarnya di masa lalu. Coba bayangkan dengan keadaan sekarang, kala kurikulum pendidikan diniyah dan pendidikan PAUD atau TK sudah dirancang dengan sangat baik. Itulah sebabnya anak-anak seusia TK sudah bisa membaca al Qur’an dengan sangat baik dan juga pengetahuan agama yang memadai pada usianya.
Pada kesempatan ini tentu saja saya tidak lupa untuk memberikan pengarahan kepada orang tua yang mengantar anak-anaknya dan menghadiri acara peresmian penggunaan ruang kelas baru di PAUD Al Hikmah. Ada tiga hal yang saya sampaikan kepada mereka. Pertama, saya mengapresiasi kepada para orang tua yang selalu setia mengantarkan, mendampingi dan memberikan pendidikan kepada anak-anak dengan pendidikan yang baik. Meskipun sekolah ini ada di desa, tetapi dengan program pembelajaran yang baik, maka akan dihasilkan out put yang baik. Kita semua sudah menyaksikan bagaimana anak-anak ini memiliki pengatahuan agama yang memadai pada usianya. Kita menyaksikan bacaan al Qur’an yang sangat fasih dan tertata. Kita melihat anak-anak dapat menjawab pertanyaan tentang agama yang benar. Jadi tidak sia-sia ibu-ibu mengantarkan, mendampingi dan mendidik anak-anak di tempat pendidikan ini.
Kedua, jangan sampai ibu-ibu kalah sama anaknya di dalam membaca al Qur’an. Makanya ibu-ibu harus belajar terus untuk memaca al Qur’an. Di tempat lain sudah berkembang Model Desa Al Qur’an, di mana masyarakat baik tua maupun muda sama-sama belajar Al Qur’an. Jangan pernah malu belajar. Jangan pernah berhenti belajar. Belajar adalah aktivitas sepanjang hidup. Hadis Nabi Muhammad saw, menyatakan: “utlub al ‘ilm min al Mahdi ila al lahdi” atau “carilah ilmu dari ayunan sampai liang lahat”. Itulah sebabnya ibu-ibu harus menjalani aktivitas untuk belajar al Qur’an di mana saja. Bisa di masjid, di langgar, di tempat ini, di rumah-rumah Al Qur’an dan sebagainya. Mari kita berlomba belajar Al Qur’an sehingga kita semua menjadi orang yang bisa membaca Al Qur’an dengan benar. Yang sudah bisa makin baik bacaannya dan yang belum bisa menjadi bisa membaca AlQur’an dengan baik dan benar. Kepada Pak Kepala Desa, saya meminta agar ibu-ibu difasilitasi untuk belajar Al Qur’an.
Ketiga, investasi terbaik di dalam kehidupan adalah anak yang saleh atau salihah. Jika kita memberikan pendidikan yang baik pada anak-anak maka dapati diprediksi bahwa anak yang kita didik dengan kebaikan itu akan menjadi anak yang baik. Makanya kita harus memberikan pendidikan anak-anak dengan pendidikan yang berbasis agama.
Saya berkeyakinan bahwa anak yang dididik dengan pendidikan berbasis agama maka kelak aka nada manfaatnya. Jika kita mendidik anak dengan pendidikan berbasis agama, maka ilmunya itu akan menjaga kekayaannya. Sehingga kekayaan itu akan menjadi manfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat. Tetapi jika kita meninggalkan kekayaan tetapi tidak didasari oleh pendidikan agama yang baik, maka kita akan mampu untuk menjaga kekayaan itu, bahkan kekayaan itu akan mengarahkannya kepada tindakan yang tidak baik.
Dengan demikian, jika kita harus memilih maka yang benar adalah meninggalkan pendidikan berbasis agama yang baik dan juga meninggalkan kekayaan yang cukup. Jika tidak bisa keduanya, maka pilihan justru pada memberikan pendidikan berbasis agama yang baik.
Jadi harta terbaik bagi kita adalah keturunan yang shaleh atau shalehah, sebab dengan begitu maka kita sebagai orang tua akan memanen hasilnya dan anak-anak kita juga akan memperoleh keberkahan di dalam hidupnya. Berbahagialah orang tua yang bisa memberikan bekal pendidikan berbasis agama yang baik agar kelak semua akan memperoleh manfaatnya.
Wallahu a’lam bi al shawab.
