• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

JAWAB MEA DENGAN KOMPETENSI DAN KOMPETISI

JAWAB MEA DENGAN KOMPETENSI DAN KOMPETISI
Selain meresmikan bangunan dan peletakan batu pertama pembangunan kampus II UIN SGD, maka saya memperoleh kesempatan untuk memberikan kuliah perdana pada mahasiswa strata II dan III UIN SGD (25/08/2016). Hadir bersama saya, Rektor UIN SGD, Prof. Dr. Mahmud., Ketua Senat UIN SGD, Prof. Dr. Nanat Fatah Nasir, dan segenap pimpinan Program Pascasarjana (PPs) UIN SGD Bandung.
Saya memberikan tiga hal sebagai bahan renungan bagi mahasiswa PPS UIN SGD pada kesempatan yang penting ini. Pertama, ucapan selamat atas diterimanya para mahasiswa peserta PPs UIN SGD sebab tentu tidak mudah untuk mencapai jenjang pendidikan pasca sarjana seperti ini. Ada proses keterpilihan yang sangat ketat untuk bisa mencapai jenjang pendidikan tinggi prestisius ini. Bayangkan bahwa jika untuk menjadi mahasiswa saja hanya sebanyak 3,5 persen dari seluruh orang Indonesia usia di bawah 40 tahun. Maka berarti bahwa untuk menjadi mahasiswa dibutuhkan persyaratan yang tidak hanya kepandaian atau kecerdasan, akan tetapi juga dana dan kapasitas sosial yang baik.
Dengan menjadi mahasiswa apalagi mahasiswa program master dan doctor, maka sesungguhnya adalah menjadi orang terpilih. Para mahasiswa PPs adalah orang yang terpilih untuk Indonesia ke depan. Indonesia yang maju, modern dan demokratis sangat tergantung pada seberapa banyak orang Indonesia yang terpelajar dan bergelar akademik sarjana, master atau doctor. Itulah sebabnya saya selalu memberikan apresiasi tinggi terhadap mereka yang bisa meraih gelar kesarjanaan master dan doctor.
Kedua, sebagai seorang mahasiswa, tentu tantangan kita adalah bagaimana menghadapi MEA yang kita sudah berada di dalamnya. Kita tidak bisa melarikan diri dari tantangan dunia global ini. Semua akan terlibat di dalamnya, suka atau tidak suka. Sejauh-jauh yang bisa dilakukan adalah menjadi mitra kritis. Jangan larut tanpa alasan dan jangan menolak tanpa sebab. Mari kita masuki kepastian ini dengan sikap menerima dengan kritis. Jika kita menolak dengan keras, maka kita akan menjadi radikal dan jika menerima dengan apa adanya maka kita akan menjadi liberal. Taruhlah sikap kita itu ke dalam empathi. Saya kira sikap inilah yang memungkinkan kita untuk bisa survive di tengah badai globalisasi yang terus menggempur kita dari berbagai aspeknya.
Di tengah MEA maka kita sungguh akan menerima tantangan tentang free of labor selain tantangan free of product, dan free of capital. Yang paling menggelisahkan dari sisi SDM adalah tantangan kebebasan ketenagakerjaan ini. Pengaruhnya terasa langsung bagi rakyat Indonesia. Makanya, pendidikan diharapkan bisa menanggulangi masalah ini dengan cerdas. Tantangan ini sungguh bisa mengkhawatirkan jika kita tidak menghadapinya dengan segenap kekuatan dan kemampuan. Harus ada langkah seribu untuk menghadapinya. Misalnya dengan mempersiapkan alumni PTKIN untuk memiliki kompetensi dan kompetisi yang andal. Tidak cukup yang biasa saja.
PTKIN didesain untuk menjadi perguruan tinggi yang memiliki dua kemampuan sekaligus, yaitu kemampuan akademik dan kemampuan mentalitas yang baik. Melalui kemampuan akademik maka para alumninya akan memiliki kapasitas dasar profesionalisme yang baik, dan dengan kapasitas mentalitas yang baik, maka alumninya akan memiliki kemampuan kompetisi yang baik pula. Jika PT yang lain hanya disiapkan dengan kemampuan professional saja tanpa dibarengi dengan kemampuan mentalitas yang memadai, maka akan terjadi kepincangan, pintar tetapi berperilaku kurang etis. Itulah sebabnya, alumni PTKIN harus menjadi orang professional di dalam bidangnya, misalnya ahli tafsir dan hadits yang andal, menjadi guru yang professional, menjadi ahli hokum yang hebat, menjadi ahli dakwah yang teruji dan sebagainya. Jadi kita sungguh mengharapkan bahwa alumni PTKIN adalah orang yang memiliki distingsi dan ekselensi di dalam menjawab tantangan kehidupan.
Ketiga, salah satu kelebihan dari PTKIN yang mengembangkan tiga bidang ilmu, Islamic studies, bidang social sicence and humaniora serta science and technology ialah yang disebut sebagai integrasi ilmu. Inilah kekuatan kita. Kita memiliki distingsi dengan PT lainnya. Jika di Unpaj dikembangkan ilmu sosial, maka di UIN dikembangkan ilmu sosial profetik. Jika di ITB dikembangkan program studi sains dan teknologi, maka di UIN dikembangkan sains dan tehnologi profetik.
Jika dari distingsi ini kemudian bisa dikembangkan ekselensi yang unggul, maka itulah yang sesungguhnya menjadi cita-cita kita semua.
Konsep distingsi dan ekselensi dikembangkan saat saya menjadi Dirjen Pendidikan Islam. Istilah ini menjadi penting sebagai bagian tidak terpisahkan untuk menjadikan PTKIN kita memiliki sejumlah pembeda dan keunggulan dibandingkan dengan PT lainnya. Hal ini sangat disadari sebab butuh waktu untuk menjadi seunggul PT lain dalam bidang sosial humaniora, sains dan teknologi, namun dengan semangat mengembangkan integrasi ilmu ini, maka di situlah letak keunggulan kita.
Saya kira jika kita bisa melakukannya, maka ke depan PTKIN kita akan bisa menjadi destinasi dari sejumlah mahasiswa tidak hanya di dalam negeri akan tetapi mahasiswa dari luar negeri.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..