• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

TUJUH BELAS AGUSTUS 2016 (1)

TUJUH BELAS AGUSTUS 2016 (1)
Rasanya baru kemarin kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 70. Rasanya baru saja kita apel bersama seluruh Aparat Sipil Negara Republik Indonesia pada Kementerian Agama. Rasanya juga baru saja kita mengibarkan Sang Saka Merah Putih, dan ternyata hari ini kita kembali melakukannya untuk memoeringati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia yang ke 71 baru saja kita lakukan. Kita telah merdeka selama 71 tahun. Angka yang sesungguhnya memberikan gambaran bahwa kita telah lama merdeka. Rakyat ini telah selama 71 tahun merasakan bukan dalam penjajahan bangsa lain. Kita telah menjadi bangsa yang merdeka. Tentu merdeka dalam segala hal sebagaimana negara dan bangsa yang merdeka.
Dari sisi fisik kenegaraan dan kebangsaan tentu kita sudah lama menikmati kemerdekaan itu. Bangsa-bangsa penjajah sudah pulang ke negaranya masing-masing. Belanda dan Jepang yang pernah menjajah negeri ini sudah kembali ke negaranya sendiri. Mereka sudah tidak lagi memaksa kita untuk menuruti kehendaknya. Kita tentu sudah merdeka karena sudah berkesempatan untuk membangun negeri kita sendiri, mengatur negeri kita sendiri dan menuju cita-cita negeri yang dijanjikan oleh kemerdekaan itu sendiri.
Kita tentu sudah bangga sebab negeri ini sudah memasuki era modern dengan banyaknya gedung-gedung pencakar langit. Kita tentu juga sudah merasa nyaman karena semua barang konsumtif ada di tempat kita dan dapat diperoleh dengan mudah. Apa saja sudah ada di tempat kita ini.
Jika kita hidup di Jakarta atau Surabaya, maka lihatlah semakin banyaknya pembangunan gedung-gedung bertingkat, hotel-hotel bintang lima, kota baru dengan rumah-rumahnya yang mewah, pantai yang menjadi perumahan-perumahan indah dan juga semakin banyaknya mall-mall modern sebagaimana di negeri maju lainnya. Rasanya kita sudah berada di Chicago atau Washington DC atau Melbourne atau di Den Haag.
Negeri ini memang sudah menapaki kemajuan dalam banyak hal. Kita sudah menjadi bagian dari Group 20 atau G20. Yaitu Negara-negara dengan tingkat kemajuan ekonomi yang memadai. Di Asia kita sudah menjadi lima Negara yang masuk dalam G20, yaitu India, Cina, Jepang, dan Korea Selatan. Hal ini mengindikasikan bahwa di dalam percaturan global, bangsa Indonesia sesungguhnya sudah termasuk yang diperhitungkan.
Sesungguhnya negeri ini sudah mengalami kemajuan dalam banyak hal. Misalnya dalam perkembangan ekonomi, yang juga terus membaik. Pertumbuhan ekonomi juga semakin baik dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan economi membaik dibandingkan dengan triwulan keempat 2015 dan triwulan pertama tahun 2016, dari 4,9 persen menjadi 5,1 persen. Tren ini tentu akan semakin baik ke depan. Tentunya masih ada harapan tentang perkembangan ekonomi national.
Pertanyaan yang sering dikemukakan adalah apakah perkembangan Indonesia menuju kepada tren ke arah positif ini realitas atau semu belaka. Pertanyaan ini yang selalu berkumandang di tengah upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang makin baik. Di sisi lain, juga selalu ada perdebatan yang tidak ada ujung akhirnya tentang kesejahteraan rakyat sebagai akibat pertumbuhan ekonomi dimaksud.
Di kalangan pemerintah tentu berpedapat bahwa melalui pertumbuhan ekonomi yang baik tentu akan berimplikasi pada kesejahteraan rakyat. Pembangunan tentu juga akan berjalan dengan memadai. Melalui pertumbuhan ekonomi yang diupayakan terus menerus melalui paket-paket kebijkan ekonomi tentu akan berakibat pada peningkatan lapangan kerja dan tentu juga secara berantai akan berpengaruh terhadap kesejahteraan rakyat secara umum.
Namun di kalangan organisasi non pemerintah maka selalu melihat hal-hal yang riil di tengah kehidupan masyarakat. Mereka selalu menyuarakan bahwa pembangunan ekonomi tidak mengenai sasaran rakyat banyak. Ada gap antara pembangunan ekonomi dengan kenyataan masih tingginya angka kemiskinan absolut di tengah masyarakat. Mereka nyaris tidak percaya bahwa angka kemiskinan yang dilansir oleh pemerintah sebesar 10 persen adalah angka riil. Makanya, mereka selalu menafsirkan bahwa pembangunan ekonomi di Indonesia ini masih belum tepat sasaran. Bagi mereka yang berkembang adalah kaum konglomerat, sedangkan rakyat yang sebenarnya mitra pembangunan masih berada di garis pinggiran.
Kita memang bisa berdebat dengan logika kita masing-masing. Akan tetapi satu hal yang pasti bahwa tidak ada pimpinan negara yang tidak menginginkan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Makanya, upaya yang dilakukan oleh pemerintah sekarang ini tentu juga harus dimaknai sebagai upaya optimal yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejehtaraan rakyat.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..