MENGENANG JASA GURU-GURUKU (2)
MENGENANG JASA GURU-GURUKU (2)
Saya ingin bercerita tentang guru-guruku yang telah mengajarkan padaku tentang ilmu pengetahuan. Apapun yang pernah dilakukan pada saya, tentu akan saya pandang sebagai cara beliau mengajar saya. Tidak ada sedikitpun pandangan saya bahwa yang dilakukan adalah untuk menghajar saya atau menyakiti saya.
Saya ingin memulai dengan guru saya, Pak Slamet, Kepala Sekolah saya di SDN Sembungrejo, Merakurak, Tuban. Beliau yang mengajarkan saya tentang pentingnya ilmu pengetahuan. Bahkan beliau pula yang memasukkan saya ke SMEPN Tuban kala saya lulus Sekolah Dasar. Di SMEPN ini memang ada banyak siswa dari Merakurak. Maklum kala itu jumlah siswa yang melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan menengah sangatlah sedikit. Bisa dihitung dengan jari.
Guru saya yang juga tidak akan saya lupakan adalah Pak Karsadi. Beliau mengajar saya di kelas V dan VI. Beliau guru yang benar-benar mendidik dengan baik. Saya masih teringat saat saya disuruh menulis di papan tulis menggantikan beliau. Saya yang selalu disuruh untuk mewarnai gambar-gambar prakarya dan juga peta Indonesia yang harus saya haluskan. Mungkin karena waktu itu tulisan saya yang baik, maka sayalah yang disuruh untuk menulis di papan tentang pelajaran kelas. Saya hafal nama-nama ibukota seluruh negara hingga saat ini adalah karena pelajaran ilmu bumi yang beliau ajarkan saat saya kelas lima. Waktu ujian akhir yang ditempatkan di SDN Mandirejo, Merakurak, maka saya dan kawan-kawan diminta mampir ke rumah beliau dan yang saya ingat sampai sekarang adalah kala diajak makan siang dengan sayur lodeh sukun yang saya sukai.
Pak Suparno juga guru saya yang lain. Beliau adalah guru yang mengajar saya di kelas IV. Selain mengajar, maka salah satu hobinya adalah beternak kambing dan sapi. Makanya yang saya ingat adalah jika mengajar di sekolah, maka pulangnya mestilah mengambil makanan untuk ternaknya. Sebagai seorang guru, maka saya tentu selalu teringat jika beliau bercerita tentang biologi dan ilmu hitung.
Yang tidak kalah penting adalah guru saya Pak Abdurrahman. Beliau adalah guru yang mengajarkan ilmu agama. Dari beliaulah sebenarnya ilmu agama itu saya peroleh untuk pertama kalinya. Beliau ajarkan tentang bagaimana berwudlu sampai melakukan shalat yang benar. Saya termasuk sering bertemu beliau. Dan bahkan beberapa saat sebelum beliau dipanggil Allah, maka saya sempatkan mampir ke rumah beliau. Kala saya sudah menjadi Direktur Jenderal Pendidikan Islam, maka masih saya sempatkan mampir ke rumahnya. Beliau lalu menceritakan kembali kala mengajar saya di SD.
Guru-guru saya di SMP juga sangat saya kenal. Pak Widodo merupakan sosok pendidik yang keras dan tegas. Kawan-kawan saya menyebutnya dengan Mbah Wid. Sebutan ini menggambarkan betapa menunjukkan karakternya yang keras dan tegas. Sebutan ini bukan dilakukan terang-terangan, akan tetapi semua mengenal sebutan Mbah Wid ini. Wakilnya Pak Subakir adalah sosok yang berwibawa. Demikian pula istri Pak Subakir, Bu Prit juga guru yang telaten. Guru yang saya kagumi adalah Pak Jatmiko, mengajar hukum Dagang dan Ilmu Menjual. Beliau guru yang cerdas, hafal seluruh bahan yang diajarkan. Saya kagumi cara mengajarnya yang menarik.
Pak Gatot juga tipe guru yang telaten. Beliau mengajar Aljabar. Guru yang juga saya kagumi adalah Pak Tjipto guru Al Jabar yang menurut saya juga sangat baik di dalam mengajar. Pak Marduni juga guru yang berwibawa. Beliau mengajar Bahasa Inggris. Selain itu juga ada Pak Kasmijan yang mengajar tata buku, dan Pak Senoaji yang mengajar sejarah Indonesia. Tentu saja masih ada nama-nama lain, seperti Bu Asiyah yang mengajar Agama, Bu Ningsih, yang mengajar Bahasa Inggris, dan sebagainya.
Dia antara guru yang saya kagumi pada waktu di PGA adalah Pak Asnawi. Seorang guru yang memberikan peluang bagi saya untuk mendalami ilmu agama dan juga ilmu keguruan. Lalu Kyai Saya, Kyai Cholilurohman, yang hingga sekarang masih saya datangi rumahnya untuk silaturrahmi, Pak Mashad, Bu Basyirah, Pak Zawawi yang mengajar bahasa Arab, Pak Imam Hanafi yang mengajarkan pedagogi. Istilah pedagog dan demogog pertama sekali saya kenal dari Pak Imam. Guru olahraga, Pak Nurfakih, Pak Dayari guru SKI, Pak Saifullah, Bu Lilik Maslichah, Bu Nur Asiyah, Bu Wiwik, Pak Mughni dan Pak Uzair. Semua guru saya ini adalah orang-orang yang mengajarkan kepada saya tentang ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, beliau adalah orang yang sangat berjasa di dalam kehidupan saya.
Sulit bagi saya untuk memberikan balasan atas semua usahanya di dalam mendidik saya. Yang bisa saya lakukan untuk hal ini adalah mendoakan semoga Allah memberkahi dan mengampuninya, sehingga kelak akan mendapatkan balasan yang setimpal atas semua upaya mendidik saya dan kawan-kawan.
Saya yakin bahwa ketulusan Beliau yang luar biasa itulah yang menyebabkan anak didiknya, termasuk saya berhasil di dalam mengarungi kehidupan sekarang ini. Mereka bekerja tanpa tunjangan profesi, tanpa tunjangan jabatan dan juga tanpa remunerasi yang sering diributkan para guru sekarang.
Oleh karena itu, marilah kita renungkan kembali jasa-jasa mereka ini, sehingga jika mereka melakukan proses pendidikan dengan disiplin yang keras dan tegas, maka semua itu tentu dilakukan atas nama pendidikan dan bukan atas nama yang lain-lain.
Wallahu a’lam bi al shawab.
