MEMBANGUN PEMAHAMAN AGAMA DENGAN PEMERINTAH CINA
MEMBANGUN PEMAHAMAN AGAMA DENGAN PEMERINTAH CINA
Hari Jum’at (29/07/2016) yang lalu Kementerian Agama kedatangan tamu istimewa dari Cina, yaitu dari Ethnic Affairs Commision of Guangxi Zhuang Autonomous Region Delegation. Mereka terdiri dari Mr. Huang Jijian (Deputy Director/Inspector pada Ethnic Affairs Commision of Guangxi Zhuang Autonomous Region), Huang Riyong (Director pada Social development Departement of Etjnic Affairs Commision of Guangxi Zhuang Autonomous Region), Shi Yu (Deputy Director Supervision and Inpections Departement of Ethnis Affairs Commision of Guangxi Zhuan Autonomous Region), Wei Shichun (Deputy Director pada Ethnis Theory and {Policy Research Office of Ethnic Affairs Commmision of Gunagxi Zhuan Autonomus Region), Zhao Long (Director Ethnic and Religion Affairs Commision of Guangxi Zhuang Autonomous Region) dam Xi Mei (Deputy President pada Guangxi Nationalities Publishing House).
Dari kementerian Agama, saya ditemani oleh Kabiro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri, Prof. Dr. Ahmad Gunaryo, Directur Urais, Mohammad Thambrin, Sesdirjen Bimas Budha, Caliadi, dan beberapa pejabat dari Direkytorat Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen, Katolik dan Hindu, Kabag Hubungan Luar Negeri serta beberapa dari Kementerian Agama.
Saya sampaikan bahwa hubungan antara China dengan Indonesia sesungguhnya sudah terjalin sangat lama. Bahkan seorang ulama China, bernama Cheng Ho adalah salah seorang pejabat dan sekaligus ulama yang ikut menyebarkan Islam di Indonesia. Mayarakat Indonesia terdiri dari 500 lebih suku bangsa dan bahasa yang mendiami 17.000 pulau. Selain itu juga terdapat variasi kepemelukan agama, sebagian besar beragama Islam, lainnya Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan juga Konghucu. Selain itu juga terdapat sejumlah aliran kebatinan, baik yang khas Nusantara maupun lainnya.
Di tengah pluralitas dan multikulturalitas ini, masyarakat Indonesa dikenal sebagai masyarakat yang rukun dan damai. Kebanyakan berpaham agama yang moderat, sehingga kerukunan antar umat beragama akhirnya dapat dijalin dengan baik dan memadai. Jika ada benturan antar umat beragama, maka hal itu hanyalah riak-riak kecil yang memungkinkan terjadi di tengah suasana keberagamaan yang dinamis.
Indonesia memiliki lembaga pendidikan agama, mulai dari pendidikan kanak-kanak, lembaga pendidikan dasar (madrasah/sekolah), lembaga pendidikan menengah (madrasah/sekolah) dengan jumlah yang cukup memadai. Ada juga pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan keagamaan lainnya.
Selin itu juga terdapat pusat-pusat kebudayaan yang menggambarkan bagaimana agama itu berkembang dengan baik di Indonesia. Ada masjid Istiqlal, Candi Prambanan, Candi Borobudur, sejumlah gereja yang unik dan juga tempat-tempat ibadah agama-agama lainnya. Juga dikenal Bali dengan tradisi Hindunya yang sangat kental. Semua menggambarkan bahwa Indonesia adalah contoh tentang bagaimana agama dapat menjadi pedoman bagi pemeluknya untuk hidup rukun dan damai.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Mr. Huang Jijian, bahwa acara ini adalah untuk mendiskusikan tentang problem agama dan etnisitas di Indonesia. Mr. Huang menyatakan bahwa di Provinsi Guangxi Zhiang terdapat sebanyak 52 juta orang dengan111 kabupaten, 34 daerah otonom, lima suku bangsa dan lima agama yang dipeluk masyarakat. Setiap etnis memiliki kebebasan untuk memiliki bahasa sendiri dan tulisan sendiri serta kebebasan untuk memeluk agama yang diyakininya. Empat tahun sekali mereka memiliki upacara atau pesta yang dihadiri oleh segenap masyarakat penganut agama-agama, yang jatuh pada tanggal 5 April. Pesta budaya ini sudah menjadi agenda pemerintah untuk dilaksanakan setiap tahun. Upacara ini sesungguhnya digunakan untuk mengenang para leluhur bangsa China. Selain itu juga terdapat pesta budaya yang dilakukan oleh masing-masing suku di propinsi ini. Semua suku memiliki upacaranya sendiri-sendiri.
Di China juga diselenggarakan riset tentang relasi antara agama dan budaya. Di antara yang menarik adalah riset tentang lukisan di dinding tebing yang diperkirakan adalah lukisan yang dibuat sekitar 2000 tahun yang lalu. Lukisan ini menjadi tempat wisata budaya yang sangat baik di Provinsi Guanxi Zuang di Cina. Banyak pelancong dari luar negeri yang datang untuk menikmati keindahan lukisan ini. Itulah sebabnya, jika tim dari Indonesia datang ke Provinsi ini, maka disarankan agar dapat melihat keindahannya.
Indonesia memiliki hubungan dengan Cina dalam kurun waktu yang sudah lama dan memiliki tensi yang bervariasi. Ada kalanya memiliki kedekatan dan ada kalanya berhubungan jauh. Namun demikin, di era akhir akhir ini, maka hubungan Cina Indonesia sangat baik. Ada relasi timbal balik pada sector ekonomi dan perdagangan, serta relasi kebudayaan, social dan kemasyarakatan. Di tengah nuansa seperti ini, maka jika digagas untuk mengadakan MoU antara Kementerian Agama dengan Ethnic Affairs Commision of Guangxi Zhuang Autonomous Region tentulah ide yang sangat baik.
MoU ini dirasa penting di dalam kerangka untuk membangun kerjasama regional antara Cina dan Indonesia, khususnya di dalam urusan keberagamaan, etnisitas dan perdamaian. Melalui MoU ini tentu diharapkan bahwa akan terjadi saling pertukaran yang terkait dengan kegiatan keagamaan, riset dan juga aktivitas yang mendukung terhadap pencapaian perdamaian antar bangsa.
Wallahu a’lam bi al shawab.
