• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MANAJEMEN BARU DI ERA PERUBAHAN (1)

MANAJEMEN BARU DI ERA PERUBAHAN (1)
Salah satu kebiasaan saya kala berada di dalam pesawat adalah membaca Majalah Swa, sebab menurut saya majalah ini cukup inspiring di dalam banyak hal, khususnya terkait dengan human development, management atau dunia bisnis. Hal itu yang saya lakukan untuk mengisi kekosongan waktu di sela-sela terbang dari satu kota ke kota lainnya.
Di dalam salah satu edisinya, ada yang menarik yaitu tentang resensi atas buku yang ditulis oleh David Burkus, yang berjudul “Under New Management” yang diresensi oleh seorang peresensi yang terkenal, Edison Lestari. Buku ini tentu menarik sebagaimana ulasan penulis resensinya, sehingga judul resensinya adalah “Praktik Manajemen Mutakhir Yang Tidak Biasa.” Jadi di dalam pandangan penulisnya, bahwa ada terobosan baru di dalam dunia manajemen yang cenderung stagnan.
Yang menarik adalah perubahan konsep yang selama ini mendominasi percaturan manajemen yaitu konsep manajemen George R. Terry, yaitu: planning, organiszing, actuating and controlling (POAC). Di era baru itu, maka managemen tersebut secara konseptual bergerak dari Plan, Do, Check and Action (PDCA). Mengapa harus sesegera mungkin melakukan kegiatan atau do tentu disebabkan oleh perubahan yang makin cepat dewasa ini dan juga makin kuatnya competisi di dunia managemen.
Diandaikan bahwa di dalam New Management ini bahwa semua perangkat SDM, dan piranti insfrastrukturnya tentu sudah mapan, sehingga tidak lagi membutuhkan pengorganisasian, begitu perencanaan sudah matang, maka segera bertindak untuk melakukan perencanaan tersebut. Tidak diperlukan diskusi panjang untuk membangun pengorganisasian, siapa melakukan apa dengan tagging jawab apa. Namun demikian, semua sudah tercover di dalam perencanaan yang sudah matang itu.
Kekalahan perusahaan Jepang oleh Korea Selatan tentu disebabkan cara berpikir pimpinan perusahaan tertinggi Jepang untuk mengambil keputusan dengan melakukan diskusi panjang ini. Untuk melakukan perubahan dipersyaratkan diskusi panjang bahkan sampai berbulan-bulan. Mereka sangat teliti dan rigit, sehingga apa yang dilakukan itu harus dari zero kesalahan. Akan tetapi kemudian terlambat mengantisipasi perubahan yang cepat. Selain itu, pimpinan perusahaan strategis di Jepang juga dipimpin oleh para senior yang kebanyakan ssudah berada di dalam masa stabil.
Didalam New Management ini, maka taking risk-nya memang besar, itulah sebabnya melakukan control dan checking justru dilakukan bersamaan dengan kegiatan melakukan pekerjaan dan baru kemudian dilakukan action jika memang ada hal-hal yang memerlukan pembenahan. Di sinilah tingkat dinamika managerial tersebut terjadi, sehingga antisipasi terhadap perubahan yang cepat tersebut selalu dapat dilakukan.
Saya kira bahwa pemerintahan era Jokowi-JK ini akan berupaya untuk melakukan New Management ini dengan prinsip “kerja, kerja, kerja”. Artinya, bahwa penekanan management tersebut terlatak bagaimana “do” diutamakan. Bahwa semua planning yang sudah direncanakan itu harus sesegera mungkin dilakukan. Dengan diterbitkannya Inpres, No. 1 tahun 2015 tentang Percepatan Pengadaan Barang dan Jasa, adalah contoh bagaimana para birokrat dipastikan sudah melakukan pelelangan pra DIPA, sehingga tidak akan terjadi kelambatan di dalam pengadaan barang dan jasa, terutama yang berjangka panjang.
Problemnya adalah pada SDM birokrasi yang selalu berpikir konvensional. Bahkan cenderung easy going. Tidak ada keberanian untuk melakukan eksekusi terkait dengan program yang seharusnya bisa dipercepat pelaksanaannya. Itulah sebabnya mengapa hingga dewasa ini tidak terdapat perubahan signifikan tentang “serapan anggaran” di kalangan Kementerian/Lembaga.
Mungkin New Management ini lebih cocok diberlakukan oleh perusahaan yang secara regulative bisa mengatur dirinya sendiri. Bagi dunia birokrasi yang regulasinya luar biasa ketat dan begitu mengikat, maka New Management terasa sebagai “barang langka” yang mesti dipikirkan secara mendalam untuk digunakannya.
Namun demikian, sebagaimana semangat reformasi birokrasi yang terus digelorakan, kiranya kita harus berpikir untuk menerapkan New Management ini. Semangat kerja cepat, cerdas dan tuntas tentu perlu terus diperlakukan. Saya kira Presiden sudah memberikan sinyal dan bahkan pengarahan tentang perlunya oercepatan ini, sehingga tidak ada alasan untuk menunda pekerjaan. Begitu “plan” selesai, maka “do” harus dilakukan.
Semangat “kerja, kerja dan kerja” yang dicanangkan oleh pemerintah jangan hanya sekedar menjadi slogan belaka, akan tetapi juga harus diikuti dengan upaya keras untuk memberlakukannya. Cepat atau lambat eksekusi pekerjaan sangat tergantung kepada kesiapan para birokrat untuk meresponnya.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..