• December 2025
    M T W T F S S
    « Nov    
    1234567
    891011121314
    15161718192021
    22232425262728
    293031  

Prof. Dr. Nur Syam, M.Si

(My Official Site)

MEMBANGUN INTEGRASI ILMU DENGAN FAKULTAS KEDOKTERAN

MEMBANGUN INTEGRASI ILMU DENGAN FAKULTAS KEDOKTERAN
Pagi ini (SABTU, 23/07/2016) , saya menghadiri acara yang sangat monumental di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dalam kerangka pembukaan Fakultas Kedokteran. Suatu yang sangat menarik tentu sebab meskipun Fakultas Kedokteran itu tidak sepopuler decade sebelumnya, akan tetapi kehadirannya tetap menarik untuk dicermati.
Bahkan di kalangan tertentu, memiliki Fakultas Kedokteran terasa menjadi mimpi indah bagi petinggi perguruan tinggi. Makanya, kala UIN Maliki Malang dan UIN Makasar memperoleh tambahan fakultas baru ini, maka terasa komplit mimpi itu menjadi kenyataan.
Fakultas Kedokteran memang memiliki misi mulya, yaitu mencetak para dokter yang dapat mengabdikan dirinya untuk kepentingan kemanusiaan. Artinya, bahwa kita bisa menyediakan fakultas yang akan menghasilkan “para penolong” kesehatan seseorang dan hal ini tentu bisa menjadi kebanggaan. Melalui Fakultas Kedokteran, maka misi “kemanusiaan” itu akan terjadi.
UIN Maliki Malang merupakan satu di antara sekian banyak perguruan tinggi negeri di bumi Indonesia yang memiliki reputasi sangat baik. Dengan akreditasi A dan berbagai pengakuan internasional mengenai kualitas akademisnya tentu bisa menjadi tolok ukur keberhasilan pengelolaan perguruan tinggi. Bahkan di dalam kerangka membangun pesantren atau Ma’had al Jami’ah, maka UIN Malang adalah agen utamanya. Jika sekarang banyak perguruan tinggi yang mengelola pesantren mahasiswa atau ma’had al jamiah, maka sesungguhnya inovasi awalnya berasal dari UIN Malang.
Di dalam peradaban Islam, maka ahli kedokteran pertama yang memiliki distingsi dan ekselensi adalah Ibn Shina yang di Barat dikenal dengan sebutan Avicenna. Bukunya yang berjudul Qanun fi a Thib adalah karya yang masyhur tidak hanya di dunia Timur, akan tetapi juga di dunia Barat. Bahkan buku inilah yang kemudian menjadi cikal bakal perkembangan kedokteran modern dewasa ini. Ibn Shina yang memperkenalkan dunia ilmu bedah di dalam dunia kedokteran dan kemudian dikembangkan oleh dunia Barat. Jadi, sesungguhnya warisan akademik tertinggi di dalam ilmu kedokteran bukan siapa-siapa tetapi adalah Ibn Shina. Beliau adalah creator, penemu dan pelaku ilmu kedokteran yang sangat andal dan kemudian juga tulisannya mempengaruhi terhadap perkembangan ilmu kedokteran dewasa ini.
Maka jika seandainya dibuatkan sebuah bintang penghargaan, maka sebenarnya penghargaan tertinggi di bidang ilmu kedokteran adalah Ibn Shina. Sayangnya bahwa nama ini sudah tidak lagi dikenal oleh para calon dokter dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan bahkan di dunia. Seseorang dengan kontribusi hebat dalam sejarah perjalanan ilmu kedokteran ternyata sudah tidak lagi memperoleh tempat di dalam khasanah keilmuan kedokteran.
Dengan demikian, di antara salah satu makna kehadiran UIN dengan Fakultas kedokterannya adalah untuk memberikan kembali nama besar Ibn Shina di dalam khasanah perbincangan mengenai keilmuan kedokteran. Beliau adalah seorang dokter hebat tetapi juga ahli ilmu keislaman yang luar biasa dan sekaligus juga seorang ahli tasawuf. Beliau adalah ilmuwan paripurna yang membuat peradaban Islam menjadi gemilang pada zamannya dan juga menginspirasi dunia ilmu pengetahuan di masa sesudahnya.
UIN Jakarta, UIN Malang, UIN Makasar harus menghadirkan kembali Ibn Shina dan ahli kedokteran Islam pada masa lalu, bukan sebagai monument, akan tetapi sebagai inspirator di dalam pengembangan ilmu kedokterannya. Itulah makna penting mengapa UIN harus menghadirkan ilmu keislaman kaffah, yang tidak hanya mengelola ilmu Islam murni (pure Islamic studies), akan tetapi juga ilmu keislaman terapan, yang ilmu kedokteran tentu masuk di dalamnya.
Saya tidak menggunakan konsep ilmu umum dan ilmu agama, sebab dikhotomi itu tentu sudah dihapus di dalam konteks pengembangan ilmu keislaman kaffah sebagaimana yang dulu menjadi cita-cita civitas akademika UIN Maliki Malang di bawah agensi Prof. Imam Suprayogo. Makanya, sebagai penerusnya kita semua tentu harus terus bekerja untuk mengembangkan ilmu keislaman kaffah ini agar figure seperti Ibn Shina akan hadir kembali di tengah-tengah kita semua.
Hanya saja, bahwa akhir-akhir ini terjadi stagnansi terkait dengan program integrasi ilmu. Tidak banyak ruang-ruang diskusi yang dilakukan di dalam kerangka untuk membincang tentang integrasi ilmu. Saya tidak tahu apakah pembicaraan tentang hal ini sudah dianggap cukup. Tetapi rasanya, perdebatan tentang integrasi ilmu itu tidak seramai pada decade yang lalu.
Pembicaraan tentang “pohon ilmu” nyaris tidak terdengar, pembicaraan tentang “twin towers” juga nyaris tidak lagi terekspose. Demikian pula pembicaraan tentang “integrasi dan interkoneksi” juga tidak lagi dilakukan. Hal ini menandakan bahwa agensi tentang integrasi ilmu perlu untuk digerakkan kembali. Saya berpendapat bahwa perubahan atau transformasi dari STAIN ke IAIN dan dari IAIN ke UIN tidak menyertakan perluasan diskusi tentang integrasi ilmu. Jangan hanya wadah dan strukturnya yang berubah, akan tetapi yang lebih penting adalah content akademiknya yang seharusnya ditonjolkan atau menjadi super prioritas.
Pengembangan UIN dengan program studi ilmu keislaman kaffahnya tentu tidak akan tercapai jika ruang untuk mendiskusikannya tidak didapatkan. Program 5000 doktor juga tidak ada maknanya, jika tidak diikuti dengan pengembangan semendalam mungkin mengenai kualitas integrasi ilmu. Dengan demikian, diperlukan penguatan agensi untuk membangun pilar akademik integrasi ilmu ini.
Rasanya tidak mungkin kita akan melahirkan kembali Avicenna, Ibn Rusyd, Ibn Thufail, Al Khawarizmi dan sebagainya, kalau kita tidak terus menggelorakan pembicaraan akademik seperti ini. Makanya, trade mark UIN dan IAIN yang diberi wider mandate untuk mengembangkan ilmu keislaman kaffah ini, saya kira harus dipertahankan dan dikembangkan.
Hanya integrasi ilmu yang menjadi distingsi dan ekselensi PTKIN kita. Jika kita tidak merawat hal ini dengan perbincangan serius oleh agen-agen yang andal, nanti dunia akan mempertanyakan apa arti transformasi menjadi UIN.
Wallahu a’lam bi al shawab.

Categories: Opini
Comment form currently closed..